Dahsyatnya Secangkir Teh

Dahsyatnya Secangkir Teh
Oleh
Yons Achmad*


Pada malam gerimis, bersama temans, saya menyambangi gerai etnik di Pejanten Village, Selatan Jakarta. Mata tertuju pada sebungkus teh. Tentu, seperti biasa, saya tergoda, sebab teh adalah minuman klangenan saya.

Sesampai rumah, seperti biasanya pula, saya langsung bereksperimen.

Eksperimen pertama. Saya menaruh teh dalam cangkir, menggerojokkan air panas. Menunggu 2 menit. Lalu mengangkat teh, menunggu 1 menit lagi dan mulai menyesap secangkir teh pelan-pelan. Hasilnya, di lidah terasa agak kasar. Walau teh “mangga” itu memang cukup seimbang, antara nuansa teh dan nuansa “mangga” nya.

Eksperimen kedua. Saya menggerojokkan air panas. Menaruh teh, mendiamkan sejenak, menaruh gula. Mengaduknya. Selang beberapa menit saya menyecapnya. Rasanya hancur. Serat-serat kasar terasa di lidah. Gula merampas rasa.

Eksperimen ketiga. Saya sedang berdamai dengan gula. Biasanya saya enggan menabur gula dalam secangkir teh. Tapi saya iseng mencoba. Saya menaruh teh, menuangkan air panas ke dalamnya. Satu menit kemudian saya mengangkat teh dari cangkir, menaburi gula sedikit saja (mondho-mondo kata orang Jawa), mengaduknya. Lalu saya memasukan teh lagi, menunggu lagi 2 menit, mengangkat teh dari cangkir.

Lalu, saya menyesapnya pelan. Teh membasah lidah dan tenggorokan. Eksperimen terakhir ini, mungkin belum sempurna, tapi saya puas. Rasa teh terasa, nuansa “buah” juga terasa. Untung saya tak menabur gula terlalu banyak, hanya sedikit saja. Jadi, setidaknya bisa menjaga rasa teh pada orisinalitas kenikmatanya.

Eksperimen pertama gagal karena saya menggerojokkan begitu saja air panas. Teh jadi berantakan. Kudunya teh dicelup pelan-pelan. Eksperimen kedua keliru lagi, sebab saat mengaduk gula, teh masih di dalam. “Pusing” dia, jadinya berpengaruh juga pada rasa. Harusnya, saat mengaduk gula, teh dikeluarkan lebih dahulu.

Baru pada eksperimen ketiga, agak lumayan berhasil. Walau barangkali bagi “ahli teh”, cara saya itu mungkin masih sangat keliru. Tapi setidaknya, saya sudah berusaha mencobanya dengan hati-hati. Hingga, menemukan kenikmatan rasa sesuai keinginan saya.

Dari eksperimen secangkir teh ini, saya renung-renungkan kembali kehidupan.

Ya, kadang, segala sesuatu. Misalnya, mimpi sejauh apapun, menjadi mungkin kalau kita mau mencobanya. []


*Publicist. Founder Kanetmedia.com



1 Response to "Dahsyatnya Secangkir Teh"

Blog Ayu mengatakan...

kok bisa ngerasain bedanya? saya pecinta teh juga, cuma tau bedanya teh yang pakai air pakai 'banyu godhog'-langsung dari teko panas, pakai air kendi, air dispenser, n air heater :p (yang terakhir karena saya menjabat sebagai nak kos wahaha)