Siapa diri kita
sesungguhnya dapat dilihat
dari apa yang kita perbuat
Buka dari harta yang kita miliki
(JK Rowling)
Sebut saja namanya Tazkia, seorang muslimah berjilbab besar. Dia, teman satu kampusku. Sewaktu kuliah, dikenal sebagai salah satu aktivis dakwah kampus. Layaknya seorang aktivis, kesibukan sudah tentu menghiasi hari-harinya. Di luar kampus, dia aktif di salah satu gerakan mahasiswa Islam, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang mengharuskanya terlibat dalam berbagai aksi jalanan alias berdemonstrasi. Selain itu, dia juga bergabung di sebuah organisasi kepenulisan yang didirikan oleh Helvy Tiana Rosa, Forum Lingkar Pena (FLP). Sebuah nama yang tidak asing lagi dalam pendengaran kita.
Di organisasi kepenulisan inilah saya mengenalnya dengan baik, walau tidak terlalu dekat. Kebetulan, saya diberi amanah oleh teman-teman sebagai “Lurah” di organisasi kepenulisan ini, FLP Cabang Purwokerto. Jadi, mau tidak mau harus banyak berinteraksi dengan anggota yang lumayan banyak. Yang terdaftar sekitar 150 orang. Tapi, yang aktif baru sekitar 20 orang saja. Nah, Tazkia ini, termasuk yang aktif berkarya dan mengikuti berbagai pertemuan yang diadakan FLP.
Setelah sekian lama berinteraksi, saya banyak mengamati kerjanya, terutama ketika menyelesaikan berbagai tugas dan amanah yang diberikannya. Misalnya, ketika ada tugas untuk berkarya, membuat sebuah tulisan, dia tidak tergesa-gesa membuatnya. Pelan, tapi pasti di kerjakannya. Nah, setelah jadi, dan saya menilainya, ternyata hasilnya cukup baik. Tulisanya enak dibaca, mengalir, tak banyak kesalahan dalam tanda baca.
Berbeda dengan yang lainnya, sesama anggota yang lain. Kadang, saya masih banyak menemukan tulisan yang asal-asalan. Banyak coretan disana-sini, banyak kesalahan penulisan dll. Memang, sudah syukur mau menulis. Tapi, alangkah baiknya kalau karya yang dikumpulkan itu rapi, tidak banyak kesalahan. Dengan begitu, membuat takjub bagi yang akan mengoreksi atau membacanya.
Selain itu, Tazkia juga teliti. Ketika diberikan amanah untuk membuat proposal sebuah acara pelatihan kepenulisan. Memang agak lama membuatnya, tapi lagi-lagi, setelah proposal jadi, hasilnya cukup bagus. Covernya menarik, tidak monoton, struktur bahasanya “tenang”, selain itu tidak banyak kesalahan penulisan dan dijilid secara rapi. Pembuatan proposal yang demikian mencerminkan kesan profesional intitusi yang membuatnya. Saya senang melihat hasil kerja yang demikian. Yah, tidak membuat malu FLP. Bayangkan kalau misalnya ketika mengadakan kegiatan, proposalnya lusuh dan banyak kesalahan penulisan. Tentu saja akan membuat enggan donatur yang akan menyumbang dana untuk kegiatan tersebut.
Itulah sedikit kesan saya terhadap pola kerja Tazkia.
Diam-diam saya banyak belajar darinya. Barangkali, inilah rahasia keberhasilannya selama ini. Dia berbuat yang terbaik dalam mengerjakan sesuatu. Maka tidak heran, walaupun kegiatannya seabreg, dalam studi, dia selalu mendapat predikat terbaik, semenjak sekolah selalu nomor satu, begitu juga ketika kuliah, bisa lulus tepat waktu bahkan mendapat predikat cum laude.
Berbuat yang terbaik. Ya, inilah kata kuncinya.
Kita...Saya dan Anda, bisa juga mencontoh apa yang dilakukan Tazkia. Sederhana, tapi perlu tantangan dan kemauan keras untuk bisa melaksanakannya. Ketika kita berbuat yang terbaik (dalam bekerja dan berkarya). Insyaalah kita akan meraih hasil yang terbaik pula. Dengan demikian, akan membuat diri kita puas dan orang lain juga bisa memetik kemanfaatan dari hasil karya dan kerja kita itu. Selamat bekerja dan berkarya.
Kota Satria, 11 April 2006
Pukul 19. 21.
Terimakasih untuk Tazkia atas inspirasinya.
Buka dari harta yang kita miliki
(JK Rowling)
Sebut saja namanya Tazkia, seorang muslimah berjilbab besar. Dia, teman satu kampusku. Sewaktu kuliah, dikenal sebagai salah satu aktivis dakwah kampus. Layaknya seorang aktivis, kesibukan sudah tentu menghiasi hari-harinya. Di luar kampus, dia aktif di salah satu gerakan mahasiswa Islam, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang mengharuskanya terlibat dalam berbagai aksi jalanan alias berdemonstrasi. Selain itu, dia juga bergabung di sebuah organisasi kepenulisan yang didirikan oleh Helvy Tiana Rosa, Forum Lingkar Pena (FLP). Sebuah nama yang tidak asing lagi dalam pendengaran kita.
Di organisasi kepenulisan inilah saya mengenalnya dengan baik, walau tidak terlalu dekat. Kebetulan, saya diberi amanah oleh teman-teman sebagai “Lurah” di organisasi kepenulisan ini, FLP Cabang Purwokerto. Jadi, mau tidak mau harus banyak berinteraksi dengan anggota yang lumayan banyak. Yang terdaftar sekitar 150 orang. Tapi, yang aktif baru sekitar 20 orang saja. Nah, Tazkia ini, termasuk yang aktif berkarya dan mengikuti berbagai pertemuan yang diadakan FLP.
Setelah sekian lama berinteraksi, saya banyak mengamati kerjanya, terutama ketika menyelesaikan berbagai tugas dan amanah yang diberikannya. Misalnya, ketika ada tugas untuk berkarya, membuat sebuah tulisan, dia tidak tergesa-gesa membuatnya. Pelan, tapi pasti di kerjakannya. Nah, setelah jadi, dan saya menilainya, ternyata hasilnya cukup baik. Tulisanya enak dibaca, mengalir, tak banyak kesalahan dalam tanda baca.
Berbeda dengan yang lainnya, sesama anggota yang lain. Kadang, saya masih banyak menemukan tulisan yang asal-asalan. Banyak coretan disana-sini, banyak kesalahan penulisan dll. Memang, sudah syukur mau menulis. Tapi, alangkah baiknya kalau karya yang dikumpulkan itu rapi, tidak banyak kesalahan. Dengan begitu, membuat takjub bagi yang akan mengoreksi atau membacanya.
Selain itu, Tazkia juga teliti. Ketika diberikan amanah untuk membuat proposal sebuah acara pelatihan kepenulisan. Memang agak lama membuatnya, tapi lagi-lagi, setelah proposal jadi, hasilnya cukup bagus. Covernya menarik, tidak monoton, struktur bahasanya “tenang”, selain itu tidak banyak kesalahan penulisan dan dijilid secara rapi. Pembuatan proposal yang demikian mencerminkan kesan profesional intitusi yang membuatnya. Saya senang melihat hasil kerja yang demikian. Yah, tidak membuat malu FLP. Bayangkan kalau misalnya ketika mengadakan kegiatan, proposalnya lusuh dan banyak kesalahan penulisan. Tentu saja akan membuat enggan donatur yang akan menyumbang dana untuk kegiatan tersebut.
Itulah sedikit kesan saya terhadap pola kerja Tazkia.
Diam-diam saya banyak belajar darinya. Barangkali, inilah rahasia keberhasilannya selama ini. Dia berbuat yang terbaik dalam mengerjakan sesuatu. Maka tidak heran, walaupun kegiatannya seabreg, dalam studi, dia selalu mendapat predikat terbaik, semenjak sekolah selalu nomor satu, begitu juga ketika kuliah, bisa lulus tepat waktu bahkan mendapat predikat cum laude.
Berbuat yang terbaik. Ya, inilah kata kuncinya.
Kita...Saya dan Anda, bisa juga mencontoh apa yang dilakukan Tazkia. Sederhana, tapi perlu tantangan dan kemauan keras untuk bisa melaksanakannya. Ketika kita berbuat yang terbaik (dalam bekerja dan berkarya). Insyaalah kita akan meraih hasil yang terbaik pula. Dengan demikian, akan membuat diri kita puas dan orang lain juga bisa memetik kemanfaatan dari hasil karya dan kerja kita itu. Selamat bekerja dan berkarya.
Kota Satria, 11 April 2006
Pukul 19. 21.
Terimakasih untuk Tazkia atas inspirasinya.
3 Responses to "Berbuat Yang Terbaik"
jazakallah atas postingan ini, setiap manusia memang seharusnya selalu berusaha yang terbaik, berbuat yang terbaik. kata kunci dari profesionalisme adalah melakukan yang terbaik. Ketika kita bersungguh-sungguh melakukannya maka kita akan mendapatkannya. Bukankah hasil itu sebanding dengan usaha yang dilakukan. Semoga kita semua mampu berbuat seperti layaknya ukhti tazkia itu. Menjadi yang terbaik adalah pilihan setiap orang
Ya, saya banyak belajar darinya. Entah, sekarang dia dimana dan kabarnya seperti apa, saya tidak tahu. Semoga, dalam perjalanannya. senantiasa bisa meraih impian-impian yang barangkalai dipendamnya.
assalaamualaikum..
Gimana kabar FLP PWt...Salam buat temen2 ya... Btw, setahu ane ga ada deh yang namanya Tazkia. Hemm, salam ya buat dia :)
keep Writing n do the best!
Posting Komentar