Dengan Bahasa Cinta

Dengan Bahasa Cinta
Oleh
Yon’s Revolta

Bicaralah dengan bahasa kaumnya…

Ya, kata-kata ini masih saya pegang, khususnya ketika berinteraksi dengan kalangan muda. Sebuah strategi komunikasi tersendiri untuk bisa masuk kedalam dunia mereka, bersama-sama berbincang tentang kenyataan hari ini dan membuka beragam suasana tentang kehidupan terbaik dimasa mendatang. Saya selalu senang ketika berada didalam kumpulan anak-anak muda ini. Dalam dirinya, terbentang semangat besar dan ide-ide segar. Membersamainya, seakan terbesit harapan yang sekiranya pada massa saya seusia mereka, belum terwujudkan. Kepada mereka, anak-anak muda itu, saya sering menitip cita. Kepada mereka juga, saya sering menitip mimpi

Dunia muda memang berbeda. Sepanjang perjalanan membersamainya, misalkan dalam sebuah forum tertentu, mereka lebih suka suasana yang menyenangkan, penuh canda tawa dan suasana-suasana yang bisa membangun persahabatan. Saya sering diprotes ketika membawakan sebuah acara yang terlampau serius, kurang humornya.

Walaupun saya juga pernah seusia mereka, ternyata saya masih belum bisa menjalin komunikasi yang tepat dengan mereka, ternyata saya masih harus banyak belajar untuk masuk kedalam dunia mereka. Terutama dalam hal mengkomunikasikan nilai-nilai dan pencerahan untuk kalangan muda.

Sekitar dua tahun lamanya, saya bergabung dengan Nury Youth Islamic Center yang berada di Kota Satria Purwokerto sebagai trainer. Lembaga ini memang khusus didesain untuk bergerak di lingkup pelajar, khususnya pelajar muslim. Banyak kegiatan yang dilakukan, mulai dari mentoring (pendampingan) agama Islam, kegiatan pesantren ramadhan serta berbagai training semisal pengembangan diri, smart learning maupun outbound training. Ketika bergabung dengan lembaga inilah saya berusaha sebisa mungkin menempatkan diri menjadi sosok yang menyenangkan bagi mereka.

Saya mencoba bicara dengan bahasa mereka.

Ya, dengan bahasa cinta.

Anak muda itu, tak terlalu senang untuk didoktrin serta dilarang-larang. Semakin dilarang, semakin dikekang, justru akan membuatnya penasaran. Nah, dengan kenyataan yang semacam ini, saya mencoba untuk memberikan pilihan-pilihan bagi mereka ketika memandang sebuah permasalahan. Dengan begitu, mereka mendapatkan alternatif menentukan kehidupan terbaik kelak dimasa depannya.

Tugas saya ketika bersama mereka memang sering begitu. Saya lebih senang memberikan alternatif pilihan daripada memaksakan sesuatu harus begini dan begitu. Pemaksaan tertentu, justru kerap membuat mereka jengah. Misalnya peraturan sekolah, selama ini, peraturan dibuat seringkali tidak melibatkan siswa sehingga mereka sering memandang aturan sebagai sesuatu yang menyebalkan, menjalaninya karena penuh keterpaksaan.

Alangkah indahnya jika peraturan dibuat dengan melibatkan siswa sehingga mereka akan dengan senang hati, dengan solidaritas untuk menjalankan aturan tersebut karena mereka menjadi tahu latarbelakang mengapa peraturan dibuat. Karena dibuat bersama-sama, ketika melanggarnya, mereka akan dengan senang hati menerima konsekuensi, sanksi yang ada sesuai dengan aturan tersebut .

Dan… mereka tak suka menjadi tertuduh.

Kenakalan menjadi hal biasa dalam diri kaum muda. Mengisolir mereka yang dianggap nakal sebagai sosok tertuduh, sebagai berandalan, sebagai biangkerok dalam sekolah, malah membuat mereka semakin menjadi-jadi, bukan membuatnya memikirkan untuk berbuat dan menjadi lebih baik. Bagaimana mengatasinya, ya dengan bahasa cinta. Pandangan penuh cinta perlu ada, terutama perlu dimiliki oleh para guru yang selama ini memang menjadi bagian dari kehidupannya di sekolah.

Dengan bahasa cinta, mendekati mereka, siswa itu yang oleh sebagian guru mungkin dicap sebagai sampah sekolah. Berusaha berbicara dari hati ke hati dalam suasana personal. Memberi kesempatan mereka untuk berbicara, mengungkapkan isi hati dan permasalahan yang mungkin menyebabkan mereka berbuat demikian. Dengan begitu, kita menjadi tahu duduk persoalannya. Kemudian, agar bisa melatihnya rasa tanggungjawab, perlu sesekali diberikan kesempatan untuk memegang sebuah amanah, misalnya ketua kelas atau ketua dalam kelompok ekstrakurikuler tertentu. Hasilnya, mereka akan terlatih untuk mempunyai tanggungjawab serta merasa dirinya dihargai.

Begitulah, bahasa cinta, perlu dimiliki bagi siapapun yang bergelut dalam dunia muda. Berusaha menjadi teman terbaik bagi mereka. Semuanya berujung kepada harapan munculnya kaum muda yang punya pandangan luas, jujur, religius serta punya tanggungjawab. Inilah salah satu proses untuk memperbaiki bangsa ini. Kalangan tua memang sudah teramat susah diperbaiki seperti yang ada sekarang ini. Dan…fokus untuk serius membina kalangan muda adalah cara yang tepat untuk mengeluarkan bangsa ini dari krisis dan kemelut yang berkepanjangan. Semoga.

#Kado buat pegiat dakwah sekolah#

Snow Man Alone
23//Maret//07
freelance_corp @yahoo.com

1 Response to "Dengan Bahasa Cinta"

JUADINK PUITIS mengatakan...

Mungkin orang pernah berkata bahwa dia memiliki segalanya dia punya cinta, dia punya segalanya tapi mereka pernah memilki kekurangan ketika dia melakukan kesalahan dan tak mau menyadari kesalahannya itu. By Juma'in Kelana from palu sulawesi tengah.!!!