Dicintai atau Dipahami?

Perempuan : Dicintai atau Dipahami?
:yos achmad*

"Jika Anda ingin hidup bahagia dengan laki-laki, Anda harus banyak memahaminya dan sedikit mencintainya. Jika Anda ingin berbahagia dengan perempuan, Anda harus lebih banyak mencintainya dan jangan coba-coba memahaminya.”

Helen Rowland (Penulis)

Saya pernah mengutip kata-kata di atas dalam situs jejaring sosial Twitter. Hasilnya, saya diprotes seorang teman. Katanya “Kok bisa gitu, perempuan juga kan butuh dipahami”. Benar, kutipan di atas memang masih mengandung kontroversi. Ada yang sepakat, ada juga yang tak sependapat. Tapi begitulah, kata-kata manusia tak selamanya benar. Berbeda pendapat itu biasa.

Perempuan. Bagi saya dia adalah bagian dari hidup. Selain buku dan biola.

Perempuan. Bagi saya sebuah makluk : Yang : Menyenangkan, menginspirasi, mengenangkan. Tapi ada juga ada yang : Brisik, tukang mengomel dan suka berbohong.

Lalu perempuan : Mesti dicintai atau dipahami?

Bingung...

Lantas, saya meraih buku di rak yang membahas tentang perempuan.

Judulnya “Why Men Lie and Woman Cry” (Mengapa pria pembohong dan perempuan cengeng) karya Allan dan Barbara Pease. Saya baca. Kurang ajar !!! Buku ini menyindir sekali. Saya tak setuju. Nggak tahu alasannya apa, yang pasti saya sendiri jarang bohong sama perempuan. Kalau cengeng malah sering. Lagian dulu pertama kali kan Adam juga tertipu Hawa. Hoooo... rumit. Ah. Lupakan judulnya. Kita baca isinya saja. Saya pilah-pilih ya, khususnya yang membahas tentang perempuan saja.

Perempuan itu katanya : Begitu banyak bicara, sering berbicara tanpa tujuan yang jelas, mau tahu detail mengenai setiap orang di sekeliling mereka dan jarang berinisiatif dalam seks”

Perempuan itu : Tampak memiliki kecenderungan biologis untuk melihat dan membeli bantal hias, menata ulang perabotan, membuat pria tersandung pada saat mereka menyelinap masuk diam-diam di malam hari.

Lalu ada kutipan menarik :

“Seorang perempuan memikirkan masa depan
Sampai mereka mendapatkan seorang suami,
Seorang pria tidak pernah memikirkan masa depan
Sampai mereka mendapatkan istri”


Jangan protes dulu. Sabar. Kita lanjutkan.

Bagaimana dengan yang ini :

“Jika perempuan menampar seorang pria di depan umum,
semua orang beranggapan pria itulah yang salah”

Waduh. Kalau dilanjutkan bisa berabe kayaknya ya. Padahal saya baru membaca sekitar 23 halaman.

Baiklah, tapi sebelum saya mengakhiri, saya hanya ingin sekedar mengabarkan : sore ini : saat saya membaca buku ini, udara begitu nyamaaaan, tenang, rasanya sunyi sekali. Saya suka. Pekerjaan memang menumpuk. Tapi, bersyukur masih bisa menyisakan waktu untuk membaca buku. Terimakasih Tuhan.

Terakhir. Simak kata-kata dibawah ini :

“Seorang perempuan hanya perlu mengenal seorang pria dengan baik,
Untuk mengerti semua pria :
Sedangkan seorang pria mungkin mengenal semua perempuan,
tetapi tidak mengerti satupun dari mereka”.

Rasanya-rasanya setiap lelaki memang perlu memutuskan. Bahwa sikap yang tepat untuk perempuan : Sedikit dipahami, selebihnya cukup dicintai saja.
Titik []

Rumah Kelana : 22 April 2010

*Penulis selepas mungkin, tinggal di Jakarta.
Nb : Pic sekedar ilustrasi

4 Responses to "Dicintai atau Dipahami?"

deetaty.wordpress.com mengatakan...

Saat ini saya membaca buku Men are from Mars women are from Venus karya John Gray kalau menurut buku ini wanita jika punya masalah akan bercerita dengan tujuan untuk didengarkan sedangkan laki-laki akan masuk ke gua untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kaum pria termotivasi dan bersemangat kala mereka dibutuhkan, kaum wanita jadi termotivasi dan bersemangat kala mereka merasa dicintai.

Anonim mengatakan...

Apakah artinya wanita akan berkata seperti ini:

"lelaki, kau hanya perlu kupahami saja, dan kuberikan cintaku sekadar yang kau inginkan"

untuk sebuah kalimatmu;

"Wanita sedikit dipahami, selebihnya cukup dicintai saja."

Hm... seperti itukah?

(Divin)

Hilmy Nugraha mengatakan...

bahkan, sigmund freud pun tak paham,
apa yang sebernaya di inginkan wanita...

penakayu mengatakan...

deetaty@ begitu ya :-)
Divin@ mungkin :-)
Hilmy@ Sigmun Freud nggak gaul sih dia :-p