Perempuan Yang tegar

Namanya Istaria Sumari. Perempuan desa berumur 46 tahun. Seiring usianya yang beranjak tua, uban memutih mulai menghiasai rambutnya yang panjang. Dia adalah perempuan sederhana yang mencoba tegar dalam mengarungi hidupnya dimana banyak menorehkan kesusahan dalam kesehariannya.

Suatu ketika saya pernah mendengar ceritanya. Ketika bermur 18 tahun, dia dijodohkan dengan seorang pemuda tetangga desanya. Karena tak mau menolak keinginan orang tuanya, akhirnya diapun mau-mau saja. Padahal, sebelumnya tak begitu kenal dengan pemuda itu yang kemudian dia tahu namanya Ismail, pemuda droup out (putus sekolah) dari sebuah sekolah pendidikan guru (SPG) karena alasan biaya.

Dari pernikahannya berbuah dua anak laki-laki...

Dia menyadari, sewaktu muda, dia menerima untuk menikah dini sehingga tidak sempat mengenyam pendidikan yang cukup. Karena itulah, walaupun kondisi hidupnya yang pas-pasan, dia ingin sekali anak-anakanya bisa bersekolah, syukur-syukur bisa sampai keperguruan tinggi, menjadi seorang sarjana.

Untuk mewujudkan impiannya, bersama suami tercintanya, dia banting tulang peras keringat untuk bisa menyekolahkan anaknya. Berusaha sekuat tenaga agar anaknya tetap bisa bersekolah. Tapi, karena hidupnya memang pas-pasan, dengan terpaksa dia kadang harus berhutang sana sini, terutama ke tetangganya. Semua itu demi anak-anaknya, agar anak-anaknya tetap bisa mengenyam pendidikan yang cukup.

Sebetulnya, dia malu kalau harus berhutang ke tetangganya. Tapi, tidak ada pilihan lain karena memang tak ada uang lagi untuk bisa diberikan kepada anaknya. Untuk bisa membayar hutang tadi, tentu saja dia harus bekerja lebih keras lagi ditengah terik matahari yang menyengat hingga membuat kulitnya menghitam....

Subhanallah...dia memang perempuan tegar.

Dia melakukan semua ini demi anak-anaknya. Dia pertaruhkan hidupnya asalkan anak-anaknya bisa meraih gelar sarjana sehingga ada harapan bahwa kehidupannya akan lebih baik kelak di kemudian hari. Selalu yang dipikirkannya adalah tentang nasib anak-anaknya, jangan sampai putus sekolah sebelum menjadi sarjana. Itulah harapan mulia yang ada dibenaknya.

Sampai suatu ketika, setelah belasan tahun menyekolahkan anak-anaknya. Satu persatu impian-impiannya tercapai. Anaknya yang pertama, berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) dengan predikat terbaik dari sebuah Universitas negeri di Solo. Kini, telah telah bekerja di Jakarta dan telah mempunyai seorang anak perempuan yang lucu bernama Almasyifa.

Sementara anaknya yang satu lagi, masih berjuang untuk menyelesaikan studi kesarjanaannya. Kepada anak yang nomor dua ini, perempuan itu pernah berkata “Nak, ibu tidak akan meminta balasan materi, tapi Ibu hanya berpesan, ketika kamu kelak telah bekerja dan mempunyai istri, jangan lupakan ibu, sering seringlah berkunjung kesini”.

Sang anak pun mengiyakan sambil menahan air mata menetes. Dalam diam, berjanji untuk berjuang menyelesaikan studi secepatnya, bisa bekerja dan segera membalas kebaikan ibunya yang tak terhitung. Sang anak itu tak tega terus-terusan melihat ibunya berada dalam kesusahan.

Ya Rabb, semoga perempuan desa itu baik-baik saja.

Purwokerto, 17 April 2006
Pukul 20.38
Saat teringat perempuan desa itu...
Dialah Ibuku.

12 Responses to "Perempuan Yang tegar"

Anonim mengatakan...

jadi kangen ma ibu juga nih..hiks... pengen pulang

Anonim mengatakan...

Membaca ceritamu, membuat aku trenyuh...
Bagaimanapun juga, orang tua adalah sahabat terbaik yang kita miliki.
Sebulan lalu saya kehilangan ayahanda tercinta. Sebelumnya, saya tak begitu menyadari betapa besar arti kehadirannya dalam hidup saya. Namun setelah kepulangannya pada Sang Pencipta, saya tersentak...menyesal karena begitu banyak harapannya yang belum saya penuhi.
Saran saya, berilah cinta sebanyak-banyaknya pada ibumu..
Lakukan apa yang pernah ia pesankan..
Selagi kesempatan itu masih ada...
Bila kesempatan telah berlalu, penyesalan teramat menyakitkan...
God bless

penakayu mengatakan...

Turut berduka atas meninggalnya ayahandamu...

Terimaksih atas pesannya, ya..semoga saja aku bisa berbuat yang terbaik untuknya

Anonim mengatakan...

Cepet selesaikan tugas belajarnya ya nak :D Sekolah itu nikmat lho hehe...
Salam kenal ya... kami selalu ke Purwokerto lho kalau sedang berlibur ke Indonesia :)

Hani mengatakan...

anak yang sholeh adalah anak yang selalu mendo'akan orangtuanya, terlebih ibunya :)

salam kenal juga ya :)

hanan2jahid mengatakan...

ibu adalah dunia tanpa batas, dunia yang penuh cinta. membuatnya bahagia adalah suatu keindahan tiada tara. bahkan setetes darahnya pun takkan sanggup kita balas. well, tugas kita untuk membahagiakan mereka. Btw, can u email me all articles abaut SOHO? Ana tertarik sekali, sudah menulis2 tapi hanya di dunia maya, dunia real belum berani ke publish. Dulu, sewaktu postingan antum tentang SOHO ana sangat tertarik, tetapi tidak tau bagaimana cara memulainya. Tulisan2 ana pun rata2 hanya tulisan kacangan, bukan tulisan yang isinya membutuhkan pemikiran dan analisa yang tajam, just my opinion and my feeling. so, kalau ada artikel2 atau penuntun untuk berSOHO ria, bisa dishare di hanan2jahid@yahoo.com. jazakallah khairan katsir. Taman bacaan? sudah, tapi bukan taman bacaan, karena gak ada yg mengelola, hanya pinjam-meminjam biasa. ana malah berniat buka tobucil, karena di medan belum ada tobucil, but ones againt, i don't know how to begin. :D

Anonim mengatakan...

Terus terang, hati jadi tersentuh membaca ceritamu. Pengorbanan seorang ibu itu nyata terlalu besar untuk anak2nya. Maka benarlah dikata kalau syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
Namun aku yg waktu itu baru berumur 4 thn, terus meluru meliat telapak kaki ibuku dan bilang :-
'ibu, syurga kok nggak keliatan!'
Sambil tersenyum, ibu mengusap kepalaku. Dengan bahasa paling indah, dia membuat aku mengerti simbolik disebalik syurga di telapak kaki ibu.'
Kini waktu umurku hampir menginjak 23 thn, aku mula berpikir. Apa yang harus aku lakukan supaya ibuku bisa bahagia punya aku sebagai anaknya? Perlukah aku belikan kalung berlian seperti yang aku liat di tv? Atau perlukah aku memberi hadiah berupa tiket pelancongan ke luar negara?
Ternyata bukan harta kemewahan yang bisa membuat ibuku bahagia, bukan juga pangkat, tetapi kasih sayang dan perhatian seorang anak yang dikandung sembilan bulan sepuluh hari dalam perutnya.
Ibu, saat membaca coretan teman yang punya ibu menakjubkan, rasanya aku ingin sekali memelukmu dengan erat lantas berbisik 'Ibu, kemana pun aku pergi, aku tetap sebahagian drpd dirimu. Aku adalah acuanmu. Dan kasih sayangku tetap menjadi aura yang menyenangkan.
Hikaru, thanks ya!

Anonim mengatakan...

Salam takzimku buat ibumu. Makasih pernah "mendukungku" melewati ujian TA-ku. Persembahkan "S. Sos" itu buat ibumu. Tetep semangat garap skripsi ya. Just do it for your beloved mom.

penakayu mengatakan...

Buat-teman-teman semua, makasih ya udah koemntar di blog ini.

1. Buat Sakura : Met Pulang aja ya.
2. Buat Veronika : Yang tabah ya.
3. Buat Putri : Nikmat euy.
4. Buat Hani: Sep, lam kenal balik.
5. Buat Hanan : ok deh.
6. Buat Buat Bev : treyuh mode on ^_^.
7. Buat bunga : ok deh
8. Buat ttg kita : slm buat ibumu
9. Buat "..."

Jalanku masih panjang, banyak mimpi yg belum kucapai :-)

penakayu mengatakan...

Buat-teman-teman semua, makasih ya udah koemntar di blog ini.

1. Buat Sakura : Met Pulang aja ya.
2. Buat Veronika : Yang tabah ya.
3. Buat Putri : Nikmat euy.
4. Buat Hani: Sep, lam kenal balik.
5. Buat Hanan : ok deh.
6. Buat Buat Bev : treyuh mode on ^_^.
7. Buat bunga : ok deh
8. Buat ttg kita : slm buat ibumu
9. Buat "..."

Jalanku masih panjang, banyak mimpi yg belum kucapai :-)

Anonim mengatakan...

touching

~~uNIsA

Anonim mengatakan...

itu lah sebuah wujud rasa kasih sayang yang abadi dan mungkin tidak akan pernah kita dapatkan dari yang lainnya,
keluarga lah yang selalu ada di saat apapun dan dalam keadaan kita yang tidak mungkin di rasa orang lain,,,,terutama ibu
bagaimana yang di korbankab sungguh besar melebihi siapapun,,,,
I LOVE MOMMMM