Kembalilah Kepangkuan Istrimu


Malam kian larut berselimut gulita
T’lah sekian lama tiada kekasih kucumbu
Demi Allah, bila bukan karena mengingat-Mu
Niscaya ranjang ini t’lah bergoyang
Namun duhai rabbi,
Rasa malu telah menghalangiku

..

Syair itu pernah dilantunkan seorang perempuan di zaman Umar bin Khatab. Waktu itu, Umar sedang berkeliling kota dalam kegelapan malam. Dalam perjalanan rutin itu, sampailah beliau ke dekat rumah seorang perempuan yang sedang menahan gejolak biologisnya karena ditinggal berjihad suaminya dalam waktu yang lama. Untuk sekedar menghibur diri sendiri dalam kesepian yang begitu sangat, terlantunkanlah syair itu yang kemudian didengar oleh Umar.

Hati kecilnya berinisiatif untuk bertindak. Maka, Umar bersegera menemui putrinya yang tercinta, Hafshah, kemudian bertanya, “Berapa lama seorang perempuan tahan menunggu suaminya ? “. Dijawablah oleh Hafshah, “empat bulan”. Setelah kejadian tersebut, Umar memerintahkan kepada para panglima perang untuk tidak membiarkan seorangpun dari tentaranya meninggalkan keluarganya lebih dari empat bulan. Begitulah kepedulian seorang pemimpin seperti Umar di zamannya.

Kisah inu mengingatkan saya pada sosok seorang teman. Dia seorang perempuan muda yang juga mengalami nasib sama, ditinggal pergi oleh suaminya. Saya tak mengetahui persis permasalahan apa yang membuat suaminya meninggalkannya. Yang saya tahu, dia sedih dan tak tahu harus berbuat apa.. Saya sedikit bisa merasakan, bagaimana hari-hari yang biasanya bersama sang suami, kini harus sendirian berbalut sepi. Kasihan sekali.

Pikiran saya kemudian melayang, sampailah pada sosok wanita-wanita yang ditinggalkan suaminya. Entah pergi berlayar berbulan-bulan, di tinggal tugas negara, misalnya dia bersuamikan seorang tentara, atau, ditinggal karena memang suaminya mencari nafkah untuk keluarganya. Jelas, ada rasa kangen, kerinduan untuk bersama lagi. Rasa-rasanya tak ada sesuatu yang indah selain berkumpul kembali, menemukan esensi perkawinan antar seorang perempuan dan laki-laki. Bagi wanita yang ditinggalkan, hanya kekuatan imanlah yang membuatnya bisa bertahan. Bertahan dari gosip miring, godaan lelaki iseng maupun gejolak batin dan biologis yang tak tertahankan.

Ah, dunia ini memang terasa sempurna atas hadirnya lelaki dan perempuan. Betapa tidak indahnya kalau dunia ini hanya berisi lelaki atau perempuan saja, terasa aneh sekali. Dan, lagi-lagi, kita sebagai hamba yang lemah ini, hanya bisa mengagumi keesaan Tuhan. Betapa skenario-skenaio kehidupan ini benar-benar paripurna, ideal dan logis. Semuanya berujung kesana, kemahakuasaan Tuhan. Hingga tak ada kata lain, kecuali kita bersyukur kepadaNya.

Nah, kembali berbicara tentang nasib perempuan teman saya tadi, saya tak banyak berikan solusi. Hanya mengajaknya untuk berpikir agar dia mencari jalan keluar sendiri. Tips ini saya dapatkan dari seorang kawan baik, beliau salah satu pemimpin redaksi koran ternama di Jawa Tengah, Bang Aulia Muhammad. Inti sarannya, kalau ada orang curhat, jangan berikan solusi kalau memang tak mampu, tapi ajak dia berpikir, mencari alternatif bagi dirinya untuk keluar dari permasalahan. Diam-diam, saran ini saya laksanakan.

Saya bisa merasakan bahwa teman perempuan saya masih butuh perhatian, cinta dan kasih sayang suaminya. Tapi sedih, saya tak banyak membantunya. Hanya saja, jika saya diberi kesempatan untuk bertemu dengan suaminya. Setelah berbasa-basi tentang nasib istrinya, saya akan berbisik pelan “Kawan, kembalilah ke pangkuan istrimu”. Sayangnya, niatan saya ini belum kesampaian.

~Snow Man Alone~
Purwokerto, 15 Desember 2006 / 01.12.
Freelance_corp @ yahoo.com

8 Responses to "Kembalilah Kepangkuan Istrimu"

pyuriko mengatakan...

Seperti inikah rasa perempuan jika ditinggal suaminya???

*jadi ingin mngerti perasaan Bunda"

penakayu mengatakan...

Yah begitulah mungkin kira-kira.

BTW, emang cerita bunda kenapa..?

Anonim mengatakan...

snow man alone artinya apa mas...

terus perempuannya sampiyan apakan itu, yg curhat itu....

trims

penakayu mengatakan...

snow man alone, kira-kira arti panjangnya adalah lelaki yang sendirin seperti salju di gunung, putih tapi kadang memang harus sunyi, sendiri. Begitulah.

Anonim mengatakan...

wah...syair itu bener2 'menusuk' :) semoga banyak pria yang akan 'tertusuk' oleh syair itu :) *maksutnyaapacoba?*

putri mengatakan...

4 bulan? wahhh... kami pernah pisahan 9bulan lebih selama 3 tahun :D berarti... Alhamdulillah ya dijagaNya.

Anonim mengatakan...

semoga kelak aku tak terpisahkan dg belahan jiwa ku...(halah)

Anonim mengatakan...

saya selalu berharap suamiku menyayangiku selalu dan takan meniggalkanku