Dua Sikap Yang Berbeda

“Mas, ini Purwokerto atau Jakarta”

“Mas, ini rumah sakit bagus bukan”

“Mas, kita sudah nikah ya”

‘Mas, aku bisa naik motor ya”

Dan, suaminya menjawabnya dengan penuh kesabaran.

Perempuan itu terus mengeluarkan kata-kata tak jelas seperti itu. Maklum, dia mungkin masih syok karena kecelakaan semalam. Ya, semalam saya menyaksikan kecelakaan dalam perjalanan pulang ke kost. Sepasang suami istri tertabrak seorang anak muda yang katanya ngebut. Perempuan yang luka penuh darah di kepalanya langsung dilarikan di rumah sakit terdekat oleh suaminya . Sementara, sang pemuda, saya antar ke rumah sakit yang sama.

Di rumah sakit, istrinya terus menerus mengomel yang dijawab secara bijak oleh suaminya yang kebetulan tak menderita luka yang berarti. Suaminya menyadari keadaan istrinya. Dia kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya lucu itu, dan menuntunnya untuk menyebut asma Allah biar ingatannya segera pulih. Sementara, sang pemuda harus menjalani operasi jahit dikakinya karena robek lumayan lebar. Karena tak begitu tega melihat luka dijahit seperti itu, saya pun untuk sementara keluar ruangan operasi.

Di luar, teman saya sudah datang. Dia sengaja saya telpon untuk menemani saya agar nantinya bisa memberikan pertimbangan ketika saya mengambil keputusan atas nasib mereka yang kecelakaan. Dalam mengurus administrasi dan menghubungi keluarganya. Saya mengudang teman saya karena saya sadar, dalam kondisi yang panik, seringkali saya tak pandai mengambil keputusan secara cepat dan bijak. Saya senang teman saya datang untuk menemani dan memberikan pertimbangan, walaupun sebenarnya dia sedang asik menikmati novel goresan pena Najib Kaelani,. Maaf kawan, sedikit kuganggu keasikanmu. Tapi yakin saja, Allah pasti melihat kebaikanmu untuk datang.

Setelah beberapa jam menunggu, ada titik terang nasib mereka.

Sang perempuan sudah mulai sadar atas keadaan dirinya, dia sekarang mau diinfus dan diberikan suntikan, entah saya kurang tahu suntikan apa. Keadaanya juga mulai terlihat tenang. Sementara, sang pemuda sudah selesai dijahit kakinya yang robek. Kedua orang tuanya juga sudah datang, ibunya kaget atas keadaan anaknya, sementara sang bapak terlihat cuek saja. Di dalam rumah sakit itu, saya lebih banyak berbicara pada suami sang perempuan tadi, yang kemudian saya tahu, dia salah satu staf pengajar di Fakultas Biologi Unsoed. Termasuk juga bercanda dengan dokter yang memeriksanya karena dia sudah akrab dengan saya. Saya memang tak banyak cakap dengan sang pemuda dan kedua orang tuanya.

“Mas, saya minta tolong ya, saya mau ngobrol sebentar sama Bapak anak itu”, maksudnya ayah sang pemuda yang menabraknya. Kemudian, saya menghampiri ibunya karena ayahnya tak terlihat di dalam rumah sakit. Setelah dicari, dikatakannya “Bapak sedang merokok di luar, tunggu sebentar yah” Begitu katanya, wah sempat-sempatnya yah merokok. Lama ditunggu tak muncul juga.

Sementara, malam sudah semakin larut dan saya berpamitan pulang ke mereka. Suami sang perempuan yang kecelakaan itu banyak-banyak berterimakasih kepada saya, padahal saya tak banyak membantunya, dia membawa istrinya sendiri ke rumah sakit, rasa-rasanya tak perlu dia berterimaksih. Sedangkan, saya juga berpamitan kepada sang pemuda Fakultas Hukum itu dan juga kepada ibunya. Dan, tak ada ucapan terimaksih sama sekali. Bapaknya juga masih cuek diluar, tak menyapa saya. Hem..dua sikap yang berbeda. Saya tak haus rasa terimakasih. Niat saya hanya menolong saja, membawa pemuda itu ke rumah sakit. Hanya saja, saya melihat dua sikap yang berbeda, itu saja.

~Snow Man Alone~
Purwokerto, 14 Desember 2006 / 07.05.
Freelance_corp @ yahoo.com

4 Responses to "Dua Sikap Yang Berbeda"

pyuriko mengatakan...

Bapak koq cuek bebek gitu yaaa, sprtnya tidak khawatir atas musibah yg terjadi sama anaknya.

Semoga niat baik Bung Yon's dan temennya, memdapatkan balasan dari Allah SWT,... amin.

penakayu mengatakan...

Iya tuh, ane juga tak habis pikir kenapa si Bapak begitu cueknya. Tapi, dugaan ane mungkin salah, justru barangkali dia mencoba tenang kali yah menghadapi ujian yang menimpa anaknya ^_^

pyuriko mengatakan...

Iyaa yaaa,...

Sepertinya kita harus belajar berpikiran positif.

penakayu mengatakan...

Waktu ane nulis catatan di blog, frame ane memang terlalu negatif, tapi setelah dipikir-pikir kok nggak akhsan kalo terlalu negatif begitu. Makanya pingin tak revisi artikel itu.

Ok, met berpikir positif juga yah