Pekerjaan Impian

Pekerjaan Impian
: yon’s revolta


Carilah pekerjaan yang kau cintai,
maka seumur hidupmu
tak akan pernah merasa bekerja

(Konfusius)
====


Sudah hampir 3 bulan “pengangguran”...

Susah juga mendapat pekerjaan, maklum tanpa ijasah formal di tangan. Untuk sementara saya memang “cuti” kuliah, merantau ke Jakarta. Disini saya hanya mengandalkan pengalaman dan skill saja. Latar belakang pendidikan saya jurnalistik dan sedikit punya pengalaman sebagai seorang web conten editor dan penulis lepas spesialis kajian media. Saya seorang pecinta sastra dan punya minat besar terhadap dunia perbukuan dan kepenulisan.

Di sela-sela keseharian dalam penantian, saya tetap mengisi waktu dengan menulis feature model cicken soup for the soul berupa catatan-catatan perjalanan yang (semoga saja) syarat hikmah Kini, lebih dari 60-an cerita terhasilkan. Hobi paling disenangi adalah berburu novel dan memandang senja, karena inilah momen paling romatis sepanjang kehidupan saya. Begitu asiknya menyaksikan senja itu tenggelam ditelan malam, oh...

Untuk apa saya mesti bekerja...?. Tak lain, untuk melanjutkan studi dan membeli sebuah laptop standar yang bisa saya pergunakan untuk berkarya. Ini alasan jangka pendeknya. Selebihnya biarkan tersimpan dihati saya yang sedang mendung ini. Memang ada yang bertanya, bukankah menjadi penulis itu pekerjaan juga..?. Betul. Tapi sekarang saya baru mencoba bekerja untuk orang lain. Belajar untuk taat deadline, tanggungjawab serta belajar berinteraksi di lingkungan kerja. Maklum, sekian lama saya bekerja sendirian, belum pernah bekerja melibatkan banyak orang dalam sebuah kantor. Ini pembelajaran bagi saya. Walau jujur, gaji tetap bulanan juga alasan saya tergoda bekerja untuk orang lain.

Namun tampaknya, kabar kebahagiaan itu belum datang juga. Barangkali, saya memang bukan orang yang bergerak cepat, melaju kencang untuk sebuah obsesi dan cita-cita. Saya lebih sering berjalan pelan. Hanya satu prinsip utama yang saya pegang, walaupun berjalan pelan, tapi jangan pernah berhenti. Saya juga percaya pada sebuah kata-kata mesra, lebih baik menyalakan sebuah lilin kecil, daripada mengutuk kegelapan. Begitulah. Saya masih terus berjalan menyongsong seberkas cahaya terang itu, menyongsong musim senyum datang.

Sore tadi, teman saya yang baik bilang “Kamu egois, hanya memikirkan diri sendiri”. Saya hanya tersenyum, tak membantah. Saya akui, tak perlu berapologi. Memang, saat ini sebuah fase perjuangan yang mesti saya lalui. Terlambat sebenarnya kisah ini terbentangkan, harusnya fase ini sudah berlalu empat atau lima tahun yang lalu. Lagi-lagi saya hanya bisa bergumam, semoga saja keterlambatan sejarah ini bisa menjadi titik terbaik untuk sebuah kedewasaan yang matang. Dan, saya berharap kali ini pendapat saya tepat.

Untuk mengusir sepi, saya isi waktu dengan banyak membaca buku, koran dan situs-situs internet dengan konten seputar sastra dan studi media. Juga, menyiapkan draff untuk buku pertama dan sesekali menulis untuk koran lokal Jawa Tengah. Walau, kali ini kenapa sering ditolak. Tapi, saya tak bosan membuat dan mengirimkannya lagi. Semoga redaktur kesal dan tanpa ampun memajang artikel saya di koran yang dikelolanya. Kalau muncul, aduh aduh aduh, musim senyum datang lagi. Honor ditangan. Kini, saya sedang menunggu telepon dari ujung sana yang mengabarkan “Saudara diterima, dan mulai minggu depan masuk kerja”. Itu saja.

5 Responses to "Pekerjaan Impian"

Anonim mengatakan...

Kacian d loe.
Seperti kata orang2, Ibu Kota lebih kejam dari Ibu Tiri.
Sudah rasa to? :P

~DD~

Anonim mengatakan...

bangun punk!

mimpi2 itu untuk dikejar dan diwujudkan, bukan hanya sekedar dikhayalkan dan diangankan saja. jadi kamu harus bangun! kejar mimpi2 kamu, kejar muyasa juga! hehehe....

semangat! ^_^

esfand mengatakan...

mas...mas...nulis berdua yuk mas?buat buku keduaku. mumpung masih punya link2 penerbit gtu...kita pragmatis dulu aja pertama kalinya. kalau dah dapet modal utk mas ipung baru kita nulis yg aneh2...hehe

Anonim mengatakan...

Sabar,... nanti juga kan ada panggilan buat dirimu.

Btw, email yang kukirim kemarin sudah dicoba blum??

Anonim mengatakan...

kesabaran yang indah ... semangat terus yaa bro ! HE makes Beautiful in HIS time ...