Merancang Kemandirian Hidup
:Yons Achmad
Jangan terlalu banyak mengandalkan orang lain dalam hidup,
karena bahkan bayanganmu sendiri
tinggalkanmu saat gelap
(Ibn Taimiyah)
Mandiri. Kata ini begitu mewah
kedengarannya. Tapi saya pribadi begitu suka mendengarnya. Banyak kisah tentang
kemandirian yang membuat saya sering berkaca-kaca. Misalnya, seorang mahasiswa
yang rela jadi pemulung sampah, bahkan
menjadi pembantu rumah tangga untuk mengejar cita-citanya menjadi sarjana. Dan
kemudian berhasil. Itu salah satu kisah bagaimana wujud kemandirian mencari
ilmu.
Lalu bagaimana selepas
sekolah/kuliah? Kemandirian kembali menonjolkan wajahnya untuk disapa para
petarung-petarung hidup. Beragam kisah kemandirian dengan proses yang tak
pendek, yang kemudian pelan-pelan mewujud dalam keberhasilan. Ya, sebuah
keberhasilan. Dalam arti bisa meraih mimpi-mimpi yang diam-diam dipendamnya
dalam hati.
Kenapa hari ini saya tertarik
ngobrol tentang kemandirian? Kemarin
sore saya ngobrol dengan tetangga di kampung.
Dia bercerita tentang temannya yang sudah bertahun-tahun bekerja pada
sebuah perusahaan, tapi pada akhirnya harus “ditendang” karena fisiknya sudah
tidak memungkinkan. Tidak kuat lagi.
Begitu juga ada yang “ditendang” lagi karena terlalu lama jatuh sakit sehingga
tak bisa masuk kerja. Akibatnya, harus menjadi pengangguran di masa tuanya.
Itu sebabnya, merancang
kemandirian hidup menjadi topik yang perlu dikupas tuntas.
Benar bahwa kita atau
anak-anak kita perlu dibekali dengan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang didapatkan di
sekolah-sekolah atau di kampus-kampus. Dengan ilmu itulah wawasan pemikiran
menjadi bertambah sebagai bekal untuk mengambil keputusan. Dan juga tentu saja
untuk sekedar melamar pekerjaan. Tapi, apakah itu semua cukup? Belum tentu.
Kita sering membutuhkan apa
yang disebut dengan keterampilan hidup.
Terkadang, keterampilan hidup inilah yang bisa menyelamatkan seseorang.
Ya, apapun keterampilan itu. Entah
keterampilan menyopir, memperbaiki barang-barang elektronik, Sol sepatu, atau
keterampilan menulis.
Inilah salah satu yang dibutuhkan untuk bisa
merancang hidup menuju kemandirian. Berbekal keterampilan yang kita miliki,
menjadikan kita bisa bertahan ditengah himpitan hidup yang boleh dikata semakin
sadis dan kejam ini. Sungguh beruntung
mereka yang punya keterampilan , sebab itulah bekal untuk bisa merancang hidup
menuju kemandirian. Tanpa menggantungkan hidup pada perusahaan atau orang
lain. Memang begitulah seharusnya, hidup
sekali, alangkah eloknya kalau bisa mandiri.
Magelang, 7 Juli 2015
0 Response to "Merancang Kemandirian Hidup"
Posting Komentar