Filsafat Kebahagiaan Kierkegaard

Filsafat Kebahagiaan Kierkegaard
Oleh: Yons Achmad
(Penulis Kreatif. Pendiri Kanet Indonesia)


Apa yang dilakukan seorang filsuf ketika ditolak cewek? Berlagak tegar, walau hati berdarah-darah. Lalu tak beberapa lama, menerbitkan buku tentang “Filsafat Kebahagiaan”. Sebuah jalan sunyi patriotik. Gaya, tetap harus sempurna tanpa cela. Mantap. Siapa dia? Kierkegaard. Saya baca cerita pribadi plus kisah bukunya, lumayan juga.
Soren Kierkegaard (1813-1855) adalah salah satu filsuf eksistensialis terbesar, selain Martin Heidegger dan Jean Paul Sartre. Buku Either/Or dengan sub-judul “The Unhappiest Man” memberikan pesan moral soal kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hidup. Dari petuahnya, disebutkan bahwa ketidakbahagiaan seseorang terjadi ketika meletakkan hal terpenting di luar dirinya. Ia selalu absen, tak pernah hadir bagi dirinya.
“Sungguh dalam arti tertentu, individu-individu tidak bahagia, sejauh mereka hidup dalam harapan dan kenangan”, katanya. Artinya apa? Kalau orang hanya berorientasi kepada masa lalu atau terlalu sibuk mengejar masa depan, maka jebakan ketidakbahagiaan itu bakal muncul. Itu sebabnya, kita mesti peduli dengan keadaan sekarang.
Ya, yang kita alami sekarang ini. Caranya bagaimana? Selalu bersyukur, apapun keadaannya. Ini buat kita bahagia. Bersyukur cukup? Tidak. Kerja keras juga harus terus dilakukan dong untuk mengubah keadaan jadi lebih baik (kalimat terakhir ini tambahan istri saya).
Nah, dari sini jelaslah sudah. Orang kalau terlalu banyak berharap dan mengenang, hidupnya pasti tak bahagia. Atau setidaknya kurang bahagia. Kenapa? Berharap menjadikan orang sibuk membayangkan yang indah-indah, padahal belum tentu terjadi.
Sedangkan, mengenang hanya membawa seseorang kepada romantisme masa lalu yang barangkali juga tak bakal terjadi lagi. Maka, agar diri kita hadir, fokus saja pada yang sekarang. Lakukan yang terbaik hari ini. Selesai. Besok, lakukan yang terbaik lagi.
Mudah menjalankannya? Sulit, seperti Kierkeegard, saya juga tak yakin dia bisa lupakan begitu saja gadis pujaan hati, yang menolaknya. Tapi, saya selalu ingat kata-kata seorang Profesor bijak, kenalan saya, sulit itu kategori bisa. Jadi, ya, kita semua bisa melakukannya. Kita semua bisa bahagia kalau kita hadir hari ini, fokus pada hari ini. Itu saja, bahagia memang sederhana. []
Depok, 2 Juli 2019

0 Response to "Filsafat Kebahagiaan Kierkegaard"