Suatu Senja di Salihara

Suatu Senja di Salihara
Oleh
Yons Achmad*


Sebuah sajak tertulis di kafe itu...

Di teras rumah makan
Kami kini berhadapan
Baru berkenalan
Cuma berpandangan
Sungguhpun samudera jiwa
Sudah selam berselam
Masih saja berpandangan

(Chairil Anwar)

Aha. Sajak sungguh menggoda. Ada-ada aja kau ini Chairil Anwar. Sajak itu cukup mengibur. Walau sejatinya isinya pedih perih.

Saya duduk di bangku pojokan. Menghayal ala kadarnya. Lalu mata bertemu pandang dengan seorang penjaga kafe. Oh ya, saya mesti memesan sesuatu. Saya bolak-balik daftar menu. Yups: secangkir teh tarek semenandjong dan pisang bakar yang terpilih. Oh Tuhan... nikmatnya.

Saya duduk sendiri. Dan, di bangku meja depan, Mas Goenawan Mohammad, penulis, penyair yang juga pendiri komunitas Salihara itu juga duduk sendirian. Matanya menerawang, entah apa yang dipikirkannya. Lalu dia memesan segelas minuman. Menyeruputnya. Lalu kembali hanyut menikmati layar tabletnya.

Apakah seorang penulis, penyair memang suka menyendiri?....

Waktu berjalan. Saya masih menunggu seorang teman yang masih mengajar di kampus UNAS, sekira 100 meter dari Salihara. Kita akan membicarakan strategi komunikasi seorang tokoh politik. Tapi, tiba-tiba bosan melanda. Saya kontak seorang teman.

“Kalau kamu ada waktu, datanglah kesini, kita bicara-bicara” Tapi tak ada balasan.

Ya sudah, seperti Mas Goen, saya coba menikmati kesendirian.

Suatu senja di Salihara, hanya ada satu pertanyaan yang muncul. Orang-orang liberal yang sedikit saja bisa membuat ruang budaya semacam ini. Bagaimana dengan orang-orang non liberal. Mereka tidak bisa atau bagaimana? Ataukah karena umat Islam sibuk berpolitik? Entahlah.

Sementara seorang lelaki sederhana sedang mati-matian menulis novel pertamanya...

*Penulislepas, tinggal di @senjakarta

1 Response to "Suatu Senja di Salihara"

Alris mengatakan...

Saya sering bolak-balik di jalan Salihara itu, dan sejumput rindu menyelinap ke dalam jiwa untuk suatu saat menikmati secangkir teh sambil menikmati orang berkesenian. Tapi saat baru hanya sebatas angan, karena ada hijab ekslufis yang terbentang yang melingkupi gedung itu.