Kisah Sepatu Tua

Kisah Sepatu Tua
Oleh
Yon’s Revolta

Sudah lama saya tak bercerita. Baiklah.
Hari ini saya akan berkisah tentang sepatu tua.


Dulu, saya mempunyai sepatu kulit berwarna cokelat. Saya cinta betul dengan sepatu itu, enak dipakai, bandel dan awat tentunya. Sepatu itu sekaligus mengenangkan, mempunyai cerita tersendiri. Ya, sepatu itulah yang membersamai saya meninggalkan kampus menuju Jakarta, sekira 8 bulan yang lalu. Sepatu yang saya beli dari honor menulis di media. Sepatu itu kini sudah teronggok, jarang tersentuh. Masih bisa dipakai tapi kesan tua tak bisa disembunyikan, warna sudah memudar dan keriput mulai nampak.

Sepatu itu pula yang sekira 2 bulan saya pakai untuk bekerja. Waktu itu saya masih tinggal di seputar Lenteng Agung, Jakarta selatan. Sementara kantor nun jauh di Cibubur, Jakarta Timur (sebenarnya sudah masuk Bogor). Kalau hari sedang hujan, kasihan sekali sepatu itu. Harus basah kuyup, membuat dingin kaki pemakainya. Begitulah kisah karyawan biasa dengan sepasang sepatu. Bukan nasib buruk memang, hanya mungkin akan menjadi kenangan kelak ketika sang pemakainya sudah “sukses” berkarir. Amien.

Hanya punya satu pasang sepatu memang riskan.

Kalau pulang kantor dan hujan deras menurun, jelas sampai rumah (waktu itu masih numpang di rumah abang) sepatu itu basah dan tentu bau. Semalam dikeringkan tetap saja masih basah. Konsekuensinya, berangkat ke kantor memakai sepatu agak basah. Nggak enak, tentu saja. Tapi, saya membiarkan saja kondisi seperti itu dulu walau sesekali mengeluh, maklum waktu itu belum gajian. Dan gaji juga habis untuk naik angkutan. Maklum, sehari untuk angkot saja Rp 30 ribu. Yah, soalnya masih ditambah naik ojek dari Kota Wisata sampai ke lokasi kantor. Itu masa-masa sulit saja. Dari situlah saya belajar MERAYAKAN LUKA.

Selanjutnya kisah pelan-pelan berubah...

Kini, saya sudah bisa tinggal sendiri, tepatnya di kampung Babakan, Ciangsana, Bogor (silakan kalau mau mampir), berangkat kerja ditemani dengan “Khumairo”, si Mio bandel gesit dan tentu saja “Berselingkuh” dengan memakai sepatu baru. Alhamdulillah, itu kata yang bisa terucap karena satu persatu mimpi sudah tercoret (artinya sudah tercapai) dalam buku harian kerja saya. Walau memang harus kerja cerdas lagi karena masih ada 7 impian lagi yang menjadi target sampai Desember 2008 nanti.

Sekarang saya tak harus takut lagi kalau sepatu basah, karena sudah ada gantinya. Memang sih dulu saya akui pernah mengeluh juga cuma punya satu sepatu, sudah tua lagi, sang pemakainya juga takut sekali pada hujan karena bisa berujung esok paginya terpaksa memakai sepatu basah. Kata anak jaman sekarang “Capek Dech”.

Ah sudahlah itu masa lalu...

Namun, beberapa waktu lalu saya sedikit malu dan inilah yang membuat saya menuliskan kisah ini, kisah sepatu tua. Waktu itu, selepas pulang kerja saya menonton sebuah acara di televisi imut saya. Pengisi acaranya Pak Mario Teguh, seorang tokoh motivasi yang mungkin sudah dikenal banyak kalangan.

Satu hal yang saya ingat waktu itu, beliau berkata “Berapa banyak orang yang terlalu mengeluh tentang sepatu tuanya sementara orang lain mesti berjuang karena kakinya buntung”. Dan ingatan saya jadi tertuju pada seorang tua di seberang jalan Cibubur Junction, tikungan menuju Depok. Dia harus berjuang menghidupi diri dengan mengatur lalu lintas jalan. Begitu kepayahan karena hanya punya satu kaki. Dari sini, dari kisah sepatu tua itu, ternyata saya masih perlu banyak belajar lagi bagaimana mesti menengok ke bawah untuk bisa mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan (yr).

10 Responses to "Kisah Sepatu Tua"

Anonim mengatakan...

Manusia memang harus pandai bersyukur ya Mas....

Anonim mengatakan...

wah, sebuah sepatu pun jika disyukuri bisa menjadi sebuah cerita... he 3x

Ummu Aisyah mengatakan...

Semoga 7 impian yg di list antum terealisasi yah. Tapi semuanya juga Allah SWT yg berkehendak, klo pun tak tercapai semua, ttp bersyukur..krn tidak ada yg sempurna didunia ini.

Anonim mengatakan...

awalnya saya sering bertanya-tanya, kenapa sih akh yon ini selalu menggunakan gaya menulis dengan mencantumkan ulang judul dan identitas, misalnya "kisah sepatu tua" oleh Yon's Revolta...
Lalu saya coba gali lebih jauh orang-orang yang menggunakan hal yang sama. Ternyata saya ambil kesimpulan, mungkin kita memang perlu untuk mempertegas tulisan kita dengan identitas, agar mudah dikenal orang (bukan orangnya, tapi karakter tulisannya). Dan ternyata itu memang perlu dilakukan, menurut beberapa pendapat dari penulis yang saya baca. Awalnya saya cukup kurang PD untuk melakukan cara yang sama, tapi kemudian atas tulisan mba asma di milis, saya jadi terinspirasi untuk mengikuti jejak lelaki senja ini. (maap kalo ditiru). Tujuan saya cukup sederhana, saya ingin melihat sejauh mana karakter tulisan saya dimata pembaca. Kalau boleh tahu, tujuan akh yon apa? afwan

soal sepatu, saya juga punya sepatu lama, itu sudah koyak sana sini dan longgar, tapi masih saya simpan, sebagai kenangan suatu saat saya bercerita kepada anak cucu "ini sepatu nenek waktu pergi ke sini, sana, bla bla..."

Budhiana mengatakan...

Inspiratif Yon...
Dari hal-hal kecil, seperti sepatu, akan selalu terkuak makna seluas lautan. Berbahgialah bagi mereka yang menemukan makna, termasuk kamu Yon.
Salam
Kang Budhiana

Anonim mengatakan...

He he...saya malah nggak pernah perhatian ama sepatu, kalo udah rusak ato bosen dipake di simpen aja tanpa dipelihara, kadang dikasih orang. Makasih atas pelajarannya.

Anonim mengatakan...

diriku malah baru mau mengurangi kebiasaan memakai sepatu... Sepatu membuat jempol miring ke dalam, dan bisa mengakibatkan vertigo.. sedangkan sendal, ketinggian dikit aja bisa2 struktur tulang kaki mengok yang pada akhirnya setelah tua jadi bikin menderita.. :( bingung...

Anonim mengatakan...

Saya tahu, antum bisa membuktikan antum bisa berdiri tegak meski angin begitu kencang menerjang, keep fight!

Aisia mengatakan...

nice story..akuur deh...tob pake jempol...

salam kenal...puisi yang indah

@firmansm mengatakan...

kisah yang bagus
jadi inget tentang sepatuku
alhamdulillah yang sekarang awet
beli awal 2007
dan sampai 2009 masih good

he he he
biasanya cman bertahan satu tahun
salam kenal

http://firman.web.id