Perkara Mengirim Senja

Perkara Mengirim Senja
:yons achmad*

Suatu senja di Stasiun Kalibata
Dug dug dug dug…Dug dug dug dug

Saya mengejarnya. Malah tersungkur dan jatuh.
Seorang gadis berjilbab lumayan manis terbahak. Sialan.

Kereta menuju Depok melambai puas. Saya mesti menunggu kereta berikutnya. Sebagai penggila senja, ketika ada acara yang berbau senja, saya pasti mengejarnya. Ya, di sebuah toko buku Jalan Margonda, senja itu memang diadakan bincang buku “Perkara Mengirim Senja”. Sebuah buku kumpulan cerpen yang diperuntukkan kepada sastrawan Seno Gumira Ajidarma (SGA).

Saya datang pertama kali. Bangku masih kosong. Baiklah, untuk perkara senja saya selalu sabar menunggunya. Pelan-pelan peserta bincang diskusi mulai berdatangan. Yang, kebanyakan memang lebih banyak para penulisnya yang datang daripada pesertanya. Tak mengapa, barangkali perkara mencintai senja memang oleh Tuhan hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu saja. Ya, begitulah alasan iseng untuk menghibur diri.

Acara mulai. Dua penulis mulai bercerita perihal bukunya.
Saya belum terkesan. Malah saya agak bergumam “yaah”.
Ya, karena salah satu penulis mengaku baru baca satu dua cerpen SGA saja.

Tapi baiklah. Tentu sebuah keberanian tersendiri dengan pengetahuan yang sedikit tentang SGA sudah berani menafsir ulang dengan menulis sebuah cerita berdasar cerita-cerita SGA. Ini tentu lebih bagus, sebuah langkah maju dari sekedar membaca karya-karya SGA saja.

Sepulang acara itu saya baca bukunya “Perkara Mengirim Senja” Jujur saya belum terkesan. Cerita-cerita di dalamnya bercorak cerita-cerita metro pop yang belum “nyastra”. Ini menurut saya. Memang, saya terkesan akan sampul/kaver buku serta ilustrasi-ilustrasi di dalamnya. Tapi ini bukan yang saya cari. Saya mencari sebuah narasi yang barangkali lebih dahsyat dari karya-karya SGA. Hanya saya belum menemukannya.

Tapi ya tak apa-apa. Kadang kita memang tak selamanya menemukan apa yang kita cari. Hanya, sebagai sebuah terobosan kreatif industri penerbitan buku, langkah teman-teman penulis muda yang mengapresiasi dan mendedikasikan karyanya untuk seorang penulis senior perlu mendapat tepuk tangan. Perkara ada yang beli atau tidak buku hasil karyanya itu lain soal. Perkara penulis itu menulis, bukan menjual buku. Sekali lagi ini hanya perkara menghibur diri.

Senja memang bukan monopoli SGA. Siapapun boleh menulis cerpen dan novel tentang senja.

Puthut EA pernah ngomong, penulis itu mesti tahu “Apa yang Akan Ditulisnya” dan tahu “Bagaimana Cara Menuliskannya”.

Eh. Tapi, bagi saya perlu ditambah satu “Untuk siapa karya itu ditulis”

Jadi, senja ini akan dikirim untuk siapa? Mari memperkarakannya.

*penikmat secangkir teh

0 Response to "Perkara Mengirim Senja"