Sebelas Tahun Kemudian…
Oleh
Yons Achmad*
Woww....
Ingatan kami melayang kembali.
Tentang Pak Ambar: Guru Matematika kami yang menghibur
Tentang Bu Gandhi: Guru BP kami yang manis dan imut
Tentang Pak Herman: Guru Sejarah yang punya banyak kisah
Tentang Bu...: guru Kimia kami yang...ah sudahlah.
Begitulah kami, anak-anak Begarlist
alias belakang gardu listrik
SMA Negeri 2 Magelang.
1997-2000
Perpisahan, memang tak selamanya menyakitkan. Tapi, sebuah pertemuan, biasanya mengasyikkan. Itulah yang kami lakukan. Setelah sebelas tahun berpisah, akhirnya kami bisa bertemu kembali. Berawal di Plaza Blok M, berlajut ke emperan Blok M Square. Dari menjelang maghrib sampai lebih dari pukul 1 malam. 16 Agustus 2011.
Tak banyak yang hadir memang. Hanya enam orang. Tapi setidaknya bisa membangkitkan kenangan...
Pran: Bintang tamu kami. Pegawai Bank di Kalimantan sana. Dulu ikon kelas B. Orangnya memang lucu. Logat Jawanya kental. Di pertemuan kami itu, dialah yang membuat kami tertawa lebar. Sengaja datang ke reunian karena sedang ada diklat di Senjakarta. Sudah menikah dan punya 1 anak, namanya Arka.
Bud: Lelaki kecil tapi sudah punya nyali menikah. Sekarang menjadi pengusaha bidang peternakan di Bogor. Dulu sebangku dengan Andi yang kini jadi tentara di Palembang dengan pangkat Letnan Satu. Malam setelah acara itu, Andi menelopon saya dan cerita panjang lebar. Silaturahmi yang terjalin kembali.
Karena mereka masing-masing sudah punya istri, mereka memutuskan untuk pulang duluan. Reunian tetap berlanjut diantara kami. Pada halaman depan Blok M Square.
Dieta: Wow dia pecinta buku. Semua karya Andrea Hirata di lahapnya. Pun ketika reuni itu, ia bawa novel Entrok karya Oki Madasari. Saya senang mendengar cerita-ceritanya seputar buku, khususnya novel-novel terbaru. Semuanya di bacanya saat perjalanan naik kereta menuju tempat kerjanya. Sekarang ia bekerja sebagai akuntan pada sebuah perusahaan kontraktor di Kemang. Yang ku salut juga, ia berani datang ke pernikahan mantan pacarnya. Nyalinya gede juga. Hebat.
Sulik: Kalau yang ini kayaknya sudah jadi semacam wanita karir di Senjakarta. Dandananya cukup modis. Bekerja pada sebuah Mall ternama di Ibu Kota. Juga sangat suka buku, terutama novel-novel terjemahan. Anaknya cukup gesit. Dialah yang mengorganisir pertemuan reunian kami. Puji Tuhan, semoga pertemuan selanjutnya lebih banyak lagi pesertanya. Insyaallah.
Bakti: Yang ini bekerja sebagai wartawan sebuah media online. Menyukai karya-karya Pramudya Ananta Toer. Sejak jadi wartawan di Senjakarta menjadi lumayan kritis dan cerdas. Punya banyak cerita dan informasi seputar dunia politik yang tak terberitakan di media umum. Saya senang mendengar ceritanya.
Begitulah. Dan kami bukan politisi, jadi tak punya terlalu banyak agenda kepentingan. Hanya sekedar pertemuan reunian biasa. Tak ada agenda apa-apa.
Saya cukup senang dalam pertemuan itu. Banyak cerita, dan saya suka. Saya lebih banyak mendengar cerita-cerita mereka. Yang masing-masing kini asik dengan dunianya.
Dengan mendengar cerita-cerita mereka, saya optimis sebenarnya bangsa ini baik-baik saja. Berjalan melangkah ke depan. Mereka tetap bekerja, mereka terus berkarya. Ada atau tanpa dukungan pemerintah.
Lewat reuni kecil dengan anak-anak muda: saya yakin bahwa mimpi-mimpi akan terwujud. Kebaikan, kesuksesan dan keberhasilan akan datang pada waktunya. Dan saya semakin percaya: Harapan itu masih ada. (*)
*Penulislepas, penyesap teh dan penikmat senja.
Oleh
Yons Achmad*
Woww....
Ingatan kami melayang kembali.
Tentang Pak Ambar: Guru Matematika kami yang menghibur
Tentang Bu Gandhi: Guru BP kami yang manis dan imut
Tentang Pak Herman: Guru Sejarah yang punya banyak kisah
Tentang Bu...: guru Kimia kami yang...ah sudahlah.
Begitulah kami, anak-anak Begarlist
alias belakang gardu listrik
SMA Negeri 2 Magelang.
1997-2000
Perpisahan, memang tak selamanya menyakitkan. Tapi, sebuah pertemuan, biasanya mengasyikkan. Itulah yang kami lakukan. Setelah sebelas tahun berpisah, akhirnya kami bisa bertemu kembali. Berawal di Plaza Blok M, berlajut ke emperan Blok M Square. Dari menjelang maghrib sampai lebih dari pukul 1 malam. 16 Agustus 2011.
Tak banyak yang hadir memang. Hanya enam orang. Tapi setidaknya bisa membangkitkan kenangan...
Pran: Bintang tamu kami. Pegawai Bank di Kalimantan sana. Dulu ikon kelas B. Orangnya memang lucu. Logat Jawanya kental. Di pertemuan kami itu, dialah yang membuat kami tertawa lebar. Sengaja datang ke reunian karena sedang ada diklat di Senjakarta. Sudah menikah dan punya 1 anak, namanya Arka.
Bud: Lelaki kecil tapi sudah punya nyali menikah. Sekarang menjadi pengusaha bidang peternakan di Bogor. Dulu sebangku dengan Andi yang kini jadi tentara di Palembang dengan pangkat Letnan Satu. Malam setelah acara itu, Andi menelopon saya dan cerita panjang lebar. Silaturahmi yang terjalin kembali.
Karena mereka masing-masing sudah punya istri, mereka memutuskan untuk pulang duluan. Reunian tetap berlanjut diantara kami. Pada halaman depan Blok M Square.
Dieta: Wow dia pecinta buku. Semua karya Andrea Hirata di lahapnya. Pun ketika reuni itu, ia bawa novel Entrok karya Oki Madasari. Saya senang mendengar cerita-ceritanya seputar buku, khususnya novel-novel terbaru. Semuanya di bacanya saat perjalanan naik kereta menuju tempat kerjanya. Sekarang ia bekerja sebagai akuntan pada sebuah perusahaan kontraktor di Kemang. Yang ku salut juga, ia berani datang ke pernikahan mantan pacarnya. Nyalinya gede juga. Hebat.
Sulik: Kalau yang ini kayaknya sudah jadi semacam wanita karir di Senjakarta. Dandananya cukup modis. Bekerja pada sebuah Mall ternama di Ibu Kota. Juga sangat suka buku, terutama novel-novel terjemahan. Anaknya cukup gesit. Dialah yang mengorganisir pertemuan reunian kami. Puji Tuhan, semoga pertemuan selanjutnya lebih banyak lagi pesertanya. Insyaallah.
Bakti: Yang ini bekerja sebagai wartawan sebuah media online. Menyukai karya-karya Pramudya Ananta Toer. Sejak jadi wartawan di Senjakarta menjadi lumayan kritis dan cerdas. Punya banyak cerita dan informasi seputar dunia politik yang tak terberitakan di media umum. Saya senang mendengar ceritanya.
Begitulah. Dan kami bukan politisi, jadi tak punya terlalu banyak agenda kepentingan. Hanya sekedar pertemuan reunian biasa. Tak ada agenda apa-apa.
Saya cukup senang dalam pertemuan itu. Banyak cerita, dan saya suka. Saya lebih banyak mendengar cerita-cerita mereka. Yang masing-masing kini asik dengan dunianya.
Dengan mendengar cerita-cerita mereka, saya optimis sebenarnya bangsa ini baik-baik saja. Berjalan melangkah ke depan. Mereka tetap bekerja, mereka terus berkarya. Ada atau tanpa dukungan pemerintah.
Lewat reuni kecil dengan anak-anak muda: saya yakin bahwa mimpi-mimpi akan terwujud. Kebaikan, kesuksesan dan keberhasilan akan datang pada waktunya. Dan saya semakin percaya: Harapan itu masih ada. (*)
*Penulislepas, penyesap teh dan penikmat senja.
0 Response to "Sebelas Tahun Kemudian…"
Posting Komentar