Puisi akhir Maret



Tembang Luka


Terimakasih….
Atas cerita yang telah usai

Sekian lama mengalun tembang luka
Lewat lagu merdu fatamorgana

Kini, musim semi telah tiba
Aku akan bercinta dengan kata

Kota Satria
Rabu, 22 Maret 2006 / 21.36


Monolog Malam

Di pojok kamar
Diantara buku-buku kumal
Bergelut melawan sunyi

Hanya ada satu tanya
Dalam diam meneropong gelap
Apakah hidup itu…

Kemudian, tanpa dia sadari
Tubuhnya menggigil
Ya…aku mengerti

Kota Satria, 23 Maret 2006 / 04.12

Rumah Doa

Tiada pagi dan malam
Selalu cinta yang mengalir
Doa-doa dan lembut dzikir
Dalam rindu penantian

Atas nama bahagia
Meluas harap kepada surga
Dengan sejumput bekal
Jejak-jejak dunia fana

Ah, bukan karena itu
Kecuali tanpa ridho
Kecuali tanpa cinta
Semuanya tiada mungkin

Kota Satria 27 Maret 2006 / 05.29

2 Responses to "Puisi akhir Maret"

penakayu mengatakan...

Ya....
semburat mentari
adalah jiwa cinta
tak kan kubiarkan
senja merebut dariku
pelan, misteri tersibak
dalam renungan dan doa malam
kini, hanya ada satu harap
paripurna tembang luka

Anonim mengatakan...

Duka ini adalah duka yang tenang:
Sepenuh kesungguhan,
aku menutup sepenggal episode kebersamaan.
Sepenuh kesadaran,
aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan.
Sepenuh jiwa,
aku menguburnya dalam kenangan masa silam.
Sepenuh keyakinan,
aku mengantarnya pergi dari jalan panjang hidupku ke depan.

Aku berduka, dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
kehilangan ini adalah wajar adanya,
Atas kepastian,
proses hidup memang demikian jalannya.
Atas kepercayaan,
esok kan datang yang lainnya:
Aku berduka dalam tenang

(by Azimah Rahayu, "Catatan Wanita Lajang"