“Aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku
Karena aku tak tahu manakah keduanya itu
Yang lebih baik dariku”
(Umar Ibn Khatab)
Dalam
sebuah keluarga, salah satu mimpi adalah bahagia bersama. Selanjutnya,
bisa membahagiakan keluarga, orang-orang terdekat dan saudara-saudara
yang lain. Untuk bisa menuju kearah itu tentu saja kita harus mulai dari
kebahagiaan dalam diri. Bagaimana mungkin kita bisa membahagiakan orang
lain kalau diri kita saja tidak bahagia?
Tentu
teramat sulit bisa berbagi dengan orang lain kalau kita tak bahagia.
Nah, untuk itulah, apapun yang terjadi dalam sebuah keluarga, baik
dikala senang, baik dikala susah, perasaan harus tetap sama. Apapun yang
terjadi, kita harus bahagia, setidaknya berusaha untuk merasa bahagia.
Memang, ketika dalam keadaan senang, mendapatkan banyak kenikmatan,
salah satunya rejeki yang cukup pasti dengan mudah kita bisa merasa
bahagia. Tapi ketika dalam keadaan yang sulit, kekurangan, untuk bahagia
itu ternyata perlu usaha. Untuk tersenyum ternyata perlu perjuangan.
Tapi ibarat roda, susah senang adalah bagian dari kehidupan. Semua orang pasti mengalaminya.
Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Lalu, bagaimana agar menjadi keluarga yang selalu bahagia?
Resepnya
mudah saja. Kalau sedang banyak nikmat bersyukur, kalau sedang
kekurangan bersabar. Ini kunci kebahagiaan. Ah, itu kan resep umum,
ceramah agama sering mengatakan itu.
Tapi kan prakteknya susah. Nah, bener juga, kadang teori menjadi benar-benar manjur kalau dipraktekkan.
Tapi kan prakteknya susah. Nah, bener juga, kadang teori menjadi benar-benar manjur kalau dipraktekkan.
Nah, bagaimana prakteknya dalam sebuah keluarga?
Memang,
dalam keluarga yang paling penting adalah menyamakan visi, saling
berkomunikasi tentang keadaan yang sedang terjadi. Saling jujur tentang
apa yang dirasakan masing-masing pasangan. Selanjutnya adalah mencari
solusi terbaik ketika ada masalah maupun nasib yang kurang baik. Dengan
cara demikian, insyallah masalah bakal tuntas. Komunikasi, komunikasi,
dan komunikasi. Itu kuncinya.
Namun,
tips untuk selalu berkomunikasi itu tak bakal menyelesaikan masalah dan
mendatangkan kebahagiaan setelahnya kalau setiap pasangan tidak punya
pemahaman yang sama. Tentang bagaimana Islam mengajarkan. Tentang
ilmu-ilmu keIslaman dalam sebuah keluarga.
Kalau
sudah begini, semua kembali kepada pemikiran awal (Fikrah)
masing-masing pasangan. Itu sebabnya, menjadi penting ketika memilih
pasangan, sebelum menikah dulu. Yakni bukan hanya berdasar kecantikan
atau ketampanan wajah saja. Tapi, yang lebih penting adalah fikrahnya
sama tentang bagaimana membangun sebuah keluarga (sesuai dengan fikrah
Islam).
Beruntung pasangan yang punya dasar pemikiran demikian. Bagaimana dengan (pasangan) Anda? (Yons Achmad @senjakarta).
0 Response to " Keluarga yang Selalu Bahagia"
Posting Komentar