Open Your Heart
:yons achmad*
Seorang teman: Dhodie, Ketua Blogger Depok (deBlogger) menulis di Twitter “Kadang kita gak sangka kapan dan dari mana pertolongan itu datang”. Entah apa yang sedang dirasakannya, entah apa yang sedang terpikirkannya. Yang pasti saya, dan kita semua pastilah sependapat dengan kata-kata ini.
Kata-kata ini, semacam air yang membasahi tenggorakan saat buka puasa tiba. Menyegarkan. Dan, ketika mendapatinya di pagi manis ini, rasa-rasanya semakin menumbuhkan gairah untuk bekerja, untuk berkarya. Demi mewujudkan cita-cita yang diam-diam selalu kita simpan rapat di hati. Mungkin, untuk sebuah rumah mewah, mobil berkelas, mengunjungi kota-kota yang aduhai, mendapat banyak uang. Atau sekedar untuk mendapat selembar rupiah agar bisa membeli novel mengharukan untuk bacaan di akhir pekan.
“Open Your Heart” Katanya lagi.
Ya, membuka hati. Kata ini sederhana saja. Hanya saja, bagi saya mempraktekkannya sulit nian. Derajat religiusitas saya mungkin pas-pasan sekali. Saya kadang begitu susah untuk membuka hati. Begitu susah menerima keadaan yang sama sekali tidak saya inginkan. Tak tahulah saya kenapa bisa begini. Kalaupun bisa, lama sekali waktunya.
Kau bagaimana, apakah merasakan hal yang sama? Semoga tidak.
Jujur, saya pernah kecewa dengan keadaan. Dulu Saya kecewa dilempar dari kursi kampus karena talat bayar SPP padahal saya juara karya tulis akademis nomer dua dan juara pertama karya tulis apesiasi seni. Saya kecewa ditipu rekan bisnis teman sendiri, saya kecewa motor satu-satunya untuk aktivitas kerja digondol maling, saya kecewa mbak penerbit menghilang ketika saya berhasil menulis sebuah buku untuk mereka, saya kecewa orang yang saya cintai pergi begitu saja, saya kecewa ibu saya harus meninggal di usia muda terkena kanker sebelum saya sempat membalas kebaikan-kebaikannya dll
Sulit sekali membuka hati atas semua itu
Bisa dan rela menerima keadaan. Tapi lama.
Lalu, saya menyadari kayaknya memang ada yang salah dalam diri dan hati saya. Selain religiusitas yang perlu ditingkatkan sepertinya manajemen hati memang persoalan yang mesti saya selesaikan lebih dini. Menyadari mungkin dengan begitulah dunia akan terbuka. Menyadari bahwa kadang hidup memang tak sesuai dengan yang kita harapkan dan kita mesti harus berjalan.
Menyadari bahwa itu hanyalah cobaan kecil saja. Meyakini bahwa orang lain mungkin malah pernah menghadapi persoalan yang lebih parah, lebih rumit dari semua kekecewaan-kekecewaan di atas. Sayangnya kesadaran dan keyakinan semacam ini lama sekali saya peroleh. Mungkin benar kata seorang itu, saya begitu lemah. Dan seorang yang lemah tak mungkin menjadi imam yang baik dan bisa diandalkan.
Pagi ini, saya belajar tentang semua itu. Hidup yang rumit penuh masalah justru malah menantang. Dan tentu saja mengasyikkan. Kesempurnaan justru malah membuat bosan. Seperti kisah dalam Eat, Pray and Love. Perempuan itu sudah punya segalanya. Suami yang baik, rumah mewah, fasilitas serba ada. Namun hampa. Ia kemudian melepas semuanya, termasuk menceraikan suaminya tanpa sebab yang jelas. Begitulah. Dunia memang aneh.
Dan, membuka hati. Ah. Rasa-rasanya memang perlu dan senantiasa terasah selalu. Membuka hati, adalah jalan menuju kebahagiaan. Dan kebahagiaan, itulah yang selama ini kita cari dan selalu kita inginkan. Begitu juga, ketika kita benar-benar sudah angkat dengan keadaan, seperti kata teman di atas, tentunya ketika kita yakin akan Tuhan, yakinlah bahwa pertolongan itu pasti datang []
*Penulislepas, tinggal di Jakarta
4 Responses to "Open Your Heart"
you will, when you believe :)
wokeh :-)
memang sulit untuk membuka hati..
Semakin sering kita mendapatkan ketidakidealan, seharusnya kita bisa lebih berdamai dengan "hidup" itu sendiri.. Easy to say, tapi pada implementasinya sulit. Mungkin kita perlu waktu-waktu hening seperti yang dilakukan Liz Gilbert saat mengetuk Tuhannya di kamar mandi (EPL).
As usual, nice writing :)
Posting Komentar