Jadi Guru di Hari Sabtu
Oleh
Yons Achmad*
Oleh
Yons Achmad*
Hari Sabtu. Mungkin itu liburan buatmu. Tapi, bagi saya tidak. Justru, ada sesuatu yang baru bagi saya di hari Sabtu. Ya, mengajar kelas ekstrakurikuler jurnalistik untuk anak-anak di SDIT Al-Husnayain, Harapan Baru, Bekasi. Di akhir tahun ini, dan mungkin bulan-bulan berikutnya, setiap Sabtu saya akan berkunjung ke tempat itu.
Sebuah rutinitas yang dulu juga pernah saya jalankan. Dulu saya pernah menjadi pelatih jurnalistik di SMA 113, 42 dan 58 Jakarta. Hasilnya, setiap enam bulan sekali sekolah itu telah bisa menghasilkan majalah sekolah.
Kini, saya kembali lagi, mencoba mengakrapi anak-anak. Tantangan memang lebih besar, mengajar untuk anak SD. Tak gampang, justru lebih sulit daripada mengajar untuk anak SMA. Tapi entah mengapa, saya suka. Saya menikmatinya.
Ini bukan soal uang atau menerima tawaran mengajar semata-mata demi uang atau honor yang lumayan. Bukan, bukan, tapi ini soal eksperimen. Ya, saya kelak berencana membangun Yayasan Ismailiyah (diambil dari nama ayah saya Ismail) yang salah satunya adalah membangun Taman Bacaan bagi anak-anak di kampung saya, lereng Gunung Merapi sana.
Lewat mengajar anak-anak SD itu, saya ingin menyelami kehidupan mereka. Yang ternyata, kehidupan mereka memang kadang sering salah dipahami oleh orang dewasa.
Seperti kejadian Sabtu kemarin (19/Nov/11). Saya bangun pagi sekali. Mandi, seterika celana/baju, menyiapkan 40 buku komik Detektif Conan sebagai bacaan untuk anak-anak. Sesuai jadwal hari itu yaitu praktek membaca buku. Jam 6 pagi saya berangkat dan harus sampai ke sekolah itu jam 08.00. Yah, untuk menyelamtkan diri tak terlambat sebab jalan seputar Kalimalang macetnya bukan main.
Sayangnya saya keliru duga. Anak-anak itu tak suka baca komik. Malas-malasan mereka baca. Untungnya, ada beberapa anak yang bawa buku kumpulan cerita/novel karangan anak-anak KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) terbitan Mizan.
Akhinya, daripada mereka bosen dan bete saya tarik komik dan saya minta beberapa peserta membacakan cerita dalam buku kumpulan cerita/novel tersebut. Begitulah kondisi sebenarnya. Kadang, kita menduga anak-anak tak suka membaca buku, sukanya membaca komik. Eh, nyatanya mereka malah nggak doyan komik, malah suka baca buku. Kejadian-kejadian semacam ini bagi saya adalah pelajaran berharga untuk menyelami jiwa anak-anak sebenarnya.
Agar kegiatan pembelajaran jurnalistik tak sia-sia, peserta yang berjumlah sekira 40-orang itu berencana menelurkan produk-produk jurnalistik semacam mading setiap bulan, buku kumpulan cerita (cerpen) dan website atau majalah online. Kita juga merencanakan membuat kaos komunitas ekskul jurnalistik dan kunjungan jurnalistik ke salah satu industri media semacam Trans TV/Trans 7 atau Radio Dakta Bekasi.
Jadi guru di hari Sabtu. Itulah aktivitas akhir pekan yang lumayan menyenangkan. Dan saya akan terus bekerja dan berbagi kepada mereka. Dengan sepenuh hati. Dengan sepenuh cinta. Semoga. []
*Penulislepas. CEO Kanetmedia, tinggal di Jakarta.
0 Response to "Jadi Guru di Hari Sabtu"
Posting Komentar