:yons achmad*
Bagaimana menulis cerita anak? Jawabnya mungkin gampang-gampang susah. Mengenai teknisnya mungkin bisa dipelajari dan dilatih terus menerus. Tapi, yang kadang susah saya kira menemukan ide ceritanya. Menulis cerita anak mengharuskan kita menyelami dunia anak-anak, menulis yang sekiranya bisa dimengerti oleh mereka. Dan tentunya, seperti banyak pakar kepenulisan bilang, jangan terlalu menggurui.
Mengenai ide cerita, saya mendapatkan sedikit pencerahan setelah membaca novel Perahu Kertas karya Dewi “Dee” Lestari yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Memang novel itu tidak sepesifik bercerita mengenai kepenulisan cerita anak. Namun, melalui salah satu tokohnya, kita bisa belajar mengenai hal itu.
Dalam novel itu, ada tokoh bernama Kugy, cewek yang punya mimpi menjadi juru dongeng alias penulis cerita anak. Dia bereksperimen mengunjungi salah satu sekolah alam “Sakola Alit” di pedalaman. Dan mencoba mendongengi mereka dengan kisah Teddy Bear, Snow White, Peter Pan, Red Riding Hood dll. Hasilnya, murid-murid sekolah itu hanya terbengong-bengong karena tak mengerti. Cerita itu tak dipahami mereka. Sebab dunia mereka memang tidak dekat dengan tokoh-tokoh yang diceritakan Kugy.
Akhirnya, dia menciptakan tokoh-tokoh berkharakter sesuai dengan lingkungan mereka. Lantas, dia menemuka ide cerita Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Tokoh-tokohnya Hogi Si Ayam Pelung Keramat, Palmo si Kambing Nekad, Gogog si Anjing Jago Renang, Somad Sang Pendekar Tanpa Tanda Tanda dll.
Hasilnya, seperti ada kejaiban. Setelah Kugy membuat sesuatu dari dunia mereka, sesuatu yang mereka kenal, mendadak seperti ada sesuatu yang dihidupkan dalam diri mereka (anak-anak itu). Lantas, mereka kemudian sangat girang, seperti ada harapan, kebanggaan dan semangat. Itulah sebagian penggalan cerita dalam novel karya Dee yang laris manis itu. Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil ketika akan menulis cerita anak-anak.
Memang benar adanya bahwa tokoh menjadi begitu penting dalam cerita anak. Kadang cerita sebagus apapun (dalam kacamata orang dewasa) tak begitu menarik anak-anak yang membacanya jika tokohnya tidak mereka sukai. Disinilah rasanya penting menciptakaan tokoh yang bisa menjadi kebanggaan, dapat menjadi teman, bahkan idola mereka. Dalam memunculkan tokoh itu juga ada strateginya, kalau bisa jangan menciptakan tokoh yang terlalu banyak dalam cerita sebab akan membuat bingung anak-anak. Mereka akan kesusahan dalam mengidentifikasi tokoh-tokoh yang ada.
Dalam novel tersebut, ada satu kebiasaan yang dilakukan oleh Kugy, yaitu selalu mencatat apa-apa yang dialaminya bersama anak-anak sekolah alam itu. Selain mencatat, juga membuat sketsa-sketsa. Buku itu semacam “Buku Sakti” yang kelak akan menjadi pertimbangan dan rujukan ketika akan menulis cerita anak. Seperti kebanyakan penulis, tak terkecuali penulis cerita anak, memang kebanyakan mempunyai buku kecil yang digunakan untuk mencatat kejadian, peristiwa menarik yang ditemuinya, atau mencatat ide-ide yang muncul agar tidak hilang begitu saja.
Ini sebagian rahasia bagaimana menjadi seorang penulis cerita anak dalam novel best seller ini. Menang belum sepenuhnya rahasia itu dimunculkan oleh pengarangnya. Tapi setidaknya memberikan gambaran bagaimana seorang penulis cerita anak itu perlu menyelami kehidupan sosial mereka. Agar bisa menuliskan cerita yang mudah dipahami, mudah dimengerti, dekat dengan dunia mereka. Yang akhirnya menjadi bacaan menyenangkan dan mengasyikkan bagi anak-anak.
Begitulah Dee, baik sadar atau tidak sadar telah mengajarkan kita menemukan rahasia bagaimana bisa berkarya menjadi penulis cerita anak. Setelah bisa menyelami dunia-anak-anak dan menemukan ide cerita, hanya satu agenda kita sekarang yaitu MENULISKANNYA. So, Selamat bekerja, semoga berhasil ya :-)! []
Mengenai ide cerita, saya mendapatkan sedikit pencerahan setelah membaca novel Perahu Kertas karya Dewi “Dee” Lestari yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Memang novel itu tidak sepesifik bercerita mengenai kepenulisan cerita anak. Namun, melalui salah satu tokohnya, kita bisa belajar mengenai hal itu.
Dalam novel itu, ada tokoh bernama Kugy, cewek yang punya mimpi menjadi juru dongeng alias penulis cerita anak. Dia bereksperimen mengunjungi salah satu sekolah alam “Sakola Alit” di pedalaman. Dan mencoba mendongengi mereka dengan kisah Teddy Bear, Snow White, Peter Pan, Red Riding Hood dll. Hasilnya, murid-murid sekolah itu hanya terbengong-bengong karena tak mengerti. Cerita itu tak dipahami mereka. Sebab dunia mereka memang tidak dekat dengan tokoh-tokoh yang diceritakan Kugy.
Akhirnya, dia menciptakan tokoh-tokoh berkharakter sesuai dengan lingkungan mereka. Lantas, dia menemuka ide cerita Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Tokoh-tokohnya Hogi Si Ayam Pelung Keramat, Palmo si Kambing Nekad, Gogog si Anjing Jago Renang, Somad Sang Pendekar Tanpa Tanda Tanda dll.
Hasilnya, seperti ada kejaiban. Setelah Kugy membuat sesuatu dari dunia mereka, sesuatu yang mereka kenal, mendadak seperti ada sesuatu yang dihidupkan dalam diri mereka (anak-anak itu). Lantas, mereka kemudian sangat girang, seperti ada harapan, kebanggaan dan semangat. Itulah sebagian penggalan cerita dalam novel karya Dee yang laris manis itu. Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil ketika akan menulis cerita anak-anak.
Memang benar adanya bahwa tokoh menjadi begitu penting dalam cerita anak. Kadang cerita sebagus apapun (dalam kacamata orang dewasa) tak begitu menarik anak-anak yang membacanya jika tokohnya tidak mereka sukai. Disinilah rasanya penting menciptakaan tokoh yang bisa menjadi kebanggaan, dapat menjadi teman, bahkan idola mereka. Dalam memunculkan tokoh itu juga ada strateginya, kalau bisa jangan menciptakan tokoh yang terlalu banyak dalam cerita sebab akan membuat bingung anak-anak. Mereka akan kesusahan dalam mengidentifikasi tokoh-tokoh yang ada.
Dalam novel tersebut, ada satu kebiasaan yang dilakukan oleh Kugy, yaitu selalu mencatat apa-apa yang dialaminya bersama anak-anak sekolah alam itu. Selain mencatat, juga membuat sketsa-sketsa. Buku itu semacam “Buku Sakti” yang kelak akan menjadi pertimbangan dan rujukan ketika akan menulis cerita anak. Seperti kebanyakan penulis, tak terkecuali penulis cerita anak, memang kebanyakan mempunyai buku kecil yang digunakan untuk mencatat kejadian, peristiwa menarik yang ditemuinya, atau mencatat ide-ide yang muncul agar tidak hilang begitu saja.
Ini sebagian rahasia bagaimana menjadi seorang penulis cerita anak dalam novel best seller ini. Menang belum sepenuhnya rahasia itu dimunculkan oleh pengarangnya. Tapi setidaknya memberikan gambaran bagaimana seorang penulis cerita anak itu perlu menyelami kehidupan sosial mereka. Agar bisa menuliskan cerita yang mudah dipahami, mudah dimengerti, dekat dengan dunia mereka. Yang akhirnya menjadi bacaan menyenangkan dan mengasyikkan bagi anak-anak.
Begitulah Dee, baik sadar atau tidak sadar telah mengajarkan kita menemukan rahasia bagaimana bisa berkarya menjadi penulis cerita anak. Setelah bisa menyelami dunia-anak-anak dan menemukan ide cerita, hanya satu agenda kita sekarang yaitu MENULISKANNYA. So, Selamat bekerja, semoga berhasil ya :-)! []
*Penulis, Publisis, Penikmat Sastra & Pengelola http://komunikata.net
3 Responses to "Rahasia Penulis Cerita Anak"
Om ,,tukeran link yukkk :)
artikelnya bagus dan mohon ijin saya muat ulang di pedomanrakyat.blogspot.com, trims
putra@on ntar ane pasang
asnawin@ silakeun bos dengan senang hati :-)
Posting Komentar