Mukjizat Menulis


Mukjizat Menulis
:yons achmad*

Pada akhirnya menulis adalah untuk memperkaya
hidup orang-orang yang akan membaca karyamu
dan memperkaya hidupmu sendiri pula

(On Writing : Stephen King)

Menulis adalah berbagi. Ya, berbagi pemikiran, berbagi kisah, berbagi pengalaman hidup. Walau agak terlambat, saya rela menceburkan diri di dunia ini, dunia tulis-menulis. Mungkin banyak diantara penulis yang sudah mulai berkarir sejak kecil. Hasilnya sudah banyak menghasilkan karya dalam bentuk buku. Salut saya. Tapi, karena rupanya saya memang agak terlambat, ya memang harus bersabar untuk membuat buku. Tak ada salahnya kan diam-diam mengejar ketertinggalan. Sebab saya selalu yakin, tak ada kata terlambat untuk mengerjakan apapun yang baik.

Tentang menulis sendiri, boleh dong saya cerita sedikit. Saya pernah menulis artikel tentang lingkungan semasa SMP. Artikel itu mendapat juara saat perlombaan se-Magelang. Selain dapat hadiah uang dan bisa mentraktir teman-teman waktu itu, juga berkesempatan bertemu wakil presiden. Rasanya girang sekali dulu. Hanya itu yang saya ingat. Selebihnya tak ada.

Semasa SMA, pernah menulis di beberapa media dan majalah remaja. Tapi, tak kelihatan hasilnya. Boleh dibilang nol. Prestasi saya mungkin hanya membantu menulis surat cinta beberapa teman untuk menembak gadis yang dicintainya. Kalau yang ini sebagian besar berhasil. Tapi, saat saya menulis surat cinta untuk gadis yang saya cintai malah ditolak. Nasiiib. Rasakan !!!

Masuk kuliah di Jurnalistik mulai keranjingan membaca. Apa saja, mulai dari filsafat, sosiologi, politik, media sampai sastra. Berawal dari membaca ini saya mulai keranjingan juga untuk menulis. Banyak tulisan lahir. Hasilnya, beberapa dimuat di koran, majalah dan pers kampus. Selebihnya ditolak redaktur dan tulisan itu lenyap entah kemana. Maklum, saya dokumentator yang buruk. Selain itu, ada beberapa karya tulis yang menang lomba kepenulisan antar kampus. Yah, itulah sebuah prestasi kecil-kecilan.

Selanjutnya, tolakan demi tolakan naskah terjadi, membuat saya agak ngeper juga. Hampir putus asa. Rasa-rasanya sia-sia menulis tanpa bisa dipublikasikan di media. Padahal, sebelumnya sudah banyak referensi yang saya baca untuk memperkaya tulisan itu. Akhirnya saya berhenti sementara menulis di koran/majalah. Berganti menulis di blog.

Saat menulis di blog, semangat saya hanya berbagi bukan untuk mendapatkan uang (honor). Menulis tentang diri sendiri, tentang teman dekat, orang-orang biasa yang luar biasa dan saya menyebutnya “Manusia Setengah Malaikat”. Begitu juga diam-diam menulis seseorang yang saya kagumi. Di dalam blog, saya tidak menulis sesuatu yang serius membuat kening berkerut. Tapi hal ringan keseharian semacam genre “Chicken Soup”.

Tanpa disadari banyak keajaiban datang setelah sekian lama menulis di blog. Memang, ada sedikit materi yang saya dapatkan ketika menulis blog, seperti mendapat handphone sebagai penghargaan atas juara lomba blog Se-Jateng dan DIY. Handphone itu saya berikan ibu saya yang saat ini masih digunakan untuk saling bertelepon. Atau, beberapa tulisan di blog dibeli orang untuk dijadikan buku.

Tapi, ada hal lain yang lebih berharga, saya menyebutnya mukjizat menulis. Dengan menulis, saya mendapatkan sahabat, teman-teman yang berhati baik. Lalu kenikmatan tersendiri ketika ada orang yang mengucapkan terimakasih atas tulisan saya yang membuatnya terkesan. Apalagi, saya juga pernah menemukan cinta dari “hanya” sekedar menulis. Ahaa...apakah ada kebahagiaan terbesar selain saat kita menemukan cinta?

Belum lagi, kedahsyatan efek menulis bagi perbaikan diri. Menulis adalah terapi jiwa yang sungguh dahsyat. Lega hati saya setelah menulis, bahkan saya juga menjadi bisa mengukur diri. Setelah membaca tulisan sendiri, saya merenung apakah saya ini kuat atau lemah? Disitulah saya menemukan harta karun bahwa saya memang perlu selalu untuk memperbaiki diri dan tak mengulangi kesalahan yang sama di masa datang.

Terakhir, saya sependapat dengan apa yang dikatakan King di atas. Menulis, memang bukan semata-mata hanya untuk uang. Dengan menulis kita bisa berbagi kisah, cerita, pengalaman hidup, pemikiran-pemikiran baru yang mencerahkan kepada orang lain. Semuanya itu untuk memperkaya hidup orang lain. Itulah tugas seorang penulis. Dan kehidupan pastilah adil. Setelah bersusah-susah dengan semuanya itu, kehidupan sendiri yang akan memperkaya diri kita. Coba, buktikan dan rasakan kalau tak percaya []

*Penulis, tinggal di Jakarta. Owner Komunikata.net


Nb : Pic adalah seorang penulis. Hebat dia.

2 Responses to "Mukjizat Menulis"

dhodie mengatakan...

Rasakan!!! gyahahahaha...

Ehm meski saya juga terhitung terlambat untuk urusan memulai menulis, tapi tetap termotivasi untuk mengejar ketertinggalan based on this writing.

penakayu mengatakan...

mantabz bos. lanjutkan :-)