Penulis Lagi Sedih
Oleh
Yon’s Revolta
Sripta Manen, Verba Volant
…yang tertulis akan tetap mengabadi..
yang terucap akan berlalu bersama angin
Terharu, bercampur senang, tapi ada sedikit rasa sedih. Ya, ketika seorang teman memberikan kabar dalam dalam sebuah forum “Jual Novel Untuk Menikah”. Terharu dan senang ketika mendengar kabar itu. Sebuah kebahagiaan tersendiri ketika dia akan bersegera menjemput bidadarinya. Rasa sedih muncul ketika membayangkan nasib penulis di negeri ini yang kadang banyak tidak beruntung. Tidak bisa hidup layak. Saya tak tahu tentang “nasib” seorang teman itu. Mungkin, itu satu-satunya jalan baginya untuk mendapatkan rupiah, bekal menikah kelak.
Bagi penerbit, kisah ini sebuah tamparan telak. Tentu, bagi mereka yang masih punya nurani. Apalagi, kalau menyebut banyak kisah. Diluar
Yah, barangkali terinspirasi oleh sajak Rendra;
…suka duka kita bukanlah istimewa karena setiap orang mengalaminya.
hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh,
hidup adalah untuk mengolah hidup, bekerja membalik tanah,
memasuki rahasia langit dan samudera…
Memang, berprofesi menjadi penulis (total) itu butuh keberanian, berani untuk bertahan hidup dengan kesederhanaan. Tapi, alangkah indah kalau semuanya bisa menjadi partner dan bisa bekerjasama dengan baik. Antara penulis, penerbit dan pembaca. Masing-masing jelas punya kebutuhan. Tapi, sinergis dan terkomunikasikan dengan baik tentu lebih utama. Kejujuran juga penting agar masing-masing tidak merasa dikecewakan. Ini sebagai usaha untuk mengantisipasi munculnya “penulis pelacur”, menulis sekedar uang semata, tak tersisa lagi idealisme, hanya menurut selera pasar dengan melulu menulis soal (mmaf) sex dan seputar kelamin.
Tak perlu dipungkiri. Penulis memang butuh penghargaan, bukan apa-apa, karena memang menjadi haknya.
Disini, saya tak hendak menakut-nakuti seseorang untuk terjun menjadi penulis. Hanya, merasionalkan impian saja. Bolehlah, kalau ada yang mengatakan JK Rowling hanya menulis saja bisa kaya raya. Tapi, itu satu diantara seratus, bahkan seribu. Di negeri bernama
Rumah Kelana, 25 Juli 2007
10 Responses to "Penulis Lagi Sedih"
kirain kamu sedih kenapa punk...jadi inget cetingan kita tempo hari, tentang 'perempuan'2 itu...hehehe
nggak lah. mikir perempuan terus jadi capek. makan ati he he he
Mendingan mikir topik apa yang baik dan mendorong orang berbuat kebajikan...hehe
tak kira ngopo..????
HUh...kuciwa..kuciwa...
putrii@ nggak bermaksud menipu loch :-)
al fakir @ siapakah dikau, tapi idenya sayah sepakat :-)
escoret@ nggak bermaksud menipu juga judulnya he he
jadi penulis mungkin bukan satu profesi yg menjajikan tp insya Allah kalo tulisan kita banyak manfaatnya hidup bisa jadi berkah :)
as i told 2 u, aq juga pernah mengalaminya..so, penyakit M ku kambuh.mlaezzzzzzzzzzzzz
salah ketik...MALEZZZZZZZZZZZZZZZZZ:-)
kalo alasannya males, wah capeck dech...
Posting Komentar