Anak adalah anugerah Tuhan
Yang menjadikan kita belajar,
Tentang cinta, kebijaksanaan
dan kelembutan
…
Kekerasan ada dimana-mana. Kita bisa mendapati fenomena kekerasan didalam kehidupan sehari-hari maupun dipertontonkan melalui layar kaca. Beberapa hari ini, muncul polemik tentang tayangan “Smack Down”, sebuah program acara gulat profesional yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta. Program acara ini dinilai masyarakat telah menyebabkan meningkatnya agresifitas dan kekerasan anak-anak dan remaja. Di Bandung,
Atas fenomena memilukan ini, wajar ketika banyak yang meminta tayangan itu dihentikan. Awalnya, pihak pengelola stasiun tak menggubrisnya, mereka berpendapat acara itu tak melanggar aturan penyiaran dan tetap tak mau menghentikan tayangan itu karena sudah terikat kontrak dengan sponsor. Tapi, setelah mendapat tekanan, akhirnya acara “Smack Down” itu dihentikan. Tidak ditayangkan lagi. Syukurlah, ini berarti acara yang tidak mendidik dan berbahaya bagi anak-anak itu sedikit terkurangi.
Memang sudah sewajarnya para orang tua patut khawatir ketika anak tiba-tiba melakukan kekerasan. Cepat mudah marah, membentak-bentak, melotot dan dibarengi dengan perilaku destruktif (merusak) yang kerap menjadikan teman sebayanya sebagai sasaran. Dan, kita patut curiga, pemicunya salah satunya adalah karena mereka sering menonton adegan kekerasan ditelevisi. Penelitian diranah psikologi juga telah membuktikan itu, dimana anak cenderung lebih agresif setelah berkali-kali menonton adegan kekerasan dan berpotensi untuk menirukannya dalam kehidupan keseharian mereka. Kalau sudah demikian, sungguh berbahaya bukan..?.
Ajarkan Kelembutan
Sebab, bisa jadi ketika orang tuanya mudah sekali meluapkan amarahnya, secara tak sengaja dan tanpa disadari, akan menjadikan anak terbiasa melihat pemandangan orang marah. Dan, akhirnya sang anak pun terbiasa mudah marah jika misalnya kecewa atau keinginannya tidak terpenuhi. Jika sudah demikian, jangan kaget kalau misalnya sang anak tahu-tahu membanting piring, atau barang-barang tertentu yang ditemuinya. Atau, mudah sekali meluapkan amarah kepada teman sebayanya.
Berangkat dari sini, menjadi penting ketika orang tua bisa memberikan sebuah keteladanan yang baik kepada anaknya. Termasuk memberikan pendidikan kepada anak tentang seni kelembutan. Mengejarkannya lewat contoh-contoh yang bisa kita berikan sehingga anak-anak pun bisa mencontohnya. Misalnya, dalam momentum perjalanan atau liburan bersama anak, biasanya banyak pengamen atau peminta-minta. Disitu kita memberi kesempatan anak untuk memberikan sekeping mata uang untuk diberikan kepada mereka sambil memberikan pesan hikmah agar peduli terhadap sesama. Itu salah satu cara saja mengajarkan kelembutan dan kasih sayang sang anak akan saudaranya yang bernasib kurang beruntung.
Sementara, dalam keluarga, alangkah baiknya ketika orang tua menghindari kemarahan atau pertengkaran yang biasa terjadi antara suami istri dihadapan sang anak. Sebisa mungkin sang anak tak menyaksikan pertengkaran itu karena akan berdampak kurang baik secara psikologis. Begitu juga, penting untuk tidak mengatakan kepada sang anak “Kamu goblog”, ”Dasar anak nakal” ketika dipandang sang akan melakukan kesalahan karena bisa jadi sang anak akan terbiasa mendengar ungkapan kasar itu. Nah, yang pasti, kata kunci mengajarkan kelembutan kepada anak itu ada pada keteladanan orang tua. Pertanyaanya kemudian, dalam keseharian kita, kekerasan atau kelembutankah yang sering kita ajarkan kepada anak-anak kita..?. Anda yang paling tahu jawabnya. (yon’s revolta).
~Snow Man Alone~
Purwokerto, Kamis 30. November, 2006
0 Response to "Ajarkan Anak Kelembutan"
Posting Komentar