Follow Your Passion


Follow Your Passion

:yons achmad*


Saya pernah membaca seri buku “Chicken Soup for Writers Soul”. Dalam buku itu saya membaca sebuah kutipan yang menarik “Jika kamu belum percaya bisa hidup dari menulis, makan jangan ragu untuk beralih kepada pekerjaan lain. Tapi, Jika kamu merasa menulis adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa kamu lakukan, maka kerjakanlah dengan tulus dan kerja keras, percayalah suatu saat pasti menghasilkan”.


Membaca kata-kata itu jadi ingat istilah passion. Banyak orang yang selaku menganjurkan bahwa bekerja akan lebih menyenangkan kalau sesuai dengan passion kita. Mengenai passion sendiri barangkali belum ada padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Ketika saya membuka kamus, passion diartikan sebagai nafsu, gairah, keinginan besar, kegemaran. Saya rasa arti ini juga belum pas disematkan untuk menggantikan kata passion.


Tapi, saya yakin banyak orang yang sudah mengetahui maksud passion itu sendiri. Walau dengan perspektifnya masing-masing. Saya sendiri mangartikan passion dengan sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang mengasyikkan, tidak menjadikan beban ketika mengerjakannya. Dan, saya merasakan dan yakin passion saya di dunia kepenulisan. Setidaknya, kalau boleh diperluas sedikit, dunia yang tidak terlalu jauh dengan itu. Misalnya, dunia perbukuan, dunia kewartawanan, dunia kepenulisan dan tentu saja dunia media.


Makanya, ketika saya meninggalkan kampus (akhir 2007) dan ditawari untuk bekerja sebagai konsultan media di Jakarta saya langsung menerimanya. Gaji pertama waktu itu memang tak terlalu besar. Tapi, saya menikmatinya. Tugas saya waktu itu mengerjakan projek inhouse magazine (majalah internal) baik dari sekolah, lembaga pemerintahan maupun perusahaan (Saya staf konsultan, divisi Writing). Hanya saja, memang konsekuensinya saya harus bekerja layaknya orang kantoran. Datang jam 9 pagi, pulang jam 5 sore. Telat sedikit sedetik saja ada tanda merah di kartu absen. Kalau banyak yang merah, tentu malu dong sama bos besar.


Lalu pada bulan April 2009, saya nekat membuka usaha sendiri. Usahanya sama, perusahaan konsultan media. Walau masih mulai dari kecil tapi perlu disyukuri karena banyak jaringan dari teman-teman yang membantu. Mulai dari tim desain, editor, photografi, desain-layout sampai bagian produksi (percetakan).


Tak mudah memang membangun usaha sendiri. Tapi saya mencoba menikmatinya walau harus berjibaku mengkombinasikan antara bekerja keras dan bekerja cerdas. Malahan, kadang ketika orang kantoran libur (sabtu-minggu) saya masih sering sibuk bertemu dengan klien ngobrolin projek (seputar writing, inhouse magazine, online publicist, web content editor, media event dsb). Tapi tak masalah, sebab saya merasa nyaman dan menikmatinya, walau capek pastinya terasa.


Saat ini saya hanya ingin mencoba mempraktekkan follow your passion itu. Walau jujur, keraguan masih sering muncul. Apalagi masalahnya kalau tidak godaan untuk bekerja kantoran lagi. Mendapat gaji rutin tiap bulan. Kalau sedang gundah begini, saya selalu sharing (berbagi) dengan teman-teman.


Termasuk sahabat terdekat saya saat ini. Ketika saya mengutarakan masalah tersebut, dia hanya mengatakan “Turuti saja hati nurani kamu”. Saya memang tak benar-benar mengerti maksudnya. Tapi, rasanya kok hal itu menguatkan saya untuk tetap berwiraswasta membangun bisnis sendiri. Ya sudah, sepertinya memang perlu kerja keras (cerdas) agar usaha ini lebih menghasilkan lagi.


Yah, siapa tahu berawal dari usaha konsultan media besok malah lahir anak perusahaan misalnya “Penerbit Komunikata”. Seperti Nokia yang kalau tidak salah dulunya pabrik bubur kertas eh sekarang malah berubah jadi perusahaan Telpon Genggam (HP) terkenal. Harapannya sih begitu. Itu aja sih pikiran terdekat saya saat ini. Tapi omong omong, yang terhormat semua pembaca tulisan ini, apa sich passion kamu? Cerita dong :-).


*Penulis, tinggal di pinggiran Jakarta.Owner Komunikata.net

4 Responses to "Follow Your Passion"

Anonim mengatakan...

kl saya mengartikan kata passion itu sebagai "nafsu" gmn? apakah harus di follow juga? hmmm...

Anonim mengatakan...

saya menyukai bahasa: saya suka mendengar ucapan, desis, vokal dan konsonan bahasa yang berbeda - beda, lucu memahami kata yang sama ternyata artinya berbeda.. :> saya takjub melihat kumpulan kata yang mampu memberi arti yang mendalam pada suatu fenomena..tapi saya juga sangat membenci kata - kata yang sering kali tidak mampu menyampaikan maksud dalam hati dan pikiranku..

asnik mengatakan...

saya suka sharing kepada semua orang siapapun itu dan apapun profesinya tentang pentingnya asuransi. Apalagi klo ada yang bilang"untung saya ikut program ini,sehingga waktu anakku sakit,aku nggak ngeluarin biaya untuk pengobatannya".

asnik mengatakan...

saya suka sharing kepada semua orang siapapun itu dan apapun profesinya tentang pentingnya asuransi. Apalagi klo ada yang bilang"untung saya ikut program ini,sehingga waktu anakku sakit,aku nggak ngeluarin biaya untuk pengobatannya".