Episode Tiga Sahabat

Dunia ini menjadi indah dan mengasyikkan karena adanya sahabat. Mereka menjadi kawan berbagi cerita, berbagi suka dan tentunya berbagi derita. Kehidupan menjadi ringan akan hadirnya mereka. Begitu juga, akan ada rasa saling keterikatan yang dalam untuk bisa membantu meringankan beban yang sedang dialami bersama.

Saya mempunyai sahabat yang cukup akrab. Mereka adalah Hanung Krisnanto (Komunikasi 2001) dan Tri Budiono (Komunikasi) 1999. Masing-masing dari kita kini telah berjauhan. Tapi, ada sejumput kenangan yang masih tersimpan dalam pikiran dan benak saya. Hari ini, saya berusaha mengenang persahabatan ini dengan sebuah goresan sederhana yang ada dalam hadapan Anda ini.

Awalnya, kami sama-sama kuliah di Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman. Universitas kecil yang terletak di perkampungan, di lembah Gunung Slamet dan juga Bukit Baturraden yang dingin. Saya mengawali persahabatan dengan mereka berdua ketika saya menginjakkan kaki di semester tiga. Di tahun itu (2002) mulainya episode tiga sahabat

Satu persamaan dari kami adalah sama-sama haus ilmu dan cinta buku. Maka, ketika kami masing-masing mengenal dan saling bertukar pikiran, pembicaraan kami pun nyambung satu dengan yang lainnya. Maka, setelah berdiskusi dan saling bertukar pendapat, kami mendirikan sebuah komunitas studi media bernama “Global Institute”. Terlihat keren bukan..?. Komunitas itu yang membersamai kami melakukan tugas-tugas intelektual di kampus.

Dengan lembaga itu, kami melakukan berbagai even kegiatan seperti diskusi rutin seputar media dan jurnalisme, mengadakan worshop pembuatan blog, membuat media alternatif dan stiker propaganda “Kill Your TV”. Even besar yang pernah dilakukan adalah mengadakan worshop kepenulisan “Bagaimana menulis skripsi yang mengasyikan”. Menghadirkan sang provokator dunia tulis menulis dari Mizan, dialah Bang Hernowo. Bagi yang bergelut didunia kepenulisan dan perbukuan tentu tak asing lagi dengan nama itu.

Peserta acara itu lumayan banyak, sementara panitiannya ya hanya kami bertiga, ditambah merekrut beberapa orang sebagai mc, moderator dan bagian pembantu umum. Acara itu sukses, Bang Henowo bisa memikat dan memuaskan peserta dengan tips tips menulisnya. Harapan kami cuman satu atas diadakannya acara itu. Agar mahasiswa tidak terlalu terbelenggu dan bisa menulis skripsi dalam keadaan bebas dan enjoy. Alhamdulillah, semua lancar, semua ini tidak terlepas dari dukungan penuh dana dari penerbit Mizan. Sayang, komunitas itu harus almarhum karena kita gagal melakukan regenerasi. Yang tersisa hanyalah milis studi_media @yahoogroups.com. Itu adalah kaki tangan kami di dunia maya.

Persahaban kami memang lebih banyak dalam kerangka membangun iklim intelektualitas di kampus. Tapi, disisi lain, ada kenangan yang tak bisa saya lupakan sampai saat ini. Yaitu kesukaan kita untuk melakukan perjalanan ke berbagai kota. Bandung, Semarang, Jakarta dan Jogjakarta. Apalagi kalau bukan untuk berburu buku-buku dan novel bagus. Yah, seringkali, karena kami tak banyak punya ongkos, harus rela untuk tidur di masjid-masjid yang kami temui. Kamipunya tradisi setahun sekali barengan berkunjung Jogjakarta. Kami pernah tiga tahun menjalani tradisi ini. Berangkat dari stasiun Purwokerto jam 6 pagi naik kereta Logawa menuju Jogjakarta. Waktunya, adalah dua hari menjelang lebaran.

Sampai di Jogja biasanya siang hari. Dari siang sampai sore, kami menghabiskan waktu untuk belanja buku di shoping. Hanung dan Tri, mereka suka buku-buku yang memuat teori-teori kritis seputar media dan masyarakat. Sementara saya lebih suka memburu novel-novel yang dalam pandangan saya bagus. Malamnya, kami melaksanakan sholat tarawih di Masjid Agung (gede) Jogjakarta. Setelah itu biasanya kami berkeling seputar Malioboro dengan naik becak. Kalau sudah capek, kembali ke Masjid Agung. Kita niatkan untuk itikaf disana. Paginya, kami pergi ke stasiun, disana kami berpisah untuk kemudian dua minggu lagi bertemu kembali ke kampus.

Selama dua minggu itu kami menikmati liburan lebaran di kampung masing-masing. Saya di Magelang, Hanung di Gombong dan Tri di Karawang. Itu kenangan saya dengan kedua sahabat saya. Kini, kabar terbaru, Tri sedang berproses menuju pernikahan dengan seorang gadis lulusan S2 dan menjabat salah satu kepala Sekolah di Karawang. Lebih tua memang gadis itu. Tapi saya bilang, lanjut aja prosesnya siapa tahu memang itu jodohmu. Hanung, sekarang sedang berjuang menulis skripsi tentang film propagandanya Chaves, presiden Venesuela setelah beberapa lama dia pusing menjabat presiden BEM. Sementara saya sendiri masih berbahagia menikmati hidup dengan menahkodai Forum Lingkar Pena (FLP) Purwokerto.

Itulah kenangan saya.
Adanya sahabat, seperti saya bilang diawal cerita,
Menjadikan dunia indah dan mengasyikkan.

~Snow Man Alone~
Purwokerto, 18 Desember 2006 / 20.30/ warnet Unsoed

5 Responses to "Episode Tiga Sahabat"

pyuriko mengatakan...

Senang yaaa punya sahabat sejati.

Barakallahu utk Tri, semoga lancar acaranya.

Utk kalian berdua,... sukses slalu.

penakayu mengatakan...

Yup, si Tri sekarang sedang harapharap cemas, diterima atau tidak..doakan dia berhasil mendapatkan cintanya..

M. Awan Eko Sabilah mengatakan...

wah jd inget pandawa dakwah Teknik Fisika ITS 2002 nih....uhfff masa itu akan segera berlalu ( kok jd curhat di sini yak )
sorry kang,syukron atas tulisannya, inspiring ....

penakayu mengatakan...

wah bagus lah masih berada dalam lingkaran dakwah :-)

Anonim mengatakan...

Jangan lupa sahabat kala SMA mu dulu