Saat Terindah Jadi Ayah



Saat Terindah Jadi Ayah
:Yons Achmad*

Menjadi ayah. Tidak kebayang sebelumnya.  Saya soliter. Tidak suka keramaian. Nyaman tinggal di kosan atau apartemen. Sendirian. Tak mau menikah. Aktivitas saya, setelah cita-cita jadi diplomat gagal, saya bekerja di beberapa perusahaan swasta. Terakhir,  bekerja sebagai staf humas sebuah lembaga. Bosan. Saya keluar dan bekerja secara mandiri. Membuat sebuah biro konsultan kecil-kecilan.

Masih belum  juga mau menikah. Masih terus bekerja di ibu kota. Kalau bosan saya ke Bali.  Tentu kalau sedang punya uang. Saya suka ke sana. Sekira 4 kali. Konyolnya, kadang di sana saya pernah 3 hari hanya makan, tidur, nonton TV. Tak keluar hotel. Terus, pulang ke Jakarta lagi.

Sampai keempat kalinya ke Bali saya ketemu dengan seorang perempuan. Berjilbab. Umur selisih jauh. Saat saya sudah kuliah semester dua, dia masih SD. Sebulan kenal saya ajak menikah. Ditolak. Sampai 3 kali. Menyerah? Tidak. Saya datangi orang tuanya. Melamar sendirian. Luluh juga. Diterima. 3 bulan kemudian menikah.

Sewa rumah 2 kamar. Saya tidur di kamar satu. Istri saya tidur di kamar lain. Saya masih kikuk. Tapi, satu tahun kemudian sewa rumah 1 kamar. Kita lebih akrab. Singkat cerita lahirlah dua anak. "Jingga Kanaya" dan "Java Profetika".

Sampai sekarang saya kadang masih tak menyangka. Ternyata saya sudah menjadi ayah. Apakah momentum saat terindah menjadi ayah? Benar. Ketika sang anak kemudian benar-benar bisa berucap dan memanggil saya "Ayaaah"

Saya sering trenyuh sendiri. Apalagi ketika anak mengatakan itu selepas pulang kerja. Dia menyambutnya di depan pintu. Memanggil "Ayaaah". Lalu kami berpelukan. Bagi orang lain mungkin biasa saja. Tapi bagi saya, ini momentum magis sekali. Sebab dulu saya pernah punya pikiran tak mau menikah seumur hidup. Saya ingin terbang, lepas, bebas, sendirian.

Sekarang, biarkan aroma kehidupan mewarnai. Walau masih hidup sederhana saya hanya bisa bersyukur. Allah ternyata masih sayang saya dan keluarga. Jujur saya barangkali memang belum berbuat yang terbaik untuk istri. Tapi bagi anak, apapun akan kulakukan sampai usaha titik darah penghabisan. Itu tekad kecil saya []

Palmerah, 4 Maret  2017 .

*Penulislepas. Pendiri Kanetindonesia.com. WA: 082123147969

0 Response to " Saat Terindah Jadi Ayah"