Atas Ucap Kata
Dan Khilaf Karena Ujung Pena
Aku Pinta Sejuta Maaf
Selamat Lebaran
Tetap Tersenyum
Dan Hidup Penuh Cinta
....
Itulah bunyi SMS yang saya kirimkan lebaran tahun ini. Tentu saja saya tujukan untuk orang-orang terdekat saya. Saya mengirimkan SMS itu karena tak mungkin bisa mengunjungi satu persatu. Dengan bantuan teknologi komunikasi yang semakin canggih ini, permintaaf maaf itu saya kumandangkan. Harapannya, tentu saja orang-orang terdekat saya itu bisa memberikan maaf kepada saya atas kekhilafan baik yang disengaja maupun yang tak disengaja.
Jujur saya akui. Banyak kekhilafan yang saya lakukan. Maklum, kata orang pembawaan saya terlalu kasar, baik cara berkomunikasinya maupun perilakuanya juga. Cenderung emosional dan mudah naik pitam. Dengan begitu, banyak yang kemudian merasa terdholimi karena ucapan dan kata-kata saya. Maka, tak ada cara lain selain meminta maaf kepada mereka. Dan lebaran inilah momentumnya. Saling memaafkan, saling melebur dosa.
Di dalam ajaran Islam, saling maaf memafkan itu dianjurkan. Walaupun, tidak terbatas pada saat lebaran saja. Setiap kita merasa salah, setiap itu kita dianjurkan segera meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti dan kita dholimi. Indah sekali jika setiap kita bisa melakukan hal ini. Sebenarnya perkara sederhana. Tapi, sepertinya belum banyak dari kita yang selalu melakukannya. Yah, mungkin tak mau meminta maaf karena alasan gengsi, malu, atau karena malas saja.
Padahal bisa jadi kita melakukan kesalahan besar terhadap orang lain.
Dan kita justru tidak merasa bersalah sama sekali.
Momentum lebaran. Ya, lebaran tahun ini mari kita jadikan awalan untuk membersihkan hati kita. Membersihkan dari setiap noda, dendam atau amarah. Kita mungkin juga merasa disakiti atau didholimi orang. Tapi bayangkan pula. Ingat-ingatlah, apakah kita juga pernah malakukan kesalahan yang fatal juga yang mengakibatkan orang lain menderita, merugi atau menjadikannya dia kehilangan harga diri. Agak sulit memang, tapi orientasi ke orang lain itu perlu kita kedepankan.
Artinya, merendah hati saja. Anggap saja kita melakukan banyak kesalahan kepada orang lain dan minta maaflah dengan ketulusan hati kita. Seperti kita juga berusaha untuk mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita. Jiwa lapang dada, hati seluas samudera, rasa-rasanya tepat kita miliki jika kita ingin menjadi pribadi istimewa, bijaksana, bukan pribadi yang biasa-biasa saja.
Khusus lebaran tahun ini. Tak ada kekuatan hebat yang mendorong hati saya untuk meminta maaf secara khusus pula kepada orang yang selalu mencintai saya, tapi saya belum melakukan yang terbaik terhadapnya. Dialah Istaria Sumari, Ibu saya.
Dialah yang mengajarku tentang cinta hingga saya bisa merangkai kata-kata “SMS Cinta Lebaran” yang saya kirimkan kepada sahabat-sahabat saya. Dia, memang bukan wanita yang berpendidikan tinggi, bukan orang kota, hanya wanita kampung yang sederhana. Tapi, rasa-rasanya saya belum bisa membalas cinta yang telah diberikannya. Disaat saya terpuruk, tak ada seorangpun yang mempedulikan saya. Ibu sayalah yang selalu memberikan dorongan agar saya bersemangat, tetap tegar menghadapi hidup. Dia, oh, mungkin memang anugerah Tuhan yang diturunkan khusus untuk saya.
Dan tahukan Anda. Tak terasa air mata saya menetes saat menuliskan catatan ini hingga tak mampu saya meneruskannya.
Special for Bunda
Semoga baik-baik saja.
Itulah bunyi SMS yang saya kirimkan lebaran tahun ini. Tentu saja saya tujukan untuk orang-orang terdekat saya. Saya mengirimkan SMS itu karena tak mungkin bisa mengunjungi satu persatu. Dengan bantuan teknologi komunikasi yang semakin canggih ini, permintaaf maaf itu saya kumandangkan. Harapannya, tentu saja orang-orang terdekat saya itu bisa memberikan maaf kepada saya atas kekhilafan baik yang disengaja maupun yang tak disengaja.
Jujur saya akui. Banyak kekhilafan yang saya lakukan. Maklum, kata orang pembawaan saya terlalu kasar, baik cara berkomunikasinya maupun perilakuanya juga. Cenderung emosional dan mudah naik pitam. Dengan begitu, banyak yang kemudian merasa terdholimi karena ucapan dan kata-kata saya. Maka, tak ada cara lain selain meminta maaf kepada mereka. Dan lebaran inilah momentumnya. Saling memaafkan, saling melebur dosa.
Di dalam ajaran Islam, saling maaf memafkan itu dianjurkan. Walaupun, tidak terbatas pada saat lebaran saja. Setiap kita merasa salah, setiap itu kita dianjurkan segera meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti dan kita dholimi. Indah sekali jika setiap kita bisa melakukan hal ini. Sebenarnya perkara sederhana. Tapi, sepertinya belum banyak dari kita yang selalu melakukannya. Yah, mungkin tak mau meminta maaf karena alasan gengsi, malu, atau karena malas saja.
Padahal bisa jadi kita melakukan kesalahan besar terhadap orang lain.
Dan kita justru tidak merasa bersalah sama sekali.
Momentum lebaran. Ya, lebaran tahun ini mari kita jadikan awalan untuk membersihkan hati kita. Membersihkan dari setiap noda, dendam atau amarah. Kita mungkin juga merasa disakiti atau didholimi orang. Tapi bayangkan pula. Ingat-ingatlah, apakah kita juga pernah malakukan kesalahan yang fatal juga yang mengakibatkan orang lain menderita, merugi atau menjadikannya dia kehilangan harga diri. Agak sulit memang, tapi orientasi ke orang lain itu perlu kita kedepankan.
Artinya, merendah hati saja. Anggap saja kita melakukan banyak kesalahan kepada orang lain dan minta maaflah dengan ketulusan hati kita. Seperti kita juga berusaha untuk mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita. Jiwa lapang dada, hati seluas samudera, rasa-rasanya tepat kita miliki jika kita ingin menjadi pribadi istimewa, bijaksana, bukan pribadi yang biasa-biasa saja.
Khusus lebaran tahun ini. Tak ada kekuatan hebat yang mendorong hati saya untuk meminta maaf secara khusus pula kepada orang yang selalu mencintai saya, tapi saya belum melakukan yang terbaik terhadapnya. Dialah Istaria Sumari, Ibu saya.
Dialah yang mengajarku tentang cinta hingga saya bisa merangkai kata-kata “SMS Cinta Lebaran” yang saya kirimkan kepada sahabat-sahabat saya. Dia, memang bukan wanita yang berpendidikan tinggi, bukan orang kota, hanya wanita kampung yang sederhana. Tapi, rasa-rasanya saya belum bisa membalas cinta yang telah diberikannya. Disaat saya terpuruk, tak ada seorangpun yang mempedulikan saya. Ibu sayalah yang selalu memberikan dorongan agar saya bersemangat, tetap tegar menghadapi hidup. Dia, oh, mungkin memang anugerah Tuhan yang diturunkan khusus untuk saya.
Dan tahukan Anda. Tak terasa air mata saya menetes saat menuliskan catatan ini hingga tak mampu saya meneruskannya.
Special for Bunda
Semoga baik-baik saja.
...
~Snow Man Alone~
Purwokerto, 6 November 2006
~Snow Man Alone~
Purwokerto, 6 November 2006
2 Responses to "(1) SMS Cinta Lebaran"
Nice SMS :-)
AH yang bener aja "pingin malu"
Posting Komentar