Rumah Baru Ibunda
:yons achmad
Rabu 15 September 2010
Lebaran hari ke-6
Dalam gerimis pagi 07.15 WIB
Ibunda: Istaria, meninggal di usia 51 tahun. Berasa mimpi. Tapi tidak. Ini kenyataan. Kami sekeluarga berduka. Pagi itu, ibunda terasan dingin sekali, badan menggigil. Saya, ayah dan beberapa kerabat menunggu. Tahu ibunda saya sudah dalam keadaan begitu, tetangga berdatangan. Sekira sampai 20 orangan yang menunggunya. Setelah berjuang dengan penyakit kangker yang dideritanya, lalu dengan akhir yang tenang, ibunda dipanggilNya.
Pagi itu senyap, tenang.
Tahu ibu meninggal, seseorang mengumumkan lewat pengeras suara di masjid. Berdatanganlah orang-orang, baik dari tetangga terdekat maupun kampung sebelah. Entahlah, saking banyaknya saya sulit mengenali dari mana orang-orang yang datang itu. Yang saya tahu mereka teman-teman ayah dan ibunda. Informasi tentang meninggalnya ibunda cepat sekali tersebar, mungkin karena sekarang ada teknologi SMS jadi kabar itu cepat menyebar.
Kami sekeluarga fokus mengurus jenazah ibunda. Dan, orang-orang kampung, entah siapa yang mengkoordinir cepat sekali bertindak. Menggali kubur buat ibunda, meminjamkan meja kursi untuk tamu, mencarikan sound system, membuat dapur umum buat memasak makanan. Cepat sekali. Sekira jam 10-an, semua sudah beres sehingga tamu-tamu yang datang bisa dijamu dengan tempat yang layak dan minuman/makanan sederhana. Tanda berduka, kiriman bunga dari salah satu perusahaan juga datang.
Untuk pemakaman, tinggal menunggu keluarga abang yang sudah di Jakarta, kebetulan kami hanya dua bersaudara. Saya belum pulang ke Jakarta karena diberi tugas menunggu ibunda dulu sampai membaik. Fokus kerja saya mengganti infus ibunda, jangan sampai kehabisan karena darah bisa mengalir ke atas. Setiap malam. Tentu tak boleh mengantuk. Baru kemudian paginya akan di cek oleh perawat yang datang rutin. Seorang gadis kecil. Fatimah namanya, dari rumah sakit bedah N-21. Kami semua berterimakasih banyak pada nama yang mengingatkan pada putri nabi ini. Ia merawat ibunda dengan baik sekali.
Saat abang datang sekira pukul 13.00, air mata pecah, semua tamu mengharu. Abang adalah orang paling berjasa bagi pembiayaan untuk pengobatan dan operasi ibunda. Saat abang datang, prosesi pemakanan pun dimulai. Semua lancar sampai akhir.
Ibunda orang yang tegar
Ibunda orang yang baik
Setidaknya itu penilaiaan kami sekeluarga dan tetangga. Namun, manusia tidak lepas dari dosa baik yang disengaja maupun yang tidak. Karenanya, kami hanya bisa meminta maaf kepada siapapun yang pernah bersentuhan, bergaul dengan ibunda agar memaafkan jika ada kesalahan-kesalahan yang pernah ibunda buat selagi hidupnya. Kami sekeluarga memohon kerendahan hati atas semua ini. Agar ibunda kami tenang disisiNya.
Ibunda...
Ia adalah matahari yang tak pernah lelah menyinar. Ia memberi kami cinta. Memberi kami kasih sayang. Saat terbaring pun Ia masih menjadi manajer yang menjulang. Mengatur, memberi instruksi saat ayah memasak. Pun, entah karena tahu sudah di ujung hayat, ibunda merancang acara halal bi halal untuk tetangga. Harus dilaksanakan secepat mungkin. Katanya.
Selepas halal bi halal, saling memaafkan, ibunda “pergi’ ke rumah barunya. Kami yakin ibunda bahagia dan tenang disisiNya. Kami anak-anak hanya bisa berdoa, berdoa dan berdoa agar ibunda kelak mendapatkan surgaNya. Pesan terakhirnya akan selalu kami ingat dan laksanakan.
Kini yang kami pikirkan ayah. Kami menaruh hormat pada ibunda. Kami yakin ibunda disana akan tersenyum dan setuju tentang ide nakal kami setelah peristiwa ini. Bagaimana mencarikan pendamping yang baru bagi ayah? Itu saja.
Dari lereng Merapi Magelang,
Sebuah catatan khusus untuk ibunda
8 Responses to "Rumah Baru Ibunda"
turut berduka cita atas meninggalnya Ibunda, semoga Ibu bahagia disana.
Tuhan lebih menyayangi Ibu.
Semoga diberi kesabaran dan ikhlas bagi keluarga yang ditinggalkannya. amin
turut brduka cita.. semoga almarhum dterima di sisinya..
turut berduka bro ... Allohummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha ...
afwan, nggak datang kemarin. Hari itu sebetulnya pas di magelang, tapi baru tahu setelah nyampe Jakarta dan baca postingan ini.
turut berduka cita yang sedalam2nya atas kepergian ibunda tercinta. semoga Allah melapangkan dan menerangi kubur almh. serta menempatkannya di tempat terbaik di sisiNYA. amin amin Allahumma amin
Turut berduka cita ya Mas
turut berduka mas yon.
turut berduka cita atas meninggalnya ibunda tercinta...
saya sangat senang membaca blog anda semoga bisa terus menjalin tali persaudaraan
anonim@ makasih ya :-) salam buat mama
Jun@makasih bro :-)
Bakti@ Ok bro. mks :-)
linda@ amien :-)
Tiara@makasih ya :-)
Hilmy@ ya mks :-)
Lidahp@semoga begitu :-)
Posting Komentar