STOP Curhat Soal Gaji

STOP Curhat Soal Gaji
Oleh
Yons Achmad*

Saya kemarin baca berita. Di solo ada warga yang sampai makan tikus karena nggak punya uang buat makan. Benar tidak berita itu saya tak tahu. Tapi ada foto yang meyakinkan. Oh tidak. Miris banget bacanya. BAYANGKAN, makan tikus. Merinding saya.

Sekarang, Presiden kita yang terhormat curhat soal gaji yang 7 tahun nggak naik-naik. Oalah Gusti. Bener-benar nggak banget Presiden kita yang satu ini. Sindiran pun bermunculan. Bonnie Triyana dari Majalah Historia di Twitter bilang:

“Presiden Soekarno tak pernah sekali pun omong soal gaji di depan rakyatnya”
“Presiden yang baik seharusnya memikirkan berapa gaji rakyatnya bukan sebaliknya”
“Sepanjang sejarah kepresidenan RI baru ada dua yang ngomongin soal gaji: Soeharto dan SBY”

Budiono Darsono Pemimpn Redaksi Detikcom bilang juga di Twitter:

“Kalau saya kerja 7 tahun gak naik gaji, saya akan keluar lalu bikin perusahaan sendiri”

Aha. Saya suka gaya candaan yang terakhir ini.

Okelah kita lupakan Pak Beye sejenak dan ngomongin soal gaji kita masing-masing.

Memang, ngomongin gaji alias ngomongin duit itu sensitif ya. Dulu saya juga gitu pas masih kerja kantoran. Bener-benar kerja rodi. Mampus abis. Gaji nggak seberapa tapi kerjanya lembur melulu. Dua hari nggak tidur itu biasa.

Uang habis buar bayar kontrakan, cicilan motor sisanya buat makan. Cuman pas banget. Tapi lebih sering kurang. Nggak nyisa buat jalan-jalan apalagi bisa traktir makan “pacar” atau teman-teman terbaik di tempat yang bersih dengan makanan enak dan dijamin halal. Katanya sih teman bilang saya nggak bisa ngatur uang. Habis melulu. Entahlah. Waduh saya curhat juga ya. Ealah. Maaaf.

Al hasil, setelah bertahan sekira 1,9 tahun selamat tinggal, saya memilih keluar.

Dan tentu saja jadi pengangguran. Beberapa bulan kemudian saya bangun usaha. Dan Gagal total. Maklum, kemampuan wirausaha saya memang nol. Wajar kalau belum berhasil. Terpuruk, lemas, pasrah. Disaat begitu seperti biasa saya baru ingat Tuhan “ Ya Allah kok begini sih nasib saya, padahal sudah kerja keras” Saya yakin Tuhan dengar dan saya pelan-pelan mulai bangkit.

Sekarang. Yah lumayan. Dengan tim kecil, kami sama-sama bekerja dan berkarya. Tantangan pasti ada. Tapi justru beragam tantangan dan masalah itu yang membuat orang semakin mengerti jalan keberhasilan. Yang penting cetak biru bisnis sudah ada. Tinggal menjalankan saja sesuai kemampuan SDM dan modal.

Saya SANGAT SETUJU dengan Budiono Darsono. Membangun usaha sendiri itu perlu. Dengan begitu tak perlu lagi meributkan gaji yang kecil, bos yang pelit dsb. Sebab, kita sendiri yang menentukan gaji itu. Memang, membangun usaha butuh nyali, butuh keberanian. Belum lagi diejek disana sini, diremehkan, dicemooh. Kadang bukan dari orang lain, tapi malah dari orang-orang terdekat kita. Nyesek pokoknya. Tapi, itulah jalan yang kadang harus dilalui.

Dulu saya pikir kalau usaha itu yang penting MODAL CUKUP. Tapi, itu salah. Ternyata yang penting adalah IDE. Dan, bagaimana bisa MENJUAL IDE itu. Inilah rumus era bisnis kreatif sekarang ini.

Saat ini walau hidup sederhana, tapi hati bisa nyaman tinggal di tempat yang layak. Tidak kumuh dan berantakan lagi seperti dulu. Juga bisa menikmati kebahagiaan kecil, sesekali berlibur sambil menikmati secangkir teh setengah manis setelah pijat refleksi. Dan berusaha rutin menabung untuk masa depan yang saya akui agak terlambat ini. Sungguh, untuk sementara, kehidupan sekarang saya syukuri walau tetap ingin menggapai keberhasilan yang lebih jauh lagi.

*Penulislepas. CEO Kanetwork Indonesia

5 Responses to "STOP Curhat Soal Gaji"

Hilmy Nugraha mengatakan...

saya mau punya presiden sby mas...

penakayu mengatakan...

maksute gmn neh blm ngeh he he

Linda mengatakan...

saya nggak pernah bilang soal berapa nominal gaji saya sama orang lain. ibu sendiri aja nggak tau. biar beliau nggak sedih denger gaji anaknya. tapi alhamdulillah rejeki tidak hanya lewat gaji bulanan saja ;)
man jadda wa jadda :)

penakayu mengatakan...

bagus lah Lind. Semoga riski tambah lancar aje ye :-)

Hilmy Nugraha mengatakan...

ralat : saya malu punya presiden sby mas...