Seminggu di Dunkin Donuts

Seminggu di Dunkin Donuts
Oleh
Yons Achmad*


Di Kedai Donat. Pada sebuah pusat perbelanjaan di Cililitan Jakarta Timur. Satu kedai dua ruangan. Satu ber-pendingin udara, satunya untuk para perokok. Masing-masing enam meja. Saya tentu suka yang pertama. Tidak membuat gerah. Setidaknya, bisa tenang berlama-lama di tempat ini.

Sekedar menikmati sepotong donat Cokelat Crispi dan secangkir Thai Tea. Menu sederhana kesukaan saya. Teman sekitar 5 jam duduk di depan netbook. Membaca informasi via internet, menulis kolom dan menuntaskan proyek kecil: Penulisan biografi kedua seorang dokter. Yang pertama sudah rampung.

Selama bulan puasa 2011, seminggu saya mengunjungi tempat ini. Pertimbangan utamanya, akses internet yang kencang plus suasana yang tenang. Saya bisa bekerja dengan leluasa. Termasuk mengirimkan email kepada calon klien-klien saya. Sepuluh slide power point kepada 10 orang setiap hari. Saya usahakan terpenuhi.

Tak terasa, sudah 29 bulan saya bekerja mandiri. Bekerja pada payung perusahaan sendiri. Sebuah tim kecil memang. Bersyukur bisa berjalan, walau masih agak pelan. Waktu yang masih pendek. Tapi. menyisakan banyak kisah. Yang diam-diam menjadi pelajaran. Terutama untuk fokus pada bidang garapan. Jangan sampai “murtad” beralih ke yang lain sebelum benar-benar menghasilkan.

Sebagai seorang konsultan yang bergerak dalam bidang media, membuat saya mesti siap bekerja di mana saja. Apalagi sejak Juni 2011 saya membuka layanan Webmatic Indonesia untuk personal, perusahaan/lembaga, sekolah maupun pebisnis lewat toko online. Layanan web instan yang sehari jadi setelah investasi di transfer oleh klien. Ini lini bisnis baru (media online), sebelumnya saya dan tim hanya bergerak di media cetak (majalah, buku, tabloid, media kawasan).

Di kedai ini, saya juga mencoba merancang masa depan. Baik tentang bisnis maupun segala hal yang berhubungan dengan keluarga. Yang mungkin rada terlambat. Teman-teman SMA atau teman-teman kuliah dulu rata-rata sudah menikah. Dan memiliki anak. Saya. Aha. Masih sendirian saja. Saya memang menikmati hidup sendirian begini. Tapi, rasanya hidup bersama dengan seseorang, sebuah ide yang menarik juga.

Dalam bisnis, saya rutin mencatat tentang ide/strategi yang berkelebat. Terangkum dalam buku kecil. Kadang memang mewujudnya lama. Ada yang tahun 2009 saya menuliskan idenya, baru kesampaian akhir tahun 2010. Begitu juga, saya yakin ketika saya menuliskan ide/strategi saat ini, semoga saja kelak benar-benar terwujud. Agenda pasca lebaran ini, prioritas memantapkan tim. Jadi, tak semua hal mesti saya yang mengerjakan. Untuk hal-hal rutin dan teknis biar tim yang urus. Saya coba melangkah jauh ke hal-hal strategis lain. Membuat sistem dan alur kerja yang baik, jadi misalnya sewaktu bisnis saya tinggalkan, tetap bisa berjalan, membuka lini bisnis baru dan merampungkan proyek-proyek pribadi yang sempat terbengkalai.

Lalu dalam soal hidup bersama, memang rada bimbang. Perawan atau janda. Lama, saya memikir demikian. Soal perawan, kadang saya mencari yang demikian. Tapi, apakah benar-benar masih perawan? Bagaimana kalau sudah tidak? Jelas, pertanyaan yang membuat saya bimbang. Tapi, saya sudah menemukan jawaban.

Saya tak mau repot dan peduli dapat perawan atau janda. Saya kembalikan pada agama yang saya yakini. Yang pertama, agamanya baik, kemudian keluarganya juga baik. Dan memegang teguh prinsip serta komitmen yang kita sepakati bersama. Bagi saya itu sudah cukup. Saya tak mau lagi mengejar terlalu agresif seseorang yang begitu “jual mahal”. Yang selama ini saya lakukan. Saya capek.

Selama seminggu itu, bersyukur saya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini muncul. Tentang apa sebenarnya keinginan terbesar dalam hidup. Tentang seseorang yang kelak akan hidup bersama. Tentang bagaimana membuat bisnis bisa berjalan dengan semestinya dan menghasilkan. Juga pilihan tinggal, apa tetap di Senjakarta atau tidak. Bersyukur pada hal lain, proyek 5 tahun mendatang juga sudah saya petakan.

Selama seminggu itu, saya juga coba masukan sebuah program hibah cipta media. Program advokasi penulis Forum Lingkar Pena (FLP) dan Teraka (Televisi Ramah Keluarga). Saya ajukan permohonan dana sekian ratus juga. Berhasil atau tidak kita lihat nanti. Yang pasti, saya sudah mencoba menebar peluang. Semakin banyak peluang dimasuki, semakin bagus.

Yang ada sekarang, saya hanya bisa berserah diri. Berharap kepada Tuhan agar doa-doa terkabulkan.


*Penulislepas. Owner Kanetweb.com

7 Responses to "Seminggu di Dunkin Donuts"

dhodie mengatakan...

D*nkin Donuts kan tempatnya gak asiik wahaha *gak diteropong waralabanya kan*.. Etapi yang di Sabang gw suka sih, enak buat nongkrong.

Membantu dengan do'a dari jauh, kawan. Membaca cerita ringan ini seperti "ikut" serta di dalamnya. Tentu apa yang direncanakan baik, (seyogyanya) berakhir baik :). Insha Allah *nyalain Kang Maher*

penakayu mengatakan...

emang sih tempat paling asik kamar sendiri ^_^

met lebaran om dhodie

sukmadewi mega mengatakan...

jd mo prioritas bisnis atau melepas kesendirian. menurutku jalanin2-2nya sih asik. action!!

penakayu mengatakan...

maunya sih gt he he

Anonim mengatakan...

mudah2n semuanya berjalan lancar yaaa.. ^^

Linda mengatakan...

wah cuma makan donut dan minum thai tea? diet ya pak
aamiin semoga semua doanya diijabah Allah

penakayu mengatakan...

mirma@ amien :-)
Linda@ iya, adanya cuman itu he he. makasih ya