Pribadi Pemaaf
Oleh
Yon’s Revolta
Pahlawan bukanlah orang
yang berani menetakkan
pedangnya ke pundak lawan,
tetapi pahlawan sebenarnya ialah
orang yang sanggup
menguasai dirinya dikala ia marah.
(Muhammad)
Kala amarah datang...
Nafas tersengal-sengal, pikiran kacau, akal sehat hilang, irasionalitas yang muncul. Pada akhirnya, jalan keluar, solusi yang kita ambil berkebalikan dengan semangat perubahan untuk menjadi lebih baik. Yang ada justru rusaknya agenda-agenda yang telah kita susun sebelumnya. Bukannya permasalahan-permasalahan terselesaikan satu persatu. Malah kadang jadi bumerang. Menjadi penyebab datangnya masalah baru. Begitulah ketika amarah mengusai kita.
Maka, belajar mengendalikan amarah itu perlu...
Saya punya seorang teman, Ia pernah mengajarkan kepada saya tentang bagaimana mengendalikan diri ketika amarah sedang merasuki hidup. Termasuk juga bagaimana mengelolanya sehingga saya bisa memetik kemanfaatan setelah berhasil mengendalikan amarah itu. Ia, seorang Doktor lulusan Universitas di Kanada. Selain mengajar pada program pasca sarjana, juga seorang trainer soft skill. Tak perlu saya sebutkan namanya.
Pada sebuah hari yang kusam, saya sedang marah dan kesal pada seseorang. Saya kira, semua orang juga pernah mengalaminya. Namanya orang sedang kesal, tentu dimatanya tak ada kebaikan sedikitpun menilai orang yang kita kesali itu. Dalam pandangan saya, dia salah besar. Tanpa sengaja, spontanitas, saya luahkan kekesalan dihadapan teman saya yang Doktor itu. Dia hanya tersenyum, tak berkata-kata.
Selang beberapa lama, Ia mulai angkat bicara...
“Ketika seseorang sedang marah, ibaratkan mengantongi satu batu kerikil. Semakin lama, semakin sering marah, kerilil-kerikil yang ada dikantong semakin banyak, semakin berat. Begitulah sebenarnya hidup kita, amarah hanya memperberat beban hidup saja, tak ada gunannya”.
Saya kemudian terdiam...
Benar juga. Banyak marah semakin menambah beban hidup saja. Tak ada untungnya. Teman saya tadi lantas menasehati saya pentingnya menjadi pribadi yang pemaaf. Mudah memaafkan orang lain. Kelak, hidup ini akan terasa ringan kalau kita mampu pelan-pelan menjadi sosok yang pemaaf.
Betul juga. Menjadi pribadi pemaaf itu enak. Bahkan, ketika orang kurang ajar sekalipun terhadap kita. Jika kita tulus, tak membalas dengan kekurangajaran serupa, bisa jadi orang malah semakin simpatik kepada kita. Ah, kenapa baru saya sadari.
Saya jadi teringat kata Ustadz Hasan Al Banna, seorang tokoh spiritual dari Mesir, beliau pernah memberikan contoh yang baik bagaimana semestinya kita bersikap (ketika sedang marah). “Kuuunu ma’an naasi kasy syajar, yarmunnaasu bil hajar, yarminihim bits tsmar”. (Jadilah seperti pohon yang dilempar orang dengan batu, tetapi ia justru menggugurkan buah untuk mereka).
Tak mudah memang untuk menjadi pribadi pemaaf. Tapi toh kepriibadian itu bisa kita pelajari dan kita latih pelan-pelan. Bukan apa-apa, kita perlu menghadirkan pribadi pemaaf semata-mata demi keharmonisan pada lingkung sekitar. Bayangkan saja, kalau di rumah, di kost, di kontrakan, di kantor, ada banyak kaum pemarah, repot bukan. Jangankan banyak, satu orang pemarah saja hadir, kadang membuat pusing kita. Makanya, kita perlu memupuk kembali, menyemai kembali untuk bisa menjadi pribadi pemaaf, seperti pohon yang berbuah lebat itu....
Purwokerto 1, September 2007
6 Responses to "Pribadi Pemaaf"
Meredam amarah itu sangat sulit yaaa, butuh kekuatan untuk mengalahkannya.
Terkadang, kita terkesan gengsi jika meminta maaf terlebih dahulu... Dan menjadi diri yang pemaaf juga gak mudah, butuh keikhlasan untuk memaafkan.
jangan deket2 gw!
karena gw pemarah! ggrrr...!!!
BEWARE, MNX GALAK!
hahaha...
..ketika seseorang marah, maka ia tengah kehilangan separuh akalnya...
Memang tidak gampang mengendalikan emosi ketika datang ujian yang memantik kemarahan. Namun sesungguhnya marah juga diperlukan secara proporsional dalam situasi dan kondisi yang menghendaki hal itu asal tidak kehilangan kendali atau gelap mata dan tetap mampu berbuat adil.
akhir-akhir ini di tarbawi, di ummi temanya tentang maaf, semakin banyak yang mengingatkan jadi terpacu untuk berusaha menjadi pribadi pemaaf yang mudah pula meminta maaf...
Good point Yon. Maaf itu berat, tetapi solusi tepat. Saya pernah menulis No Future Without Forgiveness. Silakan baca di blog saya
terima kasih dah diingatkan. memang sulit menjadi seorang penyabar. namun pasti semua bisa dijalani bila dibiasakan. thanks !
Posting Komentar