Memori Masjid Kampus

Memori Masjid Kampus
Oleh
Yon’s Revolta


Tunduk tertindas atau bangkit melawan…


Ini slogan yang saya pegang sebelum aktif di komunitas masjid kampus. Slogan ini khas dimiliki oleh mahasiswa kiri. Dan memang slogan inilah yang saya pegang ketika awal kuliah. Sejak semester satu, saya telah akrab dengan buku-buku karangan Karl Max, Paulo Freire, Gramsci, atau Tan Malaka. Gagasan tokoh-tokoh ini saya suka, gagasan alternatif dan revolusioner. Saya tak pernah masuk secara formal dalam gerakan mahasiswa kiri, tapi secara kultural, bacaan, pergaulan dan ideologi saya kekiri-kirian. Ideologi yang syarat dengan gagasan radikal dan revolusioner walau kelak saya tak lagi mempercayainya.


Di semester empat, saya mulai menyadari, ketika melakukan perlawanan menuju kepada perubahan yang lebih baik, tak harus menjadi kiri. Seorang muslim pun bisa, maka waktu itu saya tertarik gagasan Islam yang syarat perlawanan, Islam yang membebaskan. Saya mulai tertarik pada karya-karya semisal tokoh Ali Syariati. Dari sini saya mengerti kelebihan Islam dibandingkan ideologi kiri, salah satunya adalah orientasi trensendensi yang ada didalamnya, nilai keTuhanan. Sewaktu menjadi kiri, saya sering berdemonstrasi, tapi kadang tak paham orientasi dan ujung perjuangannya, gagap ketika ditanya muara akhirnya. Nah, ketika saya tersentuh Islam, saya baru menyadari bahwa ujung segala perjuangan adalah tertuju padaNya. Dengan begitu, ruh perjuangan itu semakin membara karena jelas ujungnya.


Dari komunitas masjid kampus, pelan-pelan merubah hidup saya.


Disinilah saya menemukan keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan antara ruh perjuangan dengan penataan emosi, jiwa muda dan semangat yang meledak-ledak. Energi itu lebih tertata. Warna Islam semakin terasa, watak keras dan liar saya pelan-pelan semakin terkurangi seiring dengan sentuhan buku-buku yang menyentuh jiwa seperti bukunya Abass Assysi, Ibnu Qoyim dan Said Hawa, Buku-buku mereka saya suka, disamping buku “Petunjuk Jalan” karya Sayyid Qutub. Buku inilah referensi utama gerakan saya..



Awalnya, agak kikuk juga bergaul dengan komunitas berjenggot dan berjilbab lebar ini. Belum lagi dengan sebutan akhi dan ukhti. Duh, mana tahan dengan sebutan ini sementara rambut saya gondrong, baju tanpa kancing dengan daleman kaos oblong plus jin belel. Tentu pemandangan seperti yang saya alami ini, tentu nggak ikhwan banget. Begitulah perjalanan awal ketertarikan saya dengan Islam hingga seorang kawan mengajak saya untuk masuk menjadi pengurus Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI). Pengurus waktu itu menyebut dirinya dengan F24, forum (fastabiqulkhoirot) 24 karena jumlah pengurusnya hanya 24.


Bersama ke-24 orang inilah dakwah kampus berjalan..


Setiap minggu acara full. Mulai dari kajian pekanan sampe acara yang besar. Nyaris, setiap hari sibuk tapi menyenangkan sebab ada kebersamaan didalamnya. Mengenai kajiannya cukup beragam. Pertamakali agak bingung menentukan tema dan jenis kajian apa yang akan dilaksanakan. Pernah suatu kali saya mengadakan kajian tentang buruh dalam pandangan Islam, ternyata nggak banyak yang datang. Giliran diadakan seminar “Indahnya Pernikahan Dini” bersama Fauzhil Adhim, yang datang berjubel. Ohhhh.


Entah, ini pertanda apa. Tapi sepintas, saya amati memang aktivis dakwah kampus kurang begitu suka kajian yang “berat”. Padahal saya lihat, misalnya kajian tentang pemikiran Islam tetap perlu diadakan, baik lewat talk show maupun yang lebih fokus lagi ke worshop. Harapannya, agar aktivis dakwah kampus tak jumud dalam berpikir dan berIslam dalam kesehariannya. Agar tak terjebak pada Islam yang terlalu ritual formalis.


Komunitas Masjid kampus memberikan kenangan tersendiri. Disini ada pegulatan khasanah pemikiran Islam, pembinaan menjadi pribadi Islami, ada ukhuwah, kebersamaan dan tentunya ada cinta. Berawal dari masjid kampus, saya akan berusaha menyeru kepada kebaikan sepanjang yang saya bisa. Dan dakwah lewat pena adalah salah satunya. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan cintaNya kepada saya untuk tetap istiqomah mengemban tugas mulia ini. Semoga


freelance_corp @yahoo.com

0 Response to "Memori Masjid Kampus"