One Day
Oleh
Yons Achmad*
Terkadang…
Kita mencari seseorang yang benar-benar kita cintai
Padahal sejak lama ia bahkan ada di dekat kita.
Yons Achmad*
Terkadang…
Kita mencari seseorang yang benar-benar kita cintai
Padahal sejak lama ia bahkan ada di dekat kita.
04 Februari 2012: Saya bangun pagi sekali...
Bukan karena apa-apa. Hanya tuntutan pekerjaan semata. Pukul 03.30 saya sudah mulai bekerja, menulis biografi untuk klien, target 10 halaman yang harus disetor jam 07.00. sayang, saya hanya kuat menulis 9 halaman saja. Tak jadi soal. Setelah selesai, saya langsung print dan antarkan ke rumah klien di bilangan Tebet. Setelah urusan selesai, saya langsung menuju Toko Buku Leksika Kali Bata City.
Ya, mempersiapkan event bedah buku The Paradise Journeys karya teman saya Muthia Esfand & Akbar Tri Kurniawan. Event ini saya persiapakan selama 3 minggu. Ini adalah event pertama yang saya gelar, dibantu dengan 2 orang rekan tim lain di Kanetmedia. Kursi yang disediakan pihak toko buku sejumlah 25. Alhamdulillah, semua terisi penuh, bahkan beberapa diantaranya harus berdiri. Singkat kata, event tersebut boleh dibilang sukses. Walau tetap harus ada perbaikan ke depan.
Dalam acara tersebut saya juga mengundang beberapa teman sewaktu SMA dulu yang kebetulan bekerja di Jakarta. Bertemulah kembali kita setelah lebih dari 10 tahun lebih. Dan, setelah ngobrol-ngobrol tentang pekerjaan, karir dan cinta meluncurlah kita ke bioskop sekitar Setiabudi. Kita menonton film ”One Day”
Film genre romantis tapi sebenarnya kisah tragis. Teman-teman saya sampai sesunggukan nangis nonton film itu. Memang sebuah film percintaan yang boleh dibilang seronok untuk ukuran adat ketimuran. Film ini berangkat dari sebuah novel, walaupun saya belum membacanya, saya kok yakin bahwa novelnya pasti lebih bagus dari film ini sendiri.
Sebuah kisah tentang Emma dan Dex, dua orang sahabat. Saat mereka lulus sekolah, terpaksa berpisah untuk sebuah karir mereka masing-masing. Emma, ingin mengubah dunia dengan menjadi penulis puisi dan novel. Namun, tenyata tak mudah, harus berkali-kali gagal, untuk menghidupi diri ia menjadi pelayan restoran. Sementara Dex sukses berkarir menjadi presenter televisi. Sayangnya, dia banyak mabuk dan main perempuan. Dalam perjalanan, Dek menikah dan punya anak sementara Emma juga sudah punya pacar seorang guru piano. Tapi, masalah hati siapa yang tahu.
Emma akhirnya bisa menerbitkan novel, sementara Dex malah kacau balau, karirnya ambruk, disaat terpuruk begitu malah diceraikan istrinya. Lalu, dengan sedikit keberanian dia menemui kembali Emma. Singkat cerita, akhirnya mereka menikah juga. Sayang disaat asmara mulai muncul, dari kisah dua sahabat menjadi cinta, Emma harus meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dex terpukul dan kembali ke orangtuanya. Ayahnya menasehati Dex untuk tetap tegar, seperti juga dirinya yang kehilangan istri tercintanya. Film ditutup dengan Dex yang mengajak jalan anaknya mendaki sebuah bukit, sebuah perjalanan yang juga pernah dilakukan bersama Emma. Dex dengan anaknya, memulai sebuah kehidupan baru. Setelah rasa kehilangan benar-benar disadarinya. Ya, menyadari bahwa seseorang kadang menjadi begitu berarti setelah mereka pergi. Begitu ceritanya.
Sehabis menonton film itu, kami berlima berjalan kaki menuju Pasar Festival. Kami ngobrol, mendiskusikan film tersebut. Agak gila memang. Ya, sampai jam empat pagi.
Penulis. CEO Kanetmedia.com
1 Response to "One Day"
selamat dah sukses acaranya bang !!!
semoga event berikutnya makin sukses yah :)
*berharap bisa datang
kapan yahhh :)
Posting Komentar