Bertahan Di Tengah Badai
Oleh
Yon’s Revolta
Badai tak datang tiap hari.
Ia hanya datang sesekali saja dalam hidup, itulah badai persoalan. Memang begitulah kenyataan hidup yang kita alami. Kita pasti pernah mengalami cobaan hidup yang begitu berat terasakan. Kadang, buntu, tak tahu apakah cobaan berat itu dapat terselesaikan. Kemudian, setelahnya, kita baru menyadari hikmahnya ketika cobaan itu berlalu sudah. Dan, kita pasti mengenangkan kisah-kisah sedih hidup kita itu. Menjadi catatan sejarah tersendiri bagi diri dan kehidupan ini. Dari rangkaian hidup yang demikian, alangkah baiknya ketika kita mau berbagi pengalaman dengan orang lain. Siapa tahu bermanfaat bagi kehidupannya.
Saya membicarakan badai kehidupan ini karena teramat banyak kasus yang saya baca dan lihat baik di koran maupun televisi. Semakin banyak saja orang yang melakukan jalan pintas untuk bisa keluar dari persoalan yang dia hadapi. Jalan pintas yang tentunya tak sesuai dengan akal sehat dan norma agama yang diyakininya. Sungguh, kadang tak habis pikir dengan kenyataan yang demikian. Bunuh diri, adalah salah satunya.
Sebenarnya, kalau kita bisa jernih membaca keadaan, besar kecilnya persoalan itu tergantung dari cara pandangan kita. Dan, cara pandang kita ini terkait erat dengan keilmuwan dan wawasan kita. Nah, dalam hal ini, kita mesti punya frame (bingkai) dalam memandang setiap persoalan. Kalau tidak, kadang, memang kita sering salah dalam mensikapi berbagai badai persoalan yang datang.
Bagi kaum muslim, tentu sudah mengenal konsep yang sungguh indah.
Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur
Jika sedang tertimpa musibah ia bersabar.
Subhanallah, konsep yang ideal sekali. Hanya saja, kadang kita, dan saya sendiri sering lupa dengan konsep tersebut. Lebih banyak lupanya untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian kita. Makanya, tak heran jika kita masih saja sering salah dalam mengambil keputusan.
Kalau diantara kita ada yang sedang bahagia hari ini, bersyukurlah, Jangan biarkan kenikmatan itu dirasakan sendiri, berbagilah kenikmatan yang dirasakan bersama orang lain. Keluarga, sahabat, kaum du’afa, atau orang-orang tercinta.
Kemudian, bagi yang saat ini sedang merasa sedih, jengkel, kecewa atau sedang mengalami cobaat yang besar. Bersabar itu perlu sebagai awalan. Setelahnya, kita pelan-pelan mencari jalan keluar yang tepat. Tergesa-gesa mengambil keputusan bukan cara yang bijak karena selalu buruk pada akhirnya. Kita mungkin perlu merenung sejenak, apakah jalan keluar yang kita semai nantinya benar-benar sebuah jalan yang benar. Atau justru sebaliknya. Sekali lagi, frame yang akan berbicara. Jika ia seorang muslim, tentu merujuk pada kidah-kaidah agama yang ia pahami.
Kita mesti ingat, akan menjadi pahlawan atau pecundang.
Pahlawan adalah mereka yang cerdas memaknai masalah yang dihadapinya, justru dengan keadaan demikian, menjadikannya kreatif untuk menghasilkan suasana baru. Sebuah kondisi yang kadang akan membuatnya dikenang dalam sepanjang sejarah. Ini bisa juga berarti kesuksesan dan kejayaan dalam sepanjang hidupnya. Dan, pecundang adalah mereka yang selalu saja berkeluh kesah, menyalahkan takdir, atau justru menyalahkan orang lain sebagai penyebab dirinya begitu. Sekarang, silakan memilih.
Persoalan selalu ada. Besar kecilnya persoalan tergantung dari cara pandang kita. Datangnya persoalan bukan untuk disesali. Yang terpenting adalah sikap kita dalam mensikapi persoalan itu. Jika orang bisa bertahan di tengah badai. Kelak, kesuksesan dan kejayaan yang akan diraihnya, Percayalah !.
freelance_corp @yahoo.com
3 Responses to "Bertahan Di Tengah Badai"
saya akan berusaha utk tidak jadi pecundang pak :)
alhamdulillah jarinya dah sembuh
Fa inna ma'al usri yusro, inna ma'al usri yusro..
Fadzkuruni Adzkurkum Asykuruli Wala takfurun... (QS. 2:152)
Posting Komentar