Tergoda Novel Sakura
:yons achmad*
Sakura...
Imaji dari negeri jauh
Bunga-bunga
Yang membisikkan namaMu
Apa yang kau pikirkan tentang Sakura?
“Oh betapa cantiknya”. Mungkin katamu. Tapi cantik yang semacam apa, jelaskan-jelaskan?
Sakura. Entahlah, ia hanya ada di negeri Jauh. Sebuah negeri di mana selalu mengingatkan saya sebuah kenangan pada perempuan gadis Jepun bermata lembut itu...(yang kini entah di mana).
Lalu, sebuah senja, pada hujan yang membasah di arena pesta buku Jakarta: disitulah terpampang Sakura, novel Sakura: karangan Nova Ayu Maulita terbitan Lingkar Pena Publishing House. Dan sekonyong-konyong saya tergoda.
Kurang yakin, saya SMS Mbak Dee, CEO Penerbit itu “Mbak Novel Sakura rokomend nggak”. Dibalasanya: “Sangat”. Oh...jawaban singkat dan provokatif. Akhirnya, novel Sakura sudah di tangan. Di akhir pekan, pelan-pelan saya membacanya.
Ceritanya, tak terlalu mengecewakan. Tentang tokoh Kirana yang juga tergoda Sakura. Eh, tepatnya terkagum pada Takayama Hiro. Lelaki yang menjadi tutornya saat ia menjalani pertukaran pelajar di Jepang. Lalu, seperti biasa, dihadapakan pada pilihan-pilihan tentang jodoh antara lelaki itu, tokoh Ridwan atau Candra. Begitu kisahnya.
Lalu apa yang menarik dari novel ini?
Ibarat secangkir kopi atau teh. Masing-masing punya penggemarnya.
Khusus novel ini, saya tertarik tentang kisah yang berbau Jepang yang dituturkan tokoh bernama Kirana. Khususnya nuansa alam kotanya.
Semisal tentang pengalaman begini:
Aku suka hujan. Aku menikmati saat ini. Saat terperangkap oleh hujan di satu titik Tokyo. Bau hujan di Tokyo beda dengan bau hujan di Jogja. Meski di sini tak kudapati bau tanah basah khas Jogja. Namun, aku tetap bisa menikmatinya. Hujan di Tokyo sering menciptakan kesan romantis yang tak kutahu dari mana asalnya.
Aha. Lukisan itu membuat pikiran melayang. Pingin terbang.
Selain itu, sebagai Flashpacker saya juga mendapatkan pengetahuan menarik tentang kota-kota di Jepang melalui novel ini.
Misalnya tentang Kota Kyoto. Ia berbeda dengan Tokyo sebagai tempat untuk bekerja (mungkin semisal Jakarta). Semua orang terburu-buru dan kepalanya penuh rasionalitas bisnis. Kyoto lain. Ini (katanya) adalah kota di mana kita bisa melihat gambaran Jepang pada masa lalu.
Tempat berwisata, melihat Jepang yang tradisionalis dan eksotis. Kalau penasaran ingin melihat Geisha (Pribadi seni) inilah tempatnya. Juga bisa melihat gadis menawan yang wajahnya putih oleh Shiroi (riasan wajah serba putih khas Jepang masa lalu). Konon, di kota inilah pernah hidup para tokoh Samurai Jepang yang telah menanamkan nilai-nilai luhur dimana sekarang mengakar kuat pada masyarakat Jepang. Begitulah Kyoto.
Suasana alamnya, tak kalah menggoda
Bila musim semi tiba, sakura-sakura Kyoto akan menampilkan rekahnya pada padu nuansa tradisional kota. Bila gugur, memutih menghiasai jalan, benteng istana kerajaan, dalam gerak lambat ketukan jatuhnya sama seperti getar dawai dan lantunan tembang sakura dari mulut geisha.
Itu dia. Saya kira tak perlulah berpanjang kata. Novel sakura memadukan kisah percintaan, memotret sisi sosiologis masyarakat Jepang dan tak luput menggambarkan kebudayaan Jepang diwarnai gambaran kota-kotanya yang masing-masing punya ciri khas tersendiri. Cukup menggoda. Saya suka. []
*Penulis Lepas, tinggal di Jakarta
1 Response to "Tergoda Novel Sakura"
Hmmm novelnya deskriptif banget yak? Jadi kepengen pinjam *eh*
Eh itu ada istilah Flashpacker, menarik juga hihi...
Posting Komentar