9 September yang Mendebarkan
:Yons Achmad*
Teteeeeet....
“Selamat hari lahir ayah” Katanya
Pukul 12 malam
“Emang ini tanggal berapa?”
Saya masih menahan kantuk
9 September
Oh ya
ya, lupa...
Dia menyodorkan kue puding
yang besar, buatannya sendiri. Dan selembar ucapan origami. Terimakasih Alien kecil. Banyak hal yang
memang semestinya saya syukuri. Termasuk hadirmu yang mau menjadi teman hidup
orang yang hanya bisa bermimpi tapi tak pandai cari uang sepertiku ini. Aha. Mungkin kesabaran luar biasa yang kini
kau pendam diam-diam. Tapi percayalah. Kalau kau benar-benar menaruh hormat
pada Yang Kuasa, dan berdoa semestinya, kelak, kabar baik itu akan datang juga.
9 September...
Hari. Bulan yang mendebarkan. Terutama dalam soal bisnis yang saya
jalankan. Banyak yang berantakan,
tersebab karena saya sakit yang mengharuskan kudu istirahat total 1,5 bulan,
juga harus saya akui, karena memang keterbatasan kapasitas saya pribadi, dalam bekerja dan
memimpin sebuah tim. Apa boleh buat,
saya harus lebih banyak belajar lagi.
Sementara, janji manis disampaikan
pemimpin negeri ini “September perekonomian kita akan meroket”. Hasilnya,
meroket meroket mana? Gundulmu.
Di saat begini, mengamini
pepatah lama boleh juga. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk
kegelapan. Saya mencoba lebih giat lagi
bekerja. Selepas subuh, saya sudah mulai menulis. Baik untuk media maupun
proyek tulisan pesanan (biografi). Untuk
media, selain untuk konsumsi media online yang saya jalankan, juga untuk media
cetak. Saya menulis kolom untuk Koran Republika di bulan September ini.
Selebihnya, bekerja dengan tim
di Kanet Indonesia. Untuk proyek desain, animasi dan juga kepenulisan. Sebagai
pendiri biro konsultan media, Kanet Indonesia, sebenarnya kami akan fokus ke
dunia (konten) media saja. Tapi,
beberapa orang (institusi) datang meminta jasa desain atau animasi. Apa boleh
buat, kita kerjakan juga. Tapi ini cukup
sampai September 2015 ini. Selebihnya saya dan tim akan fokus di dunia konten
(media).
Dunia bisnis pada September
ini. Dan bulan-bulan mendatang, saya kira juga masih mendebarkan. dari obrolan
sesama kawan yang bergelut di dunia bisnis. Terutama industri kreatif, mereka
juga mengalami hal yang sama. Tapi menyerah tidak ada dalam kamus. Terus
melangkah, terus berjalan. Inovasi tak pernah berhenti.
Kabar baiknya ada hal
mengasyikkan sebagai hiburan yang menyegarkan. Misalnya, saya masih diberi
kesempatan oleh Allah SWT untuk menonton
pameran seni, pembacaan dan musikalisasi puisi, berjalan-jalan ke toko buku,
juga bisa bermain dengan Jingga, putri kecil kami. Di tengah bisnis yang
mendebarkan ini, ternyata masih ada ruang yang menjadikan diri ini bisa
tersenyum, tetap terjaga akal sehat serta masih bisa merawat keseimbangan hidup . Semua
itu sudah cukup sebagai alasan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan. Bukan begitu kawan?
*Penulislepas
@senjakarta. Tinggal di Jakarta bersama putri kecilnya, Jingga Kanaya.
0 Response to "9 September yang Mendebarkan"
Posting Komentar