Spirit Lebaran

Spirit Lebaran
Oleh
Yon’s Revolta

~atas salah ucap kata
dan khilaf sebab ujung pena
saya pinta sejuta maaf
selamat lebaran
jaga senyuman
dan hidup penuh cinta~


Saya kirimkan kata-kata diatas dengan penuh ketulusan cinta dan kejernihan hati kepada siapapun. Khususnya bagi mereka yang sempat berinteraksi dengan saya. Hanya kata-kata tersebut yang bisa saya berikan saat ini, untuk menyambut lebaran tahun ini. Kata yang mungkin terlampau klasik dan sederhana kedengarannya.

Tapi, ijinkan kata-kata itu sebagai perantara kita menyambung kembali hubungan persaudaraan yang sempat retak, menyambung kembali komunikasi antara kita yang barangkali sempat terputus. Pertengkaran, cek cok, saling bermusuhan, bahkan diam-diam memendam kesal biarkan lebur, terbang berlalu bersama angin. Sebagai manusia biasa, salah tak bisa lepas. Maka, hari ini, kita saling berbagi senyum, jabat erat, hapus segala kesalahan yang pernah terjadi.

L.E.B.A.R.A.N…

Kata ini memang khas Indonesia. Begitu juga hiruk pikuk kehidupan yang menyertainya. Orang-orang dari rantau pulang kampung. Mudik ke kampung halamannya masing-masing. Perasaan suka cita datang. Dengan penuh semangat, dengan perjalanan yang mungkin sangat panjang, mereka -para pemudik itu- berbondong-bondong menaiki sepeda motor, mobil pribadi, bus, kapal, kereta api, bahkan pesawat terbang. Sepanjang jalan begitu ramainya. Orang tumpah ruah disana. Tentu dengan ditemani bising suara kendaraan, debu-debu jalanan, serta keringat yang bercucuran. Menyesakkan, tapi mengasyikkan.

Saya juga begitu…

Dua hari sebelum lebaran saya pulang ke Magelang. Tapi mampir dulu di Jogjakarta. “Ritual” ini memang telah saya lakukan sekira empat tahun lamanya. Bersama dengan beberapa teman saya. Biasanya, malamnya saya itikaf di Masjid Gede, Masjid Agung Kauman Jogjakarta, baru setelahnya pulang kampung. Cukup dekat karena Magelang Jogjakarta hanya butuh waktu kurang lebih 45 menit.

Rupanya, saat tiba di Jogjakarta, takmir masjid memberitahukan bahwa besok telah masuk lebaran (idul fitri). Yah, kita ikut saja, memantapkan diri untuk berlebaran pada hari Jum’atnya. Malamnya, kita mengisinya dengan mengikuti takbiran, mendendangkan asma Allah, juga bergembira bersama-sama menyaksikan pawai lebaran, keliling seputar Jogjakarta. Mereka di dominasi oleh jamaah Muhammadiyah. Sampai malam saya mengikutinya. Tentu, kami selingi dengan menyeruput wedang ronde yang rasanya nyamleng sekali di alun-alun kota ditemani dengan kembang api yang bertebaran di langit malam. Ini pengalaman pertama saya berlebaran di kota lain. Mengesankan.

Sehari sesudahnya di Magelang, kampung saya baru berlebaran. Saya tak ikut sholat ied karena sudah melakukannya. Tapi ikut saling bersalam-salaman dengan warga, dan dilanjutkan dengan makan bareng, nasi tumpengan di pelataran masjid. Suasana kampung kami belum banyak berubah. Masih sunyi, pemudanya banyak yang merantau, dan suasana keagamaan minim sekali. Hanya rame sekali kalau pas lebaran, begitu ceritanya. Kadang, saya kepikiran untuk menetap saja di kampung, mengaktifkan masjid dengan berbagai kegiatan, serta membina rumah tangga disini, tapi masih agak bimbang. Ini PR saya yang masih tersimpan.

Satu hal yang pasti, saya punya tekad yang besar setelah lebaran tahun ini. Hidup harus berubah. Menggunakan waktu sebaik mungkin, maklum selama ini saya masih sering abai terhadap waktu, jadi tidak produktif menghasilkan karya. Dan, tak ketinggalan juga memperbaiki kualitas hidup agar lebih baik dari sebelumnya. Biasa, tapi saya semakin mantap merealisasikannya ketika menuliskannya.

Karena masih dalam suasana lebaran, maka spirit lebaran mestilah kita jaga. Satu semangat lebaran yang melintas saat saya menuliskan catatan ini, jangan lagi ada dendam diantara kita saat ini. Buanglah jauh-jauh. Mungkin kita pernah disakiti atau didholimi, diam-diam maafkan saja kesalahan orang lain. Dengan begitu kita berharap orang lain juga akan memaafkan kesalahan kita. Dendam, hanya membuat hati kesal, membuat wajah kita kusut, semakin terlihat tua, dan dalam kehidupan, selain tak ada gunanya, juga tidak akan pernah menghasilkan apa-apa, percayalah !

Kota Senja, 17 Oktober 2007.

8 Responses to "Spirit Lebaran"

Anonim mengatakan...

seringkali saya juga begitu, pingin hidup lebih berarti, berkiprah lebih dll - dll, mungkin itu juga sama dengan nafsu-nafsu kita yang lain cuma kadarnya lebih halus, "ingin menjadi sesuatu" memang itu kata kuncinya, seandainya itu dah tak ada :)

Iman Brotoseno mengatakan...

spirit lebaran semestinya bukan hanya ritual setahun sekali,
minal aidin wal faidzin..salam

Anonim mengatakan...

Minal Aidin Wal Faidzin yaaa Bung Yon's,... semoga spirit Lebaran masih tetap terjaga di hati kita...

PS: mudik kan, mana oleh2nya???

penakayu mengatakan...

anonim siapa neh..? :-)

Anonim mengatakan...

Weleh Bung Yon's lupa.

ini... (coba tebak)

penakayu mengatakan...

iya tahu :-)

escoret mengatakan...

spririt..???
enak koka kola om...!!!
apa es teh..!!!!

maap lahir bantin yeee

Anonim mengatakan...

Met lebaran...taqaballah minna wa minkum