Pecinta Agung
~yons achmad~
Tidak dicintai orang lain
memang menyedihkan,
namun lebih menyedihkan lagi
kalau tidak bisa mencintai orang lain."
Miguel de Unamuno (1864-1936),
penulis Spanyol
Cinta. Ia seperti bunga. Membutuhkan waktu, membutuhkan proses untuk menjadi mekar. Ia memang cuma satu kata, cinta. Namun, darinya bisa lahir ribuan sajak, ribuan cerpen, ribuan novel, ribuan sinetron, ribuan film. Dari sekian karya itu, banyak yang memuji dengan sepenuh jiwa, ada yang mengumpatnya dengan sumpah serapah, ada juga yang diam-diam mengiyakan namun nampak malu untuk mengekspresikannya.
Sebab urusan cinta di Indonesia belum selesai. Begitu kata sastrawan Kurnia Efendi melalui catatan harian onlinenya lewat sepanjangbraga. Karena itulah, saya kira tak ada salahnya untuk menggali kembali, mencoba merenung kembali tentang makna cinta. Kali ini, saya akan mengejanya dalam dimensi sufistik.
Hal demikian sengaja saya jadikan untuk pijakan. Atas alasan apa? Saya merasakan banyak sekali orang sekarang yang stress, bimbang, gelisah, berlaku amarah, pemungut kebencian yang akut. Corak manusia yang lebih dekat dengan iblis daripada serupa malaikat. Dan, mungkin saja saya juga termasuk di dalammnya. Atas alasan ini pulalah saya berusaha menggoreskan kata-kata ini. Agar tak melulu menjadi manusia semacam itu.
Pecinta Agung. Demikian saya menyebutnya.
Siapakah dia?
Jalalludin Rumi pernah mengatakan "Di mana pun engkau berada, apa pun kondisimu, berusahalah menjadi pecinta,". Saya kira, apa yang dikatakan Rumi itu bukan tanpa dasar. Selaras dengan kitab suci.
Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Dia cintai dan mereka pun mencintai-Nya. (QS. al- Ma'idah: 45)
Katakanlah (Hai Muhammad),
"Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah Aku,
niscaya Allah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31).
Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Dia cintai dan mereka pun cinta kepada-Nya. (QS al-Ma'idah: 54)
“Dan orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah”. (QS. al-Baqarah: 165)
Memang, cinta versi sufistik sering diolok-olok. Cinta yang terlalu berorientasi kepada hari kemudian, kehidupan akhirat. Meninggalkan kehidupan dunia, lari dari realitas kehidupan, tak mau turut campur dalam kenyataan kehidupan. Padahal tidak demikian pengertiannya.
Pecinta Agung. Mereka adalah orang biasa, seperti kita semua. Manusia yang selalu diliputi kerinduan, kasih sayang. Kepada sesama, begitu juga kepada Yang Maha Atas semua. Yang pasti, mereka terlibat dalam kehidupan. Yang membedakan, ia senantiasa menjaga kebersihan hati, seperti kata Ghozali “Hati adalah cermin yang sanggup menangkap makrifat. Dan kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih.” Atau Kata Syeh Abdul Qadir Al-Jailany “Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam”. Petuah yang mungkin terlalu biasa. Namun, teramat susah melaksanakannya. Pecinta Agung, dialah yang mencoba bersusah payah melakukannya.
Pecinta Agung. Makna kehidupan baginya adalah cinta. Cinta langit dan cinta bumi sekaligus. Ia membawa pesan-pesan kedamaian. Pecinta Agung, serupa benih-benih kecil yang terjatuh dalam tanah. Menjadi tanaman, melahirkan bunga-bunga, menghasilkan buah. Dan pada akhirnya mewarnai kehidupan. Bahkan Pecinta Agung adalah kehidupan itu sendiri.
7 Responses to "Pecinta Agung"
Karena CINTA adalah kata kerja,
maka bagiku tak ada kata JATUH cinta,
yang ingin kulakukan adalah BANGUN cinta,
yang ingin kuukir adalah KARYA cinta,
hingga nyata ia berada,
bersanding dengannya,
menjulang mulia,
dihadapaNya...
^_~
Salam kenal bang Yons
salam kenal balik yah :-)
cinta itu buta
katakata klise tapi nyata
mas obeng mas?
wekekekekekeke...
ternyata urusan obeng berlanjut sampe ke rumah masing-masing (pentung jidat) hahaha...
Sudut pandang yang menarik tentang pencinta :D
@dhodie jikakakakakakaka
(ngakak gegulingan)
Cintaku bukanlah cinta biasa jika kamu yang memiliki
Blog menarik... Salam kenal!
Posting Komentar