Ketika Belum Mampu Berkurban

Ketika Belum Mampu Berkorban
Oleh
Yon’s Revolta

"Sesungguhnya nafsu (hawa nafsu hewani) itu selalu menyuruh
(kepada manusia untuk melakukan) kejahatan (keburukan),
kecuali nafsu (manusia) yang diberi rahmat (petunjuk) oleh Allah,
Tuhanku.

(Surat Yusuf 53).

Dalam sejarah yang telah diceritakan Al-Quran, Nabi Ibrahim bermimpi tiga hari berturut turut (QS 37 : 102-105). Dalam mimpi itu, Allah menyuruh untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan seorang ayah ketika mendapati perintah itu. Sebelumnya, lama sekali Nabi Ibrahim tidak dikarunia anak, giliran Allah memberikannya seorang anak, ketika anaknya baru tumbuh, yang barangkali sedang lucu-lucunya, justru Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, sungguh sebuah pilihan yang sulit untuk dilaksanakan.

Ibrahim pun kemudian berunding dengan anaknya, dikatakannya “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu..?”. Kemudian, sang anak, Ismail menjawabnya “ Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insyallah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Sungguh, kejadian ini merupakan cerminan dari seorang hamba (bapak dan anak) dalam menaati perintah Allah, Tuhannya.

Maka, ketika Ismail telah dibaringkan untuk disembelih,

Allah menggantikannya dengan seekor kambing.

Peristiwa ini kemudian menjadi dasar umat Islam melaksanakan ibadah kurban. Jika kita cermati dan perhatikan dalam-dalam peristiwa itu, sebenarnya ada sisi simbolis yang bisa kita temukan. Berkurban, tak sekedar ritual menyembelih hewan semata. Disana terkandung pesan agung ajaran untuk mengorbankan sesuatu yang amat kita cintai. Ismail, adalah simbol yang paling dicintai Ibrahim, tapi kemudian beliau bisa membuktikan bahwa kecintaanya kepada Ismail tidak mengalahkan cintanya kepada Allah. Sebuah cinta yang begitu tulus kepada Tuhannya.

Terkait dengan ajaran ini. Sungguh beruntung mereka yang diberi kelebihan rizki untuk bisa melaksanakan ibadah kurban. Sebab tak semua orang yang dikarunia Allah limpahan rizki mau melaksakaannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang terketuk hatinya. Orang-orang yang bisa menghayati panggilan hatinya, sebuah resapan keimanan yang muncul dari hatinya sehingga terpanggil untuk menyisihkan hartanya untuk berkurban. Sebuah ekspresi kecintaan kepada Allah tapi juga berdimensi kemanusiaan. Sebab, Allah tidak memerlukan daging kurban, tetapi untuk dibagi-bagikan kepada manusia, terutama para fakir miskin.

Sekarang, kita lihat diri sendiri.

Apakah tahun ini sudah bisa berkurban..?. Kalau sudah, alhamdulillah, semoga Allah ridho atas ibadah kurban kita itu sehingga kelak dicatat sebagai amal yang akan memperberat timbangan kebaikan kita. Kalau belum, tak ada jalan lain untuk kita meniatkan diri agar tahun depan kita bisa berkurban sebagai refleksi kecintaan kita kepada Allah dan rasa solidaritas sosial kita terhadap sesama manusia. Mengasah kepedulian sosial. Niatan itu perlu, untuk mempertegas azzam kita, semangat kita, kalaupun belum kesampaian, setidaknya niatan yang baik akan senantiasa dicatat sebagai nilai ibadah.

Sebenarnya, saya malu menulis catatan diatas. Tapi kemudian saya berpikir. Ketika saya menuliskannya, semoga saya menjadi ingat atas apa yang saya tulis. Meniatkan diri mulai detik ini untuk bisa berkurban di hari raya kurban tahun depan karena saya belum bekesempatan di tahun ini. Untuk saat ini, hanya langkah kecil yang bisa saya lakukan, berniat untuk “menyembelih” nafsu hewani yang ada dalam diri saya. Berat, tapi akan saya coba. Bagaimana dengan Anda, saudaraku..?.

4 Responses to "Ketika Belum Mampu Berkurban"

pyuriko mengatakan...

Tahun ini sayapun blom mampu utk berkurban,...

Semoga kita masih diberikan kesempatan tahun2 berikutnya, utk merasakan kurban,... dan berkurban.

Selamat Hari Raya Idul Adha....

Anonim mengatakan...

baca resonansinya ahmad tohari yang tentang Yu, yu siapa ya?
yang tabungannya dari blt-nya diambil hampir semuanya buat korban!pokoknya kalau baca itu ak tambah malu belum bisa korban.
baca juga ga mas?

penakayu mengatakan...

Buat Kiko, ya semoga kita tahun depan bisa berkurban :-)

Met idul adha juga

penakayu mengatakan...

Buat anomim, iya udah baca :-)