Pudarnya Pesona Jilbabmu

Pudarnya Pesona Jilbabmu
Oleh
Yon’s Revolta

Perempuan muslimah berjilbab itu tampak anggun, apalagi dibarengi dengan akhlak yang baik pula, aklah Islami. Tetapi, pesonanya akan memudar jika perilaku tak mencerminkan citra dirinya sebagai perempuan berjilbab. Seperti yang saya temui di depan perpustakaan kampus pada suatu malam, beberapa hari lalu. Sehabis shalat isya, saya menuju warnet kampus untuk sekedar cek email. Di depan perpustakaan kampus yang remang-remang itu, saya mendapati tak kurang lima perempuan berjilbab sedang asyik bermesraan dengan lelakinya masing-masing. Pacarnya mungkin. Mana ada suami istri yang berduaan di depan kampus. Kalaupun ada, seribu satu lah. Masing-masing mereka terpisah dengan lokasi yang berbeda. Duh...mesra sekali, mereka berpelukan dan cuek saja ketika saya melihatnya. Hem...anak muda jaman sekarang begitu ya.

Dalam hati, saya hanya bergumam. Apa mereka tak malu yah dengan identitas dirinya sebagai perempuan berjilbab. Apalagi cuek saja ketika ada orang yang melihatnya. Tak pahamkah mereka. Dia berjilbab, jelas menandakan bahwa dirinya seorang muslimah. Tidakkah mereka berpikir akan konsekuensi dari perilakukanya itu. Misalnya ada orang yang berkata “ Tuh yang pake jilbab aja asik-asikan berduaan”. Jelas, tak bisa disalahkan ketika orang berkata begitu. Faktanya jelas ada. Dalam hal ini, citra seorang yang berjilbab menjadi buruk.

Bisa jadi perilaku semacam itu yang membuat orang sinis terhadap perempuan yang memakai jilbab. Saya pernah menujukkan kepada seorang teman, laki-laki. Dia teman biasa saja, bukan seorang aktivis masjid kampus atau aktif di organisasi Islam. Sewaktu ada mahasiswi berjilbab lebar, saya katakan ke dia “ Tuh contoh pakaian yang ideal bagi seorang muslimah”. Lantas, dia bilang “Jangan salah, itu hanya luarnya saja”. Kemudian, dia bercerita tentang teman-temannya yang memakai jilbab tetapi perilakunya norak abis. Intinya, tidak layak ketika memakai jilbab tapi perilakunya lebih buruk dari tidak memakai jilbab.

Nah, bagaimana hal demikian dimaknai...

Jilbab, di dalam Islam adalah kewajiban bagi seorang muslimah, kewajiban untuk menutub aurat. Jelas, lebih mulia seseorang jika berjilbab dibandingkan yang tidak. Jika kemudian ada perempuan yang berjilbab tetapi melakukan hal-hal yang dilarang secara hukum syari, itu persoalan lain. Jadi, jika ada perempuan muslimah yang belum siap memakai jilbab karena takut tidak bisa menjaga dirinya kelak, bukan sebuah alasan tepat. Yang semestinya, cobalah memakai jilbab terlebih dahulu, baru kemudian renungkan makna jilbab yang dipakai itu. Isyaallah ketika niatan “hijrah” itu tulus, kelak Allah akan memberikan hidayah, selajutnya akan dibarengi dengan perilaku-perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

Tetapi memang susah ketika jilbab hanya dimaknai sebagai trend saja, misalnya agar terlihat modis, terlihat beda dan lebih “keren”. Di tambah lagi, pakaian yang masih memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya seperti yang bisa kita lihat sekarang. Berjilbab pendek, memakai celana jean ketat plus kaos yang ketat pula. Naik motor berpelukan erat dengan lelaki pasangannya duh...

Bukankah yang ideal itu berjilbab lebar dengan baju yang agak longgar sehingga lekuk tubuhnya tak tampak. Ah..mungkin proses memang harus terjalani. Semoga kesadaran berjilbab semakin marak di negeri ini. Tentunya kesadaran berjilbab yang syari. Kemudian bersama-sama bisa memaknai identitas dirinya sehingga tampak jelas kepahamannya tentang Islam dan sisi dirinya sebagai seorang muslimah. Muslimah yang berjilbab lebar, smart, punya karya, berakhlak Islami, itulah pesona sebenarnya. Adakah yang semacam itu..?

Sanggar Pelangi, 7 Februari 2007 / 07.14

14 Responses to "Pudarnya Pesona Jilbabmu"

pyuriko mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

yang jelas, masyarakat sudah kehilangan amar makrufnya.
kalo dulu ada perilaku ga genah, pasti langsung disemprot kalo ketahuan orang tua yang ngeliat.
kita dididik oleh masyarakat, bukan hanya orang tua saja.
sekarang, coba kita lihat. walau mereka risi, tapi orang tua lain yang ngeliat cuma bisa nggerundel di belakang atau malah hanya dijadikan bahan gunjingan.takut, males, ato kenapa sampai ga berani mengingatkan. ato mungkin anak-anaknya sendiri udah seprti itu. uups, maaf kalo sampe suudzon. bagaimana ya, supaya masyarakat bisa lebih merasa saling memiliki lagi. seperti dulu..

Anonim mengatakan...

bermata tapi tak melihat,
bertelinga tapi tak mendengar,
berhidung tapi tak mencium,
berjilbab tapi tak sholihah...

hehehe..aku arransemen ulang dari lagunya BIMBO..keren yah? ^_^

Anonim mengatakan...

Ana pernah baca di majalah, ternyata jilbaber skrg itu mengikuti trend yang disebut HTS-an (Hubungan Tanpa Status)...
astaghfirullah....

Gimana pendapat antum tentang jilbab lebar tetapi tdk berakhlak baik, dan berjilbab pendek tp berakhlak baik.... pilih yg mana?


IndRi

Anonim mengatakan...

indri dan yon's revolta perlu sedikit lebih kritis. berfikir itu, harus logis, waktu kuliah gak dapat mata kuliah: "Berfikir Logis" atau "Logika Saintifik" ya? Nih, ta' kasih tahu ya... berbicara/menulis itu, harus ada kerangka berfikirnya, begitu pula bila kita membandingkan (komparasi) sesuatu, harus ada persamaan dan perbedaan, bila DARI AWAL saja sudah beda, (seperti yang ditulis Yon's atau komentar indri) maka pembandingan BATAL. alias tidak bisa! Bila belum jelas, saya lanjutkan nanti.

penakayu mengatakan...

Buat Kiko : Ya, buku itu adalah saksi sejarah yang bisa menjadi pembelajaran, khususnya seorang perempuan yang ingin meneguhkan identitas dirinya sebagai muslimah sejati :)

Buat Mnx : Pinter juga kamu :-)

Buat Indri : Susah, yang pasti pilih yang berjilbab lebar dan beraklak baik. Kalau belum ada pilihan itu, yang sabar menunggu sosok yang tepat :-)

Buat no name : Harusnya spt apa..?

Anonim mengatakan...

Ikut nimbrung,... :D

Utk Anonymous, saya blom jelas maksudnya,... ditunggu kelanjutannya yaaa,...

Anonim mengatakan...

kok gitu ya..???
mosok gitu..!!!
ahh..mosok jilbab gitu...huh..!!!
selayaknya sih tdk seperti itu..!!!!
seyyeemmmmm..!!!!

Anonim mengatakan...

Jangan terlalu didramatisir dan disalahkan konsepnya. Kalau terjadi seperti ini, harus diselesaikan.

Anonim mengatakan...

alhamdulillah masih ada kok mas..aku punya temen2 yg insya allah, berahlak sesuai dengan jilbab yg mereka kenakan, dan membuat hati ini jadi malu..kepingin secepatnya mengikuti mereka....

salmabudiman mengatakan...

wah, kayaknya susah juga yah. dulu menurut saya, yang penting sudah berjilbab, artinya sudah ada kemauan, yang lainnya sperti akhlak, dll pasti akan menyusul...tapi kalo baca ini, jadi kesimpulannya kayak yang bilang, yah lebih baik jangan berjilbab dulu kalo belum bener akhlaqnya...nah...jadi bingung lagi nih....berjilbab dulu atau akhlaqnya dulu??

penakayu mengatakan...

Buat Menix : Ada ada aja kamu :-)

penakayu mengatakan...

Buat Jingga, bagud dech, kalau begitu, senang dengernya :-)

penakayu mengatakan...

Buat Sal :Ya pake jilbab dulu kali yah, ini kan wajib, baru perbaiki akhlaknya, begitu kali yah :-)