Sebab Cinta Belum Berakhir

Sebab Cinta Belum Berakhir
Oleh
Yon’s Revolta

Dimana ada kebesaran cinta
Disanalah selalu terbentang harapan-harapan

(Willa Cather, Novelis)

Cinta adalah persoalan yang tak akan habis untuk ditulis. Ya, persoalan cinta memang belum berakhir sehingga akan selalu menjadi kisah kehidupan manusia di dunia. Mungkin ada yang menganggap bahwa orang yang sering menulis tema cinta diberi stigma melankolis, penulis merah jambu, sosok yang cengeng dsb. Bagi saya, tak apalah sebutan itu melekat. Tapi, sebenarnya bukan untuk sebutan itu tema tentang cinta ditulis. Berkisah tentang cinta adalah bentuk pencarian sejati tentang diri manusia. Ya, cinta akan sesama, tentang alam sekitar begitu juga tentang Yang Diatas Sana. Harapannya begitu.

Baiklah, satu persatu kita selami. Adanya lelaki dan perempuan di dunia ini menjadikan suasanya indah dan penuh cerita. Romantisme, sejuta luka, kekonyolan, sampai taburan bunga-bunga menjadikannya pelangi kehidupan. Kadang ada masanya penuh pesona, ada kalanya juga pilu melanda setiap insan. Tetapi hadirnya akan membuat kita semakin dewasa dalam memaknai setiap petik kisahnya. Hal ini berlaku bagi yang punya sedikit waktu untuk berkontemplasi, merenung tentangnya. Tinggal kita mampu memaknainya atau tidak.

Tentang sesama, tak juga terlalu jauh berbeda. Apalagi ketika dia seorang muslim. Sudah banyak terpahami, tapi saya kira masih belum banyak yang melakukan. Sebentuk cinta ibarat satu tubuh. Ketika salah satu anggota tubuh sakit, semua ikut merasakannya, inilah bentuk empati, inilah bentuk persaudaraan sejati atas sesama (ukhuwah). Dan, puncak dari persaudaraan (ukhuwah) adalah itstar, mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Mudah dipahami, tetapi kadang terlampau susah untuk diimplementasikan dalam kehidupan keseharian.

Selanjutanya adalah tentang alam sekitar. Ada kalanya kita terlampau ingin menguasai alam, terlampau ingin mengeksploitasinya. Kita, manusia, sering menganggap alam berada pada kekuasaan kita, kita selalu ingin menundukkannya. Padahal, kita perlu memperlakukan alam sewajarnya, bahkan perlu kesejajaran. Dengan begitu, kita akan bisa memaknai esensi kosmos. Disana ada keteraturan, ada hukum sebab akibat. Ketika keserakahan melekat dalam diri kita maka “alam akan marah”. Sekaranglah buktinya, kadang kita, terutama (maaf) pejabat kita, terlampau menyalahkan alam ketika mengguncang dan memporakporandakan manusia. Padahal kalau kita sedikit saja mau belajar tentang esensi kosmos. Justru arogansi manusialah ujung penyebab masalahnya. Dalam hal ini, kita perlu bersahabat dengan alam.

Sementara, ada persoalan penting dalam kesejatian hidup manusia. Yaitu adanya Yang Diatas Sana. Yang satu, yang transendental. Terlampau sulit kita memahami dirinya, tetapi akan ada jalan ketika kita memahami ayat-ayatnya. Layaknya sebutir pasir di padang gurun. Itulah manusia. Karena akalnya, manusia bisa menafikanNya, mencoba melawan, menyatakan bahwa semuanya itu hanya aksurd, khayalan, utopis belaka. Itulah wajah sempurna kesombongan manusia. Tetapi, tidak akan terjadi jika dalam hati manusia ada iman, akal akan dapat dikendalikan sehingga menyadari akan kebesaran-kebesaranNya. Dengan begitu, dalam melalui hari-harinya, ia akan senatiasa tertuju kepada Yang Diatas Sana itu.

Jika manusia sudah sampai kearah sini, insyallah kedamaian dan indahnya hidup akan terasakan sebab dalam suasana inilah, suasana bersamaNya inilah kebahagiaan dan rasa syukur akan muncul. Dan kelak, ada sebuah harap, atas sebuah cinta untuk kemudian bisa menatap wajahNya.

Singkatnya, ketika manusia sudah menemukan tentang hubungan dirinya terhadap sesama, terhadap alam dan terhadap Yang Diatas Sana, beruntunglah ia. Hubungan itu semuanya tentu didasarkan atas cinta. Jika kita telah melakukan sesuatu atas dasar cintaNya, bolehlah berharap akan balasan kebaikan menyertai kita. Tetapi jika cinta hanya didasarkan oleh ketampanan dan kecantikan wajah, kekayaan materi. Percayalah, cinta itu semu belaka. Sekarang, temukanlah, sebab cinta belum berakhir !.

Sanggar Pelangi, 15 Februari 2007 / 19.51
Ketika mencoba untuk semakin mencintaNya

4 Responses to "Sebab Cinta Belum Berakhir"

angin-berbisik mengatakan...

Cinta kepada manusia kebanyakan memang semu, tetapi ada juga yang sejati....sayang hanya sebagian kecil...

Cinta kepadaNya adalah cinta yang hakiki....

pyuriko mengatakan...

Lagi2 soal cinta,... :)

Setuju ma Mba Tia,... cinta kepada sesama manusia itu Majazi , tapi cinta kepadaNya itu hakiki...

penakayu mengatakan...

Buat Tia : Benar sekali

penakayu mengatakan...

Buat Kiko : Yups, semoga kita mendapati cinta yang hakiki