Kisah Dua Angsa

Kisah Dua Angsa
Oleh
Yon’s Revolta


Dua angsa yang malang

Dulu, saya menganggap dua ekor angsa itu kawanan pengacau. Betapa tidak !. Setiap saya berjalan, tiba-tiba dikejar, sekonyong-konyong sayapun lari. Spontan saya lari karena kaget, walaupun saya tahu, disosor angsa tak sesakit yang saya bayangkan. Tapi, langkah penyelamatan tetap saya tempuh. Lari adalah jawaban paling sederhana, jawaban layaknya seorang pecundang.

Sebagai balasan, saya sering menggoda dua ekor angsa itu. Dalam sebuah kesempatan lain, ketika kondisi fisik saya prima, saya dekati dua angsa itu. Dua makluk itu terpancing lantas mengejar. Karena fisik sudah saya persiapkan dengan matang, tak terkejarlah saya. Ketika sudah jauh, saya tertawa, saya puas. “ha ha ha, kalah lo”.


Tapi akhirnya, saya berubah pikiran,
Setelah beberapa tahun lamanya.

Saya memutuskan untuk berdamai. Setelah lama menjadi “musuh”.

Tepatnya, selepas jalan-jalan sore. Seperti biasanya, setiap sore dengan senja yang selalu memikat, saya habiskan waktu dengan berjalan-jalan, mengikuti irama kehidupan yang membuat saya tenang, setidaknya sampai saat ini. Rupanya, ketika sampai ke sebuah warung, saya tergoda untuk makan lebih awal, kira-kira pukul 17.00. Ya sudah lah, saya memesan makan besar, saya langsung santap di tempat. Saat itulah saya ingat nasib dua angsa itu.

“Sudahkah dua makhluk itu makan..?”.

Dua angsa itu penghuni kampus, sering nampak di sekitar gedung rektorat. Saya tak yakin, ada yang mengurusi, terutama soal makan. Berangkat dari situlah, tak lupa saya belikan kedua angsa itu nasi lengkap dengan sayurnya. Setelah itu, saya meluncur mencari kedua angsa itu. Saya cari-cari ke tempat biasa tak ada, kemana..?, pikir saya. Lantas, saya berjalan menuju kolam samping rektorat. Benar, kedua angsa itu sedang santai disana.

Saya tersenyum, dalam hati saya berbisik “Hai, hari ini kita berdamai kawan”. Saya dekati dan berikan makanan itu. Awalnya sok-sokan tak mau memakannya. Dalam hati, saya berbisik lagi “Gengsi lo yah”. Tapi akhirnya mengendus dan pelan-pelan mulai memakannya.

Saya kurang tahu, siapa pemilik kedua angsa itu. Dan tak tahu pula jenis kelaminnya. Sependek yang saya tahu, dari dulu hanya dua saja. Dari situ saya menyimpulkan kalau kedua angsa itu jantan. Yah kesimpulan yang mungkin salah. Tapi tak begitu penting. Yang saya tahu, kedua angsa itu tak ada yang mengurusnya. Seorang satpam yang saya tanya siapa yang mengurusnya juga tak menjawab. Bahkan terkesan agak kaget ketika saya menanyakannya.

Ya sudahlah. Saya pandangi kedua angsa itu yang sedang asyik dengan makannya. Aduh, belum sempat saya menyaksikan kedua angsa itu menghabisi makannya, keburu hujan datang. Agak deras, dan semakin deras saja. Akhirnya, saya tancap gas meninggalkan keduanya. Saya basah kuyup tersapu hujan deras, tapi saya senang melihat kedua makhluk Tuhan itu menyantap makanan dengan lahap. Setidaknya, hari itu keduanya bisa merasakan perut kenyang. Saya bahagia melihat pemandangan seperti itu. Bagi saya itu cukup.

Hari ini, saya hanya ingin mengucapkan, selamat tinggal kawan, semoga kelak ada yang mengurusmu, karena demi tuntutan hidup, nanti sore saya akan berangkat ke Jakarta untuk wawancara kerja, demi sesuap nasi pula. Semoga berhasil.

Kota Senja, 24 Oktober 2007

~untuk .....
aku pergi untuk sementara
"Tegarlah"~

4 Responses to "Kisah Dua Angsa"

Zawawi mengatakan...

jadi inget cerita dr milist entah apa judulnya dah lupa, dikisahkan sebuah ujian seorang profesor di universitas dengan salah satu soalnya menanyakan nama "tukang sapu" di universitas tsb, ternyata para mahasiswa tidak ada yang tahu, betapa tidak pedulinya kebanyakan dari kita terhadap lingkungan, kalo cerita ini contoh kepedulian bahkan terhadap makhluk lain, kalo dalam kitab sufi ada yang memiliki "kredo" berbudi luhur terhadap semua makhluk, uh, alangkah indahnya.

Anonim mengatakan...

idem ma komentar abu salman

Arif Prasetyo Aji mengatakan...

wah..wah mas yon, kayaknya sama persis dengan pengalaman saya. waktu kecil dulu sering menggoda makhluk yg namanya angsa itu trus dikejar sampai lari kebirit-birit...akhirnya berdamai juga...skrg kangen lagi pengin ketemu mereka he...he..

wah mas yon masih suka dg jakarta yah....he..he...semoga sukses mas

Anonim mengatakan...

Tuh angsa jangan-jangan homo... ^_^