Saya, Buku dan Secangkir Teh

Saya, Buku dan Secangkir Teh
Oleh
Yons Achmad*


Ada banyak hal yang membuat kita bahagia
Punya waktu membaca buku dan
Bisa menikmati secangkir teh
Itu sudah cukup untuk mensyukuri hidup...


Sudah 10 tahun saya mencoba menulis sebuah buku, tepatnya novel, tapi tak pernah kesampaiaan. Untuk buku, memang 1-2 bulan ini saya bisa merampungkannya (mungkin). Tapi untuk novel. Ah. Bagi saya, menulis novel itu beraaaat sekali. Entahlah, saya sudah mencoba memulai, tapi belum berhasil juga. Rasanya malah saya diteror tokoh-tokoh yang saya ciptakan sendiri. Ada yang sudah selesai, tapi saya memilih membakarnya. Karena saya menulis novel itu khusus untuk orang yang saya cintai, tapi ia begitu saja pergi. Jujur saya berulangkali katakan, saya benar-benar kesal dengan anak itu. Tapi, saya tak pernah menyesal bisa mencintainya. Walau dengan sederhana.

Di tahun ini, saya akan mengubur masa lalu dan memulai sesuatu yang baru. Termasuk menjalin teman baru. Saya tidak bisa hidup tanpa seorang teman. Mungkin, saya bisa dengan sombong mengaku bisa hidup sendirian, tapi semua itu omong kosong. Teman, seorang teman, bagi saya itu cukup. Agak nampak konyol memang, ketika semua orang sudah menikah dan di nikahi, saya masih belum beranjak dari memikirkan seorang teman. Tapi ya begitulah. Apa boleh buat. Hidup saya rasanya memang berjalan cukup pelan.

Sebelum menulis ini, saya mengirim pesan kepada seorang teman. Apakah bersedia membantuku untuk mewujudkan keinginan kecilku membuat sebuah novel. Ia menyanggupinya. Saya girang. Ia, bagi saya adalah seseorang, yang entah bagaimana saya nyaman untuk berkomunikasi dengannya. Ya, saya memang keterlaluan, sebab ia juga punya banyak persoalan. Tapi, ya bagaimana lagi, Tuhan telah menakdirkan saya untuk berani mengirim pesan padanya. Selama ini, ia telah banyak membantu saya, tapi jujur saya memang belum bisa membalas kebaikan-kebaikannya. Begitulah, saya memang keterlaluan.

***

Tahun ini, saya selalu berusaha untuk bangun pagi-pagi. Walau tak selalu berhasil. Mulai bekerja dan berkarya. Bukan apa-apa. Saya rasanya sudah semakin senja saja. Saya sudah banyak mengidap penyakit. Yang salah satunya masih menghinggapi hingga saat ini. Kadang, percaya atau tidak pada malam-malam tertentu tubuh saya rasanya melayang. Kalau sudah begitu, saya spontan ucap “Ashadualailahailalloh, wa ashaduanamuhamadarosululloh”. Nafas saya tersengal-sengal seperti sedang dicabut nyawanya. Tapi, beberapa detik kemudian saya sadar, ternyata saya masih hidup.

Entahlah, barangkali itu peringatan Yang Maha Cinta, untuk saya benar memaknai hidup. Ini yang membuat saya berpikir berulangkali untuk tak melakukan hal kotor, kadang menjadi tak punya nyali untuk berbuat maksiat yang berat. Walau tak selalu berhasil. Itu sebabnya, saya ingin cepat sekali menyelesaikan urusan-urusan, sebab saya tak tahu kapan bakal mati, dan rasa-rasanya memang sudah dekat sekali.

***

Setiap pagi, menyesap secangkir teh hijau menjadi rutinitas yang konon atas ijinNya bisa mengobati penyakit-penyakit. Setidaknya saya percaya itu. Dan secangkir teh telah saya biarkan mengiringi mimpi-mimpi saya. Tahun ini, selain bisnis, seperti yang saya sampaikan diatas, kepingin sekali bisa membuat novel. Bukan untuk dijual, hanya untuk teman-teman dekat saja. Setidaknya, novel itu untuk mengenang juga, teman-teman dekat yang selama ini hadir dalam kehidupan saya. Yang sempat saya kenal, tak sengaja saya sakiti, atau ya sekedar membuktikan kepada diri sendiri eh ternyata bisa menjadi penulis juga. Saya ingat Benjamin Franklin berkata:

Bila kau tak ingin dilupakan, tulislah buku.

Atau berbuatlah sesuatu yang layak ditulis dalam buku

Untuk pilihan kedua mustahil. Sebab saya terlalu brengsek dan tidak layak ditulis dalam buku. Tapi, sebenarnya saya juga tak ingin nama terabadikan karena menulis buku. Justru, saya ingin mengabadikan teman-teman saya, yang mereka sungguh berarti dalam kehidupan saya hingga saat ini.

Begitulah, kisahnya baru saja dimulai, jadi kau mau membantuku kan menulis novel?

*Penulis. Vegetarian. Tinggal di @senjakarta

3 Responses to "Saya, Buku dan Secangkir Teh"

Unknown mengatakan...

iya, menulis novel itu susah.. T_T

Anonim mengatakan...

Insya-Allah, pasti bisa. Masih menunggu novelmu kelar :-)

Aida Vyasa mengatakan...

Aku tunggu :)