Cerita Tentang 29 Gift
Oleh
Yons Achmad*
Oleh
Yons Achmad*
Gara-gara teman saya. Ya, teman saya satu ini kadang emang punya ide-ide unik. Suatu waktu Ia bercerita tentang 29 Gift atau program 29 hari pemberian untuk seseorang. Di Twitter Ia juga mengajak beberapa teman untuk mencoba program ini. Saya tak ikut. Terus terang saya khawatir tak bisa melaksanakannya. Tapi, diam-diam karena penasaran saya mencobanya. Saya kepingin merasakan adakah perubahan dalam diri saya setelah menjalani program ini. Diam-diam pula saya catat satu persatu. Bulan November 2011, saya memulainya. Berurutan sesuai tanggal:
- 1. Ngasih sesuatu ke tukang parkir. Dia tukang parkir di kedai Chicken Steak, tempat saya kadang nongkrong di situ. Saya memang tidak pakai motor datang ke situ. Tapi, saya ingat memulai program 29 Gift. Saya kasih sesuatu padanya. Hari-hari kemudian, saya jadi akrab dengannya.
- 2. Walau badan sakit bantu temen SMA nganter dokumen. Hari itu saya sakit berat. Tapi tiba-tiba teman SMA saya yang kini bekerja di Palembang telpon minta bantuan nganter dokumen yang dikirimkan lewat bandara Soekarno Hatta, terus minta diantar ke Mangga Dua. Saya sebenarnya nggak sanggup. Badan panas dingin, tapi demi teman dan program ini saya jalan. Akhirnya misi selesai. Saya telepon teman saya kalau dokumen sudah diantar. Dia ucap terimakasih dan bilang suruh buka kiriman juga khusus buat saya. Ada 2 bungkus kerupuk Palembang dan kirim uang Rp 700 ribu. Saya nggak boleh nolak.
- 3. Selembar teh untuk teman. Di Pejanten village saya ajak teman untuk menengok gerai etnik yang dan menyuruhnya memilih teh untuk dibawa pulang. Kebetulan dia suka teh. Dan kebetulan juga saya lagi dapet uang lumayan dari klien hari itu. Sebenarnya, ada teh bungkus besar, tapi dia memilih yang kecil saja. Biarlah. Yang pasti, dia nggak tahu kalau saya sedang memasukan peristiwa itu sebagai program 29 Gift. Aha.
- 4. Doa untuk Laras. Anak “teman” berantem saya yang single parent. Hari itu Laras sakit dan kita gencatan senjata. Berdoa untuk kesembuhan Laras. Setelahnya, kita berantem lagi.
- 5. Hati-Hati ya. Saya bilang itu dan mengantarnya ke gerbang sewaktu “Ia” akan pulang. Semoga dia senang. Lagaknya saya sok perhatian padahal sebenarnya saya busuk orangnya. Ha ha. Maaf.
- 6. Nyingikirin batu di jalan. Dari PGC saya jalan ke Carefour Kramat Jati untuk beli sesuatu. Di jalan saya nyingkirin batu. Pemberian saya hari itu.
- 7. Mendengarkan ibu-ibu ngomel. Di warung ibu-ibu ngomel nggak jelas ngomongin orang lain. Saya mendengarkan, tidak langsung cabut meninggalkan.
- 8. Tidak gagal, hanya belum berhasil. Saya dan tim yakin program Sekolah Menulis Virtual (SMEVI) FLP dapat dana sekian ratus juta. Tetapi ternyata di pengumuman tidak lolos. Saya katakan kepada tim, kita tidak gagal, hanya belum berhasil. Kini, proposal program itu terus berjalan sampai menemukan investor yang tepat.
- 9. Sabar menghadapi klien. Client from Hell. Begitu istilah kami para konsultan. Tapi, saya dan tim coba menghadapinya dengar sabar saja.
- 10. Kado untuk Almas. Kasih baju buat Almas, keponakan saya. Kado ulang tahun yang terlambat. Semoga dia suka.
- 11. Nolong jatuh dari motor. Menolong orang yang jatuh dari motor. Dia tersenyum dan ucap terimakasih. Saya bahagia.
- 12. Bangun pagi untuk anak-anak matahari. Jam 6 pagi harus Ke Bekasi, ngajar anak-anak Sekolah AL Husnayain, anak-anak matahari. Saya bangga pada kalian semua.
- 13. Ngevote karya temen. Ikut memilih karya teman, semoga dia berhasil memenangkan kontes itu.
- 14. Sepatu warna putih. Pemberian untuk saya sendiri, saya sudah lama incar sepatu ini. Contoh program 29 Gift yang gagal. Saya malah memanjakan diri sendiri.
- 15. SMS semangat. Niatnya kirim SMS semangat. Hasilnya dikira tebar pesona sama perempuan itu. Sial.
- 16. Telp temen lama. 6 tahun berhubungan di dunia maya tapi belum pernah ketemu. Kata yang keluar pertama kali dari mulutnya “Tumben lu inget” lalu kita menggila setelahnya via dunia maya.
- 17. Jawab Pertanyaan Mahasiswi. Orang yang ngilang sekian “abad” nongol lagi tanya soal perkembangan terbaru sosial media. Walau sedang sibuk sekali saya menjawabnya. Saya cinta mati sama orang ini. Tapi cuman anggap saya sebagai teman biasa. Baiklah, biarlah. Tragis sih. Tapi ya sudahlah.
- 18. Telp Laras. Memastikan dia baik-baik saja. Soalnya dia miscall, kangen katanya setelahnya. Padahal saya tahu yang kangen emaknya. Ha..ha. Oke anakku baik-baik selalu. Eh. Bukan ding.
- 19. Sabar hadapin anak-anak. Anak-anak di sekolah mulai pada bandel. Tapi ya sabar aja.
- 20. Lupa.
- 21. Lupa.
- 22.Tetangga wuanjrit. Brisiknya nggak ketulungan. Tapi tak saya tegur, mencoba memahami saja.
- 23. Kirim buku teman. Saya tak kenal dia, cuman dia curhat di dunia maya lagi pusing skripsi nyari referensi. Saya kirim 3 buku ke Sulawesi sana. Semoga senang.
- 24. Kakak Asuh. Jadi kakak asuh untuk anak yatim. Semoga berlanjut ke bulan-bulan berikutnya.
- 25. Untuk Pak Tua. Curhat narik angkot malam sampai jam 12 tidak ada penumpang, saya selipkan sesuatu di kantong bajunya. Semoga senang.
- 26. Lampu Penerang. Lampu depan mati, lama tidak ada yang peduli. Saya belikan walau jujur cuman lampu murahan.
- 27. Telp Ayah. Saya tak bisa bilang apa-apa kepadanya. Saya tahu dia kecewa pada kehidupan saya yang belum menikah. Saya bilang tenang saja. Secepatnya, katanya. Ya ya ya. Walaupun begitu saya bersyukur ayah masih mau berdoa untuk kebaikan saya.
- 28. Kepada Pecinta Buku. Bikin rilis di media menolak pelecehan terhadap pecinta buku. Maklum Book Fair ditutup gara-gara pernikahan anak presiden. Saya marah besar. Saya tulis rilis dedikasi untuk para pecinta buku. Gayung bersambut, diskusi mengarah ke gugatan secara hukum tapi ada yang menyarankan untuk kampanye dan bikin petisi aja. Wacana terus bergulir, kita lihat saja nanti gimana hasil akhirnnya.
- 29. Doa untuk Lan Fang. Usianya memang jauh di atas saya. Tapi, tak peduli, saya tetap mengaguminya. Seorang penulis, sastrawan yang melahirkan novel “Ciuman di Bawah Hujan”. Perbincangan-perbincangan kecil dengannya, walau kadang singkat-singkat saja telah memberikan makna mendalam bagi kehidupan saya. Saat saya menuliskan ini, dia sedang terbaring di rumah sakit. Dan saya hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya.
Ini cerita kecil saya tentang program 29 Gift. Saya menjadi sadar bahwa ternyata banyak orang yang kurang beruntung. Tapi saya malah jarang sekali bersyukur. Kalau dapat uang sedikit saja langsung boros. Kemarin saya nonton Kick Andy, ada seorang pengusaha dengan enteng saja menyumbang 25 juta. Saya iri sekali.
Setelah ini, saya ingin bekerja keras dan cerdas, agar dapat hasil yang maksimal. Mengurangi tidur dan bekerja lebih giat lagi. Tentu, untuk kebahagiaan saya. Kalau bisa kelak juga bisa berbagi kepada sesama. Ya. Semoga saja. []
*Penulislepas, tinggal di Jakarta.
0 Response to "Cerita Kecil Tentang 29 Gift"
Posting Komentar