Segala yang ada dalam hidupku
Kusadari semua milikmu
Ku hanya hambamu
yang berlumur dosa
Tunjukan aku jalan lurusmu
Untuk menggapai surgamu
Terangiku dalam setiap langkah hidupku
Karena kutahu hanya kau Tuhanku
( “SurgaMu” Ungu)
Diantara senandung (lagu) yang marak di ramadhan dan syawal tahun ini, lagunya Ungu yang berjudul “SurgaMu” ini sangat menyentuh hati saya. Lagunya enak didengar, musiknya pas di hati, liriknya sangat bernuansakan perenungan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Diam-diam saya terkesan ketika mendengarnya. Entah mengapa, akhir-akhir ini saya menyukai senandung religus semacam ini.
Dulu senandung religius saya tak begitu tertarik, saya justru menyukai musik underground, musik perlawanan semisal lagunya Big Smoker, Blukhuthuk, Bertrayer dan semacamnya. Baru ketika kuliah, sedikit melunak dengan menyukai musik ska model Tipe x, atau Shagy Dog. Itulah perjalanan menikmati musik saya. Tentang musik saya memang tak begitu fanatik. Kalau terasa enak di telinga dan hati ya saya dengarkan, kalau tidak ya malas saya mendengarnya apalagi membeli kaset atau CD nya.
Dalam perjalan usia yang semakin senja, kini saya 24 tahun, selera saya sedikit berubah. Saya cenderung menyukai sesuatu yang berbau religi. Maklum, sekian lama saya hampa akan hal itu. Kini, rasa-rasanya saya merindukan nuansa religius karena bisa menenangkan hati dan pikiran. Memang, saya juga suka lagunya Opick atau nasyid-nasyid yang menjamur di negeri ini. Tapi, lagunya Ungu itulah yang entah mengapa sedang melekat di hati saya.
Saya percaya, musik adalah ekspresi jiwa.
Ku hanya hambamu
yang berlumur dosa
Tunjukan aku jalan lurusmu
Untuk menggapai surgamu
Terangiku dalam setiap langkah hidupku
Karena kutahu hanya kau Tuhanku
( “SurgaMu” Ungu)
Diantara senandung (lagu) yang marak di ramadhan dan syawal tahun ini, lagunya Ungu yang berjudul “SurgaMu” ini sangat menyentuh hati saya. Lagunya enak didengar, musiknya pas di hati, liriknya sangat bernuansakan perenungan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Diam-diam saya terkesan ketika mendengarnya. Entah mengapa, akhir-akhir ini saya menyukai senandung religus semacam ini.
Dulu senandung religius saya tak begitu tertarik, saya justru menyukai musik underground, musik perlawanan semisal lagunya Big Smoker, Blukhuthuk, Bertrayer dan semacamnya. Baru ketika kuliah, sedikit melunak dengan menyukai musik ska model Tipe x, atau Shagy Dog. Itulah perjalanan menikmati musik saya. Tentang musik saya memang tak begitu fanatik. Kalau terasa enak di telinga dan hati ya saya dengarkan, kalau tidak ya malas saya mendengarnya apalagi membeli kaset atau CD nya.
Dalam perjalan usia yang semakin senja, kini saya 24 tahun, selera saya sedikit berubah. Saya cenderung menyukai sesuatu yang berbau religi. Maklum, sekian lama saya hampa akan hal itu. Kini, rasa-rasanya saya merindukan nuansa religius karena bisa menenangkan hati dan pikiran. Memang, saya juga suka lagunya Opick atau nasyid-nasyid yang menjamur di negeri ini. Tapi, lagunya Ungu itulah yang entah mengapa sedang melekat di hati saya.
Saya percaya, musik adalah ekspresi jiwa.
..
Dalam perjalanan proses kreatifnya juga seiring dengan pengalaman jiwa pencipta maupun pelantunnya. Seperti dalam lagu Ungu itu. Niatan untuk membuat album religius ketika Pasha, sang vokalis mendapati anaknya yang sakit. Anaknya harus dioperasi karena penyakit yang dideritanya Dari sinilah kemudian dia menyadari bahwa hanya kekuatan Tuhanlah yang mampu memberikan kesembuhan pada anaknya. Cerita ini saya baca pada tabloid Nova edisi bulan Oktober kemarin. Lantas, pengalaman kejiwaan dan spiritual inilah yang menjadi inspirasi untuk menciptakan senandung kepada Tuhan, senandung penghambaan , penyerahan diri, permintaan maaf dan ampunan kepada Tuhan atas segala dosa yang telah dilakukan.
Maka, lahirlah senadung pelebur dosa dalam album religi Ungu itu..
Memang pengalaman menikmati musik berbeda satu orang dengan orang lainnya. Dan, bagi saya, musik yang baik atau senandung yang baik ketika dia bisa menyentuh hati seseorang dengan sebuah pencerahan dan perenungan sesuatu yang baru. Sentuhan yang bisa membuat hati berbicara, nuraninya terketuk. Lagu semacam ini yang bisa membuka pintu transendental atas kemahakuasaan Tuhan. Kemudian lantas tersadar bahwa kita bukan apa-apa di mata Tuhan.
Ekspresi kehilafan atas dosa yang kita lakukan itu bisa kita salurkan lewat musik. Bagi sang pelantun, tentu saja menjadi pengalaman spiritual tersendiri, sedang bagi penikmatnya, juga akan memberikan pengalaman kejiwaan yang baru. Jika pandai memaknainya, rahasia akan kebesaran Tuhan bisa kita temukan. Hingga hati kita menjadi damai ketika dekat dengan Tuhan. Semoga Ungu tetap konsisten untuk berkarya dengan senandung yang bernuansakan religi. (yon’s revolta)
~Snow Man Alone~
Purwokerto, 9 November 2006
Dalam perjalanan proses kreatifnya juga seiring dengan pengalaman jiwa pencipta maupun pelantunnya. Seperti dalam lagu Ungu itu. Niatan untuk membuat album religius ketika Pasha, sang vokalis mendapati anaknya yang sakit. Anaknya harus dioperasi karena penyakit yang dideritanya Dari sinilah kemudian dia menyadari bahwa hanya kekuatan Tuhanlah yang mampu memberikan kesembuhan pada anaknya. Cerita ini saya baca pada tabloid Nova edisi bulan Oktober kemarin. Lantas, pengalaman kejiwaan dan spiritual inilah yang menjadi inspirasi untuk menciptakan senandung kepada Tuhan, senandung penghambaan , penyerahan diri, permintaan maaf dan ampunan kepada Tuhan atas segala dosa yang telah dilakukan.
Maka, lahirlah senadung pelebur dosa dalam album religi Ungu itu..
Memang pengalaman menikmati musik berbeda satu orang dengan orang lainnya. Dan, bagi saya, musik yang baik atau senandung yang baik ketika dia bisa menyentuh hati seseorang dengan sebuah pencerahan dan perenungan sesuatu yang baru. Sentuhan yang bisa membuat hati berbicara, nuraninya terketuk. Lagu semacam ini yang bisa membuka pintu transendental atas kemahakuasaan Tuhan. Kemudian lantas tersadar bahwa kita bukan apa-apa di mata Tuhan.
Ekspresi kehilafan atas dosa yang kita lakukan itu bisa kita salurkan lewat musik. Bagi sang pelantun, tentu saja menjadi pengalaman spiritual tersendiri, sedang bagi penikmatnya, juga akan memberikan pengalaman kejiwaan yang baru. Jika pandai memaknainya, rahasia akan kebesaran Tuhan bisa kita temukan. Hingga hati kita menjadi damai ketika dekat dengan Tuhan. Semoga Ungu tetap konsisten untuk berkarya dengan senandung yang bernuansakan religi. (yon’s revolta)
~Snow Man Alone~
Purwokerto, 9 November 2006
0 Response to "(4) Senandung Pelebur Dosa"
Posting Komentar