Di Pangkuan Tarbiyah

Tarbiyah bukan segala-galanya
Tapi segala-galanya akan tercapai dengan Tarbiyah
(Syeh Mustafa Mashur)


Di tengah kesibukan pernak-pernik kampus, ada sebuah suasana yang begitu mengesankan, pertemuan (liqo’at) setiap malam sabtu. Kami menamakan kelompok kajian rutin setiap minggu sekali itu dengan sebutan “Keluarga Izzudin Al’Qosam”. Disana, ada guru kami yang rela bersusah payah mengajarkan kepada kami tentang ilmu-ilmu keIslaman, sebut saja guru itu dengan “Mr G”, dia salah satu dosen di kampus kami. Pembawaanya tenang, murah senyum dan punya wibawa.

Ada kerinduan yang tak terkira ketika menjelang datangnya malam itu. Karena disanalah kami berbagi cerita, curhat tentang dakwah, kuliah, kesibukan mencari penghasilan tambahan dan tentunya tentang istri, ini khusus bagi saudara kami yang sudah menikah. Bagi yang belum, hanya bisa belajar bagaimana mempersiapkan sebuah keluarga yang bervisi kedepan, karena inilah tangga kedua untuk mewujudkan sebuah masyarakat Islami setelah yang pertama masing-masing pribadi membekali dirinya dengan kefahaman atas Islam dengan cukup.

Tanpa disadari, kami telah menikmati hidup di pangkuan Tarbiyah (pendidikan).

Rasa-rasanya sangat sayang ketika kami tidak hadir dalam pertemuan pekanan itu. Setidaknya, ada empat kerugian ketika saya atau teman-teman saya tidak datang;

Pertama, Tidak mendapatkan ilmu.
...
Ya, kami merasa bahwa ketika tidak hadir, tiada ilmu yang bisa didapatkan. Hal ini karena dalam rentang waktu pertemuan, antara pukul 20.00 sampai jam 23.30 wib kami biasanya mengkaji perkembangan dakwah kontemporer (tasqif), tilawah Al-quran (belajar membaca dengan baik) sampai membahas amanah dakwah yang mesti kita emban, termasuk kewajiban untuk membina.

Kedua, Hilangnya pahala silaturahmi.
...
Islam telah mengajarkan kemanfaatan yang luar biasa ketika diantara umat ini senang bersilaturahmi, menanyakan kabar saudaranya, barangkali ada masalah yang mesti dipecahkan dan dicari solusinya. Dengan begitu, hidup ini terasa indah karena ada persaudaran (ukhuwah) diantara kita. Hingga kita bisa memahami tentang puncak tertinggi dari ukhuwah itu ketika kita bisa mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri, inilah yang dinamakan itsar. Tidak mudah memang, tapi dari sanalah kami belajar tentang itu.

Ketiga, Pupusnya tali ukhuwah (persaudaraan).
...
Hal ini terjadi karena tiadanya kabar. Semakin salah satu diantara kami jarang hadir dalam pertemuan, semakin sulit bagi kami untuk bisa berbagi menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Dengan jarang hadir pula, bisa membuat retak tali ukhuwah (persaudaraan) diantara kami. Apabila salah satu saudara (ikhwah) ada yang tidak hadir, satu hal penting untuk menanyakan alasannya. Harapannya, tetap ada dalam jalinan tali ukhuwah, bisa berkumpul bersama agar kehidupan yang begitu keras ini bisa kita pikul bersama-sama sehingga ringan terasa.

Keempat, Hilangnya peluang berkorban.
...
Ya benar, untuk hadir dalam pertemuan, kadang harus melawan kemalasan yang merasuk, hujan yang deras, badan yang kurang enak dsb. Dengan bisa melawan segala rasa itu, kami yakin bahwa Allah SWT akan memberikan pahala dan nikmat yang lebih bagi kami karena sedikit pengorbanan yang kami lakukan untuk menjemput ilmu. Begitu juga bagi yang kebetulan ketempatan dalam pertemuan itu. Suguhan secangkir teh, makanan ringan adalah wujud dari pengorbanan seorang saudara untuk belajar berbuat baik kepada tamu yang datang.

Ah...indah sekali hidup dipangkuan Tarbiyah (pendidikan)

Kami menyadari, inilah lingkaran kecil bagi kami untuk bisa memahami Islam secara menyeluruh (syumuliatul islam), membaca dunia dengan pemahaman yang global. Pada akhirnya, kamipun bisa merasakan untuk membina, mentarbiyah masyarakat disekitar agar Islam ini benar-benar dipahami secara benar, tidak sepotong-potong. Harapannya, Islam bisa jaya dimuka bumi ini. Ini bukan sekedar mimpi, tapi kenyataan yang mesti kita songsong. Jalan masih panjang saudaraku…

8 Responses to "Di Pangkuan Tarbiyah"

Linda mengatakan...

Di kampus saya juga ada 1 organisasi yg mengutamakan silaturahmi & persaudaraan. Ada acara silaturahmi rutin setiap bulan. Dan mulai minggu ini akan ada QMC lupa kepanjangannya tp yg saya tau dlm QMC itu ikhwan & akhwatnya berbeda. Kalo QMC akhwat biasanya kita baca Al-Qur'an bergantian. Selain itu juga memanggil murrobiah tempat kita bertanya.
btw, tabayum itu apa???

uTHe mengatakan...

Ketika kesibukan duniawi membuat silaturahmi semakin memperhitungkan waktu, hanya doa yang dapat selalu mempersatukan. Namun, tarbiyah tak pernah mengenal waktu...

Anonim mengatakan...

Akh ipung..
piye kbre?
aku bukan sobat kentalmu ya?
blog-ku ora di-links?

Anonim mengatakan...

Aang
di
Majalengka

Anonim mengatakan...

Disuguhi apa nih biasanya kalo ketemuan? :D

Anonim mengatakan...

Ngaji sing bener, men dadi ikhwan sing mandan syumul. salam nggo Mr " G " , mugi-mugi diparingi sabar amarga nduwe kader kowe

Anonim mengatakan...

pren....tetap semangat ya...dan semoga diberi kemudahan dalam beraktifitas.

Ina mengatakan...

Suubhanalloh.. semoga selalu istiqomah dalam barisanNya..
Btw, yg menggelitik niih, curhat about istri jugah hmm... *dlm batas2 tertentu tentunya hehe*
Coba nanti tak tanya suamiku hehe...