Asyiknya Bekerja Tanpa Kantor

Saat masih kuliah, saya pernah mengikuti seminar teknologi informasi dengan pembicara Onno W Purbo, seorang pakar internet yang tidak hanya diakui di Indonesia, tapi juga dunia. Saya tak ingat lagi isi seminarnya. Tapi, saya masih ingat gaya hidupnya. Beliau seorang penulis, konsultan IT dan pembicara publik. Bisa hidup layak dengan bekerja tanpa kantor. Awalnya jadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tapi, kemudian memutuskan untuk keluar dan menjalani hidup ala SOHO (Small Office Home Office).

Di rumah, bekerja dengan menulis buku dan artikel seputar teknologi informasi. Selebihnya, menjadi pembicara publik dan melayani konsultasi. Aktivitasnya memang lebih banyak dihabiskan di dunia maya, aktif menjawab pertanyaan seputar dunia IT. Dulu milis, sekarang Twitter. Begitu awalnya dikenal sebagai seorang pakar internet (IT). Bukan dari pengakuannya sendiri, tapi publiklah yang mengakuinya.

Hasilnya, kerap diundang seminar dan workshop dalam maupun luar negeri. Dari aktivitas menulis, mengisi seminar, jasa konsultasi dan workshop inilah Onno mendapatkan penghasilan. Dari Onno saya belajar gaya hidup mengasyikkan ala SOHO ini. Prosesnya memang tak mudah. Untuk mengawalinya, dimulai dengan menggali dan memutuskan apa spesialisasi atas kemampuan kita.

Selanjutnya adalah rajin berbagi informasi. Menulis lewat berbagai media, apapun medianya baik cetak maupun online. Bisa lewat blog pribadi, blog keroyokan semisal kompasiana atau rajin-rajin menulis dan berbagi ilmu dimedia sosial. Rajin-rajin menjawab pertanyaan yang muncul. Dengan begitu lama-lama orang akan mengenal dan mengakui “kepakaran” kita. Tanpa menulis (berbagi ilmu), orang tak akan banyak mengenal kita. Sangat sayang, padahal bisa jadi seseorang mempunyai ilmu yang banyak dan “jago” dalam bidang tertentu. “kepakaran” dan “kejagoan” kita itu yang akan kita “jual” kepada publik. Kalau kita punya suatu keahlian yang spesifik, tentu banyak orang yang dengan sendirinya akan mencari kita.

Lewat tulisan, menjadi jembatan kita dengan publik. Dengan menulis, pelan-pelan publik akan mengetahui siapa diri kita. Tentang keahlian, kepakaran dan minat kita yang besar terhadap suatu bidang tertentu. Dari situlah awalnya kita merintis karier ala SOHO ini. Bagi Onno, butuh waktu sekitar 2-4 tahun untuk bisa dikenal seperti sekarang. Lama juga, tapi yang penting ada hasilnya.

Yang menarik dari bekerja tanpa kantor ini adalah bisa mengatur waktu kita dengan fleksibel dan leluasa. Tidak harus terpaku pada aturan lembaga (perusahaan) tertentu sehingga hidup kita merdeka, bebas, tanpa ketakutan ditegur atasan. Yang paling mewah tentu bisa bersuara tanpa ada tekanan dari siapapun. Sebuah gaya hidup yang mengasyikkan, tapi membutuhkan keseriusan dalam menjalaninya. Kata kuncinya sebenarnya hanya satu, menjadi spesialis, itu saja. Beginilah asyiknya kerja ala SOHO.

Mereka serius menekuni suatu bidang tertentu, dia menulis dan berbagi ilmu mengenai hal itu, lantas dengan sendirinya publik mengakui kepakarannya dan akhirnya banyak orang yang mengajak bekerja sama. Selain menjadi penulis spesialis dibidangnya, undangan menjadi pembicara publik juga menanti, begitu juga perusahaan, instansi pemerintah memintanya untuk menjadi konsultan pada bidangnya. Begitu gambaran pekerjaannya.

Tapi, adakah cara paling singkat untuk bisa disebut “Pakar”? Ada. Caranya adalah dengan menulis buku tertentu. Tidak punya waktu atau kesulitan menulis buku? Bukan soal, cukup ceritakan isi pikiran dan banyak penulis yang bisa menyulapnya menjadi sebuah buku. Lewat buku karanganmu, silakan jalan-jalan berbagi ilmu diseminar atau pelatihan bidang tertentu. Atau kalau tetap ingin di rumah saja, gelar kursus, pelatihan, seminar secara online. Dan penghasilan datang sendiri. Gampang teorinya. Tapi praktiknya butuh kerja keras dan usaha nyata. Aha. Selamat mencoba.

Salam
Yons Achmad
Penulis biografi
Pembicara Publik
CEO Kanet Indonesia
WA: 082123147969

0 Response to "Asyiknya Bekerja Tanpa Kantor"