Istri Yang Pemaaf

Istri Yang Pemaaf
Oleh
Yon’s Revolta

Dimana ada kebesaran cinta
Disanalah selalu terbentang harapan

(Willa Cather, Novelis)

Enam bulan yang lalu…

Tepatnya tanggal 16 Desember 2006, seorang ibu curhat kepada saya. Dia, seorang penjaja makanan keliling, salah satu langganan saya. Nariyah namanya. Waktu itu, matanya berkaca-kaca, raut mukanya tak bisa menyembunyikan aroma kesedihan yang dideritanya. Dengan terbata-bata bercerita. Suaminya, pergi meninggalkannya tanpa pamit alias minggat ke Kalimantan. Pergi tanpa sebab. Ternyata, kembali ke istrinya yang pertama. Memilukan. Oh..ya, Nariyah ini memang istri ketiga. Ia rela menjadi istri ketiga karena memang mencintai lelaki yang kemudian menjadi suaminya itu.

Saat mendapati suaminya minggat, pikiran kalut, sudah jelas.

Bagi yang masih punya rasa peduli, tak susah untuk sekedar ikut merasakan apa yang dialaminya. Bayangkan saja, bagaimana rasanya ditinggal orang yang dicintai. Tanpa pamit pula. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Duka pastilah ada. Nariyah sendiri tahu kalau suaminya ke Kalimantan setelah menemui mertuanya. Menanyakan apakah suaminya pulang ke rumah orang tuanya. Ternyata tidak. Dari keterangan mertuanyalah Dia tahu kalau suaminya sudah berada di Kalimantan. Itu cerita enam bulan yang lalu.

Tadi siang saya bertemu kembali dengannya.

Biasa, membeli nasi rames yang dijualnya cukup murah untuk ukuran mahasiswa. Saat membeli dagangannya, dengan nada gembira Dia berkata pelan kepada saya “Mas, suamiku wis balik”. Wah, kabar gembira nich, gumam saya dalam hati. “Gimana ceritanya” sambung saya.

Katanya, suaminya sempat minta persetujuan boleh pulang menemuinya atau tidak. “Mak, aku meh balik, ojo nesu ya” (Mak, aku mau pulang, jangan marah ya). Begitu suaminya mengambil hati istrinya. Ternyata, Nariyah memang punya jiwa besar, bukan sosok pendendam. Dia, mempersilakan suaminya untuk pulang, kembali menemuinya. Melupakan masa lalu, melupakan kesedihan yang sempat dideritanya ketika enam bulan berada dalam kesendirian. Baginya, cukup hadirnya suami memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Begitulah Nariyah, istri yang sangat pemaaf.

Sebenarnya, Dia bisa saja menolak suaminya pulang kembali padanya. Dengan senyum penuh sipu, dia berkata kepada saya kalau sudah didekati oleh dua orang laki-laki, satu karyawan kantor, satu lagi seorang satpam kampus. Mereka siap kalau Nariyah menyatakan mau untuk dinikahi. Oh, rupanya Nariyah banyak yang suka juga. Tapi, mendengar suaminya pulang, tawaran kedua orang itu diurungkannya. Kini, yang saya tahu, bersama suaminya, Dia mulai hidup baru, dengan sejarah yang baru. Sejarah tentang kebesaran cinta, dan ketulusan seorang istri.

***

Sosok Nariyah, bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Mungkin, dia merasakan pengkhianatan atas cinta. Darinya, kesedihan, kesunyian, kesepian terasakan. Namun, pada akhirnya bisa memaafkan orang yang selama ini berbuat jahat padanya. Tidak mengungkit masa lalu, menghargai orang yang mau kembali, orang yang mau berubah. Merajut kembali keharmonisan keluarga yang sempat retak. Nah, bagi siapapun yang sedang dilanda berbagai masalah, khususnya dalam berumah tangga, Nariyah bisa menjadi cermin. Sebuah pelajaran berharga bagaimana mengambil keputusan yang bijak demi utuhnya sebuah keluarga. Susah memang, tapi Nariyah bisa, kenapa kita tidak..?.

4 Responses to "Istri Yang Pemaaf"

pyuriko mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
penakayu mengatakan...

iya, salut juga sama ibu itu. ada yah orang seperti itu

Ardianz Family mengatakan...

Perempuan, ia bisa dengan tulus memberi, mencinta, memaafkan. Itulah hebatnya, Bro. Menjaga perasaannya harusnya menjadi keniscayaan ^_^

Anonim mengatakan...

Ya gak juga, kalau dia pilih Mas Karyawan, bisa jadi dia lebih bahagia dengan orang itu. Begitu juga dengan Mas Satpam, siapa tahu cinta yang dicari ada pada mas satpam. Kita juga gak tau kan. Emang suami nya aja gak tau diri. Kayak saya... huehehehehe...