Sehari Satu Ilmu
: yon’s revolta
Orang yang sudah lulus sekolah atau kuliah bukan berarti berhenti belajar. Siapapun pasti sepakat dengan pernyataan ini. Hanya saja kadang kita diam-diam berhenti belajar tanpa sadar. Tak sempat lagi menambah wawasan pengetahuan, mengisi kapasitas pemikiran dengan ilmu-ilmu baru. Waktu habis dengan rutinitas pekerjaannya masing-masing. Hasilnya, kualitas hidup kita hanya itu-itu saja, bahkan mandeg karena tidak ada pembelajaran lagi.
Hal ini wajar karena selepas pendidikan formal tidak ada keterikatan lagi dengan sistem. Kita akan bebas, jika sewaktu belajar di pendidikan formal mau tak mau harus membaca berbagai buku dan menulis (paper, artikel atau makalah), ketika lulus tak ada beban lagi dengan aktivitas tersebut. Kecuali kalau kita memang gemar membaca dan menulis, aktivitas itu tetap berlangsung. Walau kalau boleh jujur, diakui atau tidak aktivitas pembelajaran tersebut kadangkala bukan sebuah kebutuhan atau kewajiban, melainkan hanyalah sebatas hobi belaka.
Benar. Belajar itu tak sekedar soal buku dan menulis, saya juga percaya itu. Ada dua hal yang sebenarnya menjadi inti tujuan kita belajar. Pertama, menambah wawasan pengetahuan. Kedua, menguasai keterampilan atau kecakapan hidup (skill). Kedua hal tersebut yang ingin saya bincangkan dalam kesempatan ini. Bagaimana, kita bisa tetap terus belajar walaupun tiap hari sibuk bekerja. Ijinkan saya, mengutarakan sebuah strategi pembelajaran yang sederhana yaitu sehari satu ilmu.
Tidak menutup kemungkinan orang punya kemampuan mendapatkan belasan, puluhan bahkan ratusan ilmu dalam setiap harinya. Tapi, saya percaya kenyataannya hal tersebut seribu satu dalam kehidupan keseharian kita. Maka, Bagi orang biasa (seperti saya) sehari satu ilmu cukup. Kalau sebulan kan bisa 30 ilmu didapatkan, bagaimana kalau dua bulan bahkan satu tahun, banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan. Tinggal buat daftarnya aja berapa ilmu yang kita kuasai.
Prakteknya bagaimana..?.
Tak usah terlalu memikirkan ilmu yang muluk-muluk dulu seperti teori sains yang rumit. Cukup mulai dari ilmu yang terkait dengan kehidupan keseharian kita. Misalnya tentang ilmu pohon pisang. Ia tidak mau mati sebelum menghasilkan buah. Walaupun batang pohon pisang ditebang tetap saja akan tumbuh, di tebang lagi akan tumbuh lagi. Sampai menghasilkan buah baru kemudian ia rela layu kemudian mati. Ini sebagai contoh ilmu tentang wawasan pemikiran kita. Kalau benar-benar teresapi dalam jiwa, kelak kita bisa membuat karya besar, karya terbaik dalam sejarah kehidupan kita. Buah karya yang terkenangkan sepanjang masa.
Atau, kalau soal kecakapan hidup, tak usah jauh jauh. Misalnya tentang ilmu membuka buku. Saya masih mendapati seorang Doktor yang ilmunya mumpuni, tapi belum memahami ilmu tentang membuka buku. Sadar atau tidak sadar Ia masih suka melakukan kebiasaan membuka buku dengan langkah jorok. Menjilat ujung jari kemudian disapukan ke pojok kertas.
Hasilnya, selain sebuah pemandangan tidak estetis, juga kertas menjadi rusak. Beda kalau tahu ilmunya, ia cukup memegang ujung buku, kemudian membukanya. Hasilnya, buku tak mudah lusuh dan pemandangan pun lebih terkesan indah. Ini hanya sekedar contoh saja. Sekarang saatnya, kalau bisa, pastikan setiap hari kita menguasai satu ilmu . Ini sudah cukup. Ingat-ingat saja sebelum kita tidur. Sudahkah hari ini kita menguasai satu ilmu..?.
: yon’s revolta
Orang yang sudah lulus sekolah atau kuliah bukan berarti berhenti belajar. Siapapun pasti sepakat dengan pernyataan ini. Hanya saja kadang kita diam-diam berhenti belajar tanpa sadar. Tak sempat lagi menambah wawasan pengetahuan, mengisi kapasitas pemikiran dengan ilmu-ilmu baru. Waktu habis dengan rutinitas pekerjaannya masing-masing. Hasilnya, kualitas hidup kita hanya itu-itu saja, bahkan mandeg karena tidak ada pembelajaran lagi.
Hal ini wajar karena selepas pendidikan formal tidak ada keterikatan lagi dengan sistem. Kita akan bebas, jika sewaktu belajar di pendidikan formal mau tak mau harus membaca berbagai buku dan menulis (paper, artikel atau makalah), ketika lulus tak ada beban lagi dengan aktivitas tersebut. Kecuali kalau kita memang gemar membaca dan menulis, aktivitas itu tetap berlangsung. Walau kalau boleh jujur, diakui atau tidak aktivitas pembelajaran tersebut kadangkala bukan sebuah kebutuhan atau kewajiban, melainkan hanyalah sebatas hobi belaka.
Benar. Belajar itu tak sekedar soal buku dan menulis, saya juga percaya itu. Ada dua hal yang sebenarnya menjadi inti tujuan kita belajar. Pertama, menambah wawasan pengetahuan. Kedua, menguasai keterampilan atau kecakapan hidup (skill). Kedua hal tersebut yang ingin saya bincangkan dalam kesempatan ini. Bagaimana, kita bisa tetap terus belajar walaupun tiap hari sibuk bekerja. Ijinkan saya, mengutarakan sebuah strategi pembelajaran yang sederhana yaitu sehari satu ilmu.
Tidak menutup kemungkinan orang punya kemampuan mendapatkan belasan, puluhan bahkan ratusan ilmu dalam setiap harinya. Tapi, saya percaya kenyataannya hal tersebut seribu satu dalam kehidupan keseharian kita. Maka, Bagi orang biasa (seperti saya) sehari satu ilmu cukup. Kalau sebulan kan bisa 30 ilmu didapatkan, bagaimana kalau dua bulan bahkan satu tahun, banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan. Tinggal buat daftarnya aja berapa ilmu yang kita kuasai.
Prakteknya bagaimana..?.
Tak usah terlalu memikirkan ilmu yang muluk-muluk dulu seperti teori sains yang rumit. Cukup mulai dari ilmu yang terkait dengan kehidupan keseharian kita. Misalnya tentang ilmu pohon pisang. Ia tidak mau mati sebelum menghasilkan buah. Walaupun batang pohon pisang ditebang tetap saja akan tumbuh, di tebang lagi akan tumbuh lagi. Sampai menghasilkan buah baru kemudian ia rela layu kemudian mati. Ini sebagai contoh ilmu tentang wawasan pemikiran kita. Kalau benar-benar teresapi dalam jiwa, kelak kita bisa membuat karya besar, karya terbaik dalam sejarah kehidupan kita. Buah karya yang terkenangkan sepanjang masa.
Atau, kalau soal kecakapan hidup, tak usah jauh jauh. Misalnya tentang ilmu membuka buku. Saya masih mendapati seorang Doktor yang ilmunya mumpuni, tapi belum memahami ilmu tentang membuka buku. Sadar atau tidak sadar Ia masih suka melakukan kebiasaan membuka buku dengan langkah jorok. Menjilat ujung jari kemudian disapukan ke pojok kertas.
Hasilnya, selain sebuah pemandangan tidak estetis, juga kertas menjadi rusak. Beda kalau tahu ilmunya, ia cukup memegang ujung buku, kemudian membukanya. Hasilnya, buku tak mudah lusuh dan pemandangan pun lebih terkesan indah. Ini hanya sekedar contoh saja. Sekarang saatnya, kalau bisa, pastikan setiap hari kita menguasai satu ilmu . Ini sudah cukup. Ingat-ingat saja sebelum kita tidur. Sudahkah hari ini kita menguasai satu ilmu..?.
5 Responses to "Sehari Satu Ilmu"
makasih trik nya mas... mudah-mudahan menjadi trigger perubahan dalam kehidupan saya dan keluarga...
ijin di comot buat di blog yah tulisannya..
jazakallah..
plus yang pada hobi baca buku truss ngelipet ujung halamannya..padahal dah ada pembatasnya tuh....hehehehhe..jd terkesan kurang gratitude ma yang udah nulis :D
Selamat Dik Yons menjadi Content-manager di Penulis Lepas.com. InsyaAllah akan menjadi Manager nyata perusahaan besar di masa depan. amiin.
ya ampun, udah nulis komen kok hilang, hiks, padahal dah serius banget tuh komenku hehehe....
pokoknya aku setuju ama tulisan mas yons...lebih baik mempelajari 1 hal dengan sangat baik, drpd mempelajari banyak hal, namun hasil pengetahuannya biasa2 aja
Mas Yon, saya minta izin boleh menggunakan artikel Sehari Satu Ilmu di situs saya dengan tetap mencantumkan nama dan blog mas Yon?
Terima kasih
afhakim@gmail.com
Posting Komentar