Pengorbanan Yang Terlupakan
Oleh
Yon’s Revolta
Di sebuah sore yang baru…
Saat senja mulai datang, selepas ashar, ada kebiasaan yang saya jalani. Membaca sebuah buku. Ya, tak tahu mengapa, pada saat itulah saya merasakan momentum yang cukup baik, cukup sunyi untuk mengisi kekosoangan wawasan dan kekosongan ilmu. Lewat aktivitas membaca itulah, pencerahan seringkali datang, ide-ide baru muncul.
Dan, sedikit banyak bisa merubah pola pikir serta sikap atas kehidupan yang saya jalani. Tapi disuatu waktu, ada pengalaman yang berbeda. Secara tak sengaja saya mendengar sebuah iklan dari radio seorang teman. Iklan layanan masyarakat yang menggugah dan menyentil sisi kemananusiaan kita. Sudah agak lupa tepat isinya, tapi kurang lebih begini bunyinya (setelah dimodifikasi).
Diawali dengan sebuah narasi dan latar belakang musik yang pelan. Seorang anak kecil dengan selembar kertas, mulai menulis sesuatu kepada ibunya. Menghitung penghasilan yang semestinya diterima setelah bekerja kepada ibunya.
1. Mencuci piring Rp 10.000
2. Mencuci baju Rp 7.500
3. Mengantar ibu ke pasar Rp 10.000
4. Mengantar kue langganan Rp 15.000
5. Membantu memasak Rp 20.000
Kurang lebih begitu. (Narasi kembali mengalun). Lumayan juga, pikir anak itu. Lantas, memberikan secarik kertas kepada ibunya. Tentu berharap, ibunya akan memberikan “gaji” nya selama ini. Ibunya yang mendapati sikap anaknya demikian, hanya tersenyum, lantas membalik kertas itu dan menulisnya;
1. Dulu, setiap malam mengganti popokmu : Gratis
2. Ketika kamu sakit dan merawatmu : Gratis
3. Menolongmu saat dihajar anak tetangga : Gratis
4. Membeli baju yang kamu pakai : Gratis
5. Membeli perlengkapan sekolahmu : Gratis
6. Mengantarmu kesekolah setiap hari : Gratis
7. Memberimu makan setiap hari : Gratis
8. Biaya perayaan ulang tahunmu : Gratis
9. Mengajakmu berlibur ke tempat wisata : Gratis
10. Mengajarmu berjalan dan membesarkanmu : Gratis
Setelah selesai, diberikan secarik kertas itu kepada anaknya untuk dibacanya.
Sang anak, tak mampu membendung air mata yang menetes. Kemudian memeluk ibunya erat-erat dan berkata “Maafkan Aku Ibu”
***
Dalam kehidupan kadang kita demikian. Seringkali kita melupakan pengorbanan yang telah diberikan dengan sepenuh hati, ikhlas, tanpa pamrih. Rupanya, kita masih sering lupa atas pengorbanan itu. Bukan rasa terimakasih yang semestinya kita berikan. Justru, terus-menerus kita menzhalimi orang yang telah susah payah berkorban untuk kita. Hari ini, kita belajar tentang arti pengorbanan yang telah diberikan seseorang kepada kita. Mencoba mengingat-ingat kembali betapa besar pengorbanan yang telah diberikan orang tua, saudara, teman-teman dekat kita. Selanjutnya, berusaha untuk memberikan balasan yang terbaik untuk mereka.(yr).
Rumah Kelana, 15 Juli 2007.
Yang sedang belajar memaknai arti pengorbanan.
4 Responses to "Pengorbanan Yang Terlupakan"
kalo berada jauh dari emakku gini kangennya jadi minta ampyuuun... apalagi baca yang seperti gini... kadang orang memang selalu butuh diingatkan. diingatkan suatu hal yang sepele tetapi jarang disadari.. thx pak... :D
saya juga pernah baca artikel itu...:) bagus mas
@ bebek : sip, saling mengingatkan saja.
@ angin berbisik : ini juga dapet dari iklan malah :-)
@putriee : semoga bisa segera membalasnya :-)
Posting Komentar